Antri Diskonan Sepatu Nike Ricuh, Ini Bukti Sindrom ‘Gila Merek’ Sudah Jangkiti Indonesia

Di dunia ini, siapa sih yang nggak suka diskonan? Apalagi kalau barang-barangnya dari merek-merek ternama. Seperti halnya yang terjadi kemarin (22/8) malam di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta. Merek sepatu internasional asal Amerika, Nike, menggelar bazar diskon besar-besaran yang katanya mencapai 90%! Nggak heran kalau penawaran menarik tersebut bisa jadi magnet tersendiri buat para penggemar diskonan. Kabarnya antriannya sampai ricuh lho!

Advertisement

Terlepas dari itu semua, lantas muncul sebuah pertanyaan besar. Apakah memang masyarakat Indonesia khususnya yang hidup di kota-kota besar terkena sindrom ‘gila merek’, sampai-sampai rela serobot sana-sini dan main sikut hanya demi memiliki sepatu bermerek terkenal? Daripada bertanya-tanya, mending simak yuk ulasan Hipwee News & Feature berikut ini!

Saking ricuhnya, suasana di lokasi bazar Nike sampai tak terkendali. Pihak keamanan dibuat kewalahan oleh kerumunan pengunjung yang saling berdesakan

Suasana antrian masuk di #NikeBazaar Grand Indonesia. video shared by @hutomopy #jktinfo

A post shared by Informasi Jakarta & Sekitarnya (@jktinfo) on


Bazar yang berlangsung di Exhibition Hall, Mall Grand Indonesia sejak tanggal 21 sampai 27 Agustus mendatang itu berlangsung heboh. Gimana nggak, merek sepatu ternama yang punya cukup banyak penggemar di Indonesia itu menawarkan potongan harga besar-besaran, mulai dari 40% sampai 90%! Padahal Nike dikenal dengan harga produk-produknya yang fantastis hingga mencapai jutaan. Nggak heran kalau event tersebut menarik banyak perhatian pengunjung, bahkan banyak yang rela antri berjam-jam, berdesakan, dan saling berebut. Kabarnya sih ada beberapa sepatu yang setelah didiskon harganya jadi di bawah Rp100.000!

Advertisement

Dilansir dari video unggahan akun Instagram @jktinfo, suasana ricuh memang tampak bahkan sejak stand belum dibuka. Dalam video terlihat antrian yang mengular di luar stand. Di dalam pun nggak kalah ramainya. Bahkan boks-boks sepatu sampai berserakan dimana-mana. Beberapa mengaku nggak bisa menemukan pasangan sepatu yang dicari. Dalam unggahan itu banyak warganet yang berkomentar mulai dari nyinyir sampai miris.

Karena merek kini seakan-akan otomatis melambangkan status sosial, banyak orang yang kena sindrom ‘gila merek’ yang berkaitan dengan status sosial seseorang. Makanya kejadian semacam kemarin ini terus berulang

#JakartaToday Suasana di dalam #NikeBazaar Grand Indonesia ? photo by @sammarbun #jktinfo

A post shared by Informasi Jakarta & Sekitarnya (@jktinfo) on

Advertisement


Melihat riuhnya gelaran diskonan Nike tersebut, kemudian muncul pertanyaan, apakah memang wajar orang sampai rela berdesakan dan menunggu berjam-jam hanya demi mendapatkan sepatu diskonan? Kondisi ini bisa dikaitkan dengan pola konsumerisme tinggi di kota-kota besar Indonesia seperti Jakarta. Apalagi dengan akses dan penggunaan media sosial yang sangat tinggi, orang-orang jadi makin gampang ‘terjangkit’ sindrom ‘gila merek’ karena melihat postingan orang lain.

Popularitas barang-barang branded yang dibawa media massa secara nggak sadar mampu membuat orang yang mengaksesnya berkeinginan memiliki barang serupa. Pengaruh selebriti papan atas salah satunya. Hal ini kemudian membentuk sebuah persepsi bahwa memakai barang bermerek mahal akan meningkatkan status sosial seseorang. Orang-orang gila merek semata-mata menilai barang hanya dari prestise dengan menomorduakan kualitas. Padahal nggak sedikit barang dengan kualitas lebih bagus tapi harganya lebih murah. Tapi karena mereknya nggak cukup terkenal, barang itupun nggak dilirik.

Kegilaan pada merek-merek ternama secara nggak sadar akan menuntun seseorang pada pola konsumtif. Kalau sudah begini jelas nggak sehat secara mental ataupun materi sih

Pengunjung saling berebut via www.cnnindonesia.com

Informasi di media massa nggak pernah mengenal status ekonomi. Semua info atau berita bisa diakses setiap kalangan. Hal inilah yang kemudian jadi salah satu sebab kenapa sindrom ‘gila merek’ erat kaitannya dengan pola konsumtif masyarakat. Nggak cuma yang berasal dari kalangan menengah ke atas, tapi juga menengah ke bawah. Padahal pola konsumtif bisa jadi bahaya kalau terjadi pada seseorang yang secara finansial nggak mampu. Nggak menutup kemungkinan kalau mereka kemudian memilih ‘jalan pintas’ yang nggak sehat, demi memuaskan nafsu konsumerismenya, seperti menipu atau mencuri.

Kasus serupa diskonan Nike itu nyatanya nggak baru sekali terjadi lho. Tahun 2011 lalu, kericuhan yang sama terjadi saat merek Blackberry meluncurkan seri terbarunya di Jakarta

Antrean Blackberry yang juga ricuh via www.kompasiana.com

Merek smartphone terkenal Blackberry, pernah menggelar momen penjualan perdana seri Bellagio di Pasific Place, kawasan Sudirman Central Business District (SCBD), Jakarta Pusat, tahun 2011 silam. Antrean membludak yang diwarnai aksi saling dorong membuat polisi dan pihak panitia kelimpungan menenangkan massa. Diskon 50% untuk 1000 pembeli pertama menjadi daya tarik utama gelaran tersebut hingga mengundang ribuan massa datang dan rela menunggu berjam-jam. Seenggaknya 4 orang pingsan dan 1 orang menderita patah tulang akibat keriuhan itu.

Saat ini kabarnya pihak penyelenggara bazar diskonan Nike sudah menerapkan aturan baru berupa sistem buka tutup antrean dan pemberian cap pada pengunjung. Ya semoga aja dengan adanya aturan ini, kejadian sampai menjebol pintu nggak bakal terulang deh..

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

CLOSE