Demi Cinta, Putri Kekaisaran Jepang Ini Rela Lepas Status Bangsawannya. Kisahnya Bak Dongeng Ya

Dengar kisah keluarga kerajaan di era modern ini, memang sangat menarik. Pasalnya, jumlah mereka yang tinggal sedikit tampaknya makin terancam dengan segala kemajuan peradaban. Dulunya berkuasa penuh atas negara bangsa, sekarang kebanyakan tinggal jadi simbol sejarah tanpa kekuasaan nyata. Salah satunya adalah kekaisaran Jepang. Bukan hanya kehilangan kuasa untuk memimpin Jepang sejak kekalahannya di Perang Dunia II pada tahun 1945, kerajaan Jepang juga sedang mengalami krisis karena kehilangan anggota keluarganya satu per satu.

Advertisement

Bukan karena perang atau konflik politik lho, tapi gara-gara pernikahan. Hingga saat ini anggota keluarga kerajaan Jepang yang cewek masih dilarang menikahi ‘rakyat jelata’, harus dengan keluarga bangsawan. Masalahnya, zaman sekarang nyari keluarga bangsawan di mana ya?! Makanya saat ini rakyat Jepang sedang ramai membicarakan rencana pernikahan Putri Mako, cucu pertama dari Kaisar Akihito, dengan pemuda biasa bernama Kei Komuro.

Kalau jadi nikah, Putri Mako harus melepas gelar kebangsawanannya dan ‘keluar’ dari keluarga kerajaan. Hilang lagi deh satu anggota keluarga kerajaan yang sebenarnya jumlahnya sudah kecil. Lama-lama kekaisaran Jepang beneran bisa punah sendiri. Baca deh cerita cinta terlarang ala negeri dongeng ini bareng Hipwee News & Feature!

Memang cinta tidak kenal kasta. Keduanya bertemu saat mengenyam pendidikan di kampus yang sama

Kei Komuro via mainichi.jp

Putri Mako yang merupakan putri sulung Pangeran Akishino bertemu dengan Kei Komuro di bangku kuliahan. Seperti yang diulas oleh CNN , keduanya sama-sama mengenyam pendidikan di International Christian University di Tokyo. Sementara Mako bergelar putri dari kekaisaran Jepang, Kei Komuro sebenarnya juga bergelar Prince of the Sea. Tentu saja bukan karena dia berasal dari kerajaan bawah laut, melainkan karena semasa kuliah, Komuro pernah membintangi sebuah iklan pariwisata. Saat ini, Kei Komuro bekerja di sebuah firma hukum. Pertunangan ini memang belum resmi, namun tersiar kabar bahwa pernikahan keduanya akan dilangsungkan tahun depan.

Advertisement

Masyarakat Jepang menyambut pernikahan ini dengan gembira. Meski itu artinya Putri Mako harus meninggalkan keluarga kerajaan

Keluarga kerajaan cewek masih harus mencari ‘pangerannya’ via noizz.rs

Sebagai pernikahan dari anggota keluarga kerajaan, tentunya pertunangan ini mendapat sorotan. Dalam aturan kekaisaran Jepang, darah bangsawan berasal dari pihak pria. Semenjak Kaisar Akihito yang menikahi Permaisuri Michiko, putra mahkota diperbolehkan memperistri perempuan dari kalangan rakyat jelata. Namun untuk perempuan lain lagi ceritanya.

Hukum kerajaan masih mengharuskan Putri Mako meninggalkan status kebangsawanan apabila menikahi orang biasa. Hal yang sama juga terjadi pada Putri Sayako, putri bungsu Kaisar Akihito yang telah menikahi pria dari kalangan rakyat biasa.

Saat ini anggota kerajaan Jepang hanya ada 19 orang, 14 diantaranya adalah perempuan. Inilah yang membuat pro dan kontra soal hukum pewarisan takhta

Padahal keturunan penerus keluarga kerajaan ini lebih banyak cewek via asiancorrespondent.com

Pernikahan Putri Mako ini membuka diskusi yang penting bagi masa depan kekaisaran Jepang. Seperti yang kita ketahui, saat ini hanya ada 4 pria dalam keluarga kerajaan, yaitu Kaisar Akihito, Putra Mahkota Naruhito, Pangeran Akishino, dan Pangeran Hisahito (putra bungsu Pangeran Akishino). Bila Putri Mako kehilangan status bangsawannya, maka jumlah anggota keluarga kerajaan ini juga bakal menyusut. Padahal saat ini ada 6 putri yang belum menikah yang akan meninggalkan keluarga juga, apabila menikahi orang biasa.

Advertisement

Mencari pasangan dari kaum bangsawan tentu sulit bagi para putri kaisar. Pasalnya zaman sekarang, jumlah kerajaan semakin jarang

Royal Family dari Yordania via people.com

Berbicara soal pernikahan bangsawan, tentu sulit untuk tetap menjaga kemurnian darah di era sekarang. Memang masih ada royal family lainnya di lain benua. Inggris, Belanda, dan Belgia misalnya. Di Asia juga masih ada Arab Saudi, Kuwait, Buthan, Thailand, dan masih banyak lagi. Tapi kita juga nggak tahu apakah bisa Putri dari Jepang menikah dengan Pangeran dari Arab.

Karena itulah, banyak masyarakat Jepang yang berpendapat bahwa hukum kerajaan harus diubah. Setidaknya, Putri yang menikahi orang biasa tetap diizinkan menjadi bagian dari keluarga. Dengan begitu, jumlah keluarga kerajaan tidak akan terus berkurang.

Di Indonesia, Kesultanan Jogja juga menghadapi polemik yang sama. Proses suksesi Sultan yang anaknya putri semua menimbulkan pro dan kontra

Kesultanan Yogyakarta via forum.detik.com

Di Indonesia sendiri masih ada beberapa kerajaan yang bertahan. Salah satunya adalah Kesultanan Yogyakarta, yang beberapa waktu lalu dilanda gonjang-ganjing soal suksesi. Seperti yang kita tahu, Sultan Hamengkubuwono X memiliki 5 orang putri. Hal ini menciptakan tanda tanya tentang pewaris takhta Sultan selanjutnya, yang menurut ketentuan seharusnya adalah pria.

Dilansir dari Tempo , pertengahan 2015 lalu Sultan mengeluarkan Sabda Raja, yang berisi pemberian gelar GKR Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng ing Mataram kepada GKR Pembayun, sang putri sulung. Umumnya pemberian gelar ini merupakan tanda bahwa yang bersangkutan menjari Putra Mahkota. Tapi sampai sekarang belum ada pernyataan resmi dari pihak Sultan mengenai Putra/Putri Mahkota yang akan meneruskan takhtanya.

Keberadaan kerajaan di zaman yang sudah serba modern ini memang sedikit rumit. Di satu sisi, eksistensi mereka memang harus dijaga sebagai simbol sejarah dan kejayaan masa lalu. Namun di sisi lain, banyak aturan dan gaya hidup keluarga kerajaan yang benar-benar tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Apalagi masalah cinta, kayaknya sudah nggak bisa lagi deh dibatasi status kebangsawanan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi

CLOSE