Digadang Gantikan Monorel, Proyek LRT Juga Terancam Mandek Karena Kurang Dana

Isu pembangunan Light Rail Transit (LRT) memang bukan hal baru. Rencananya sudah digodog sejak Jokowi menjadi Gubernur DKI. Rencana percepatan pembangunannya sudah diumumkan sejak bulan September tahun lalu. Saat ini pembangunan LRT sudah dikabarkan sudah berjalan 10% tapi lagi-lagi masalah keterbatasan pendanaan sepertinya bakal jadi halangan berat. Pemerintah sendiri sedang mencari berbagai opsi pembayaran agar target penyelesaian di tahun 2018 tetap bisa tercapai. Jokowi meyakinkan bahwa proyek ini masih akan terus berjalan dan paling lambat selesai pada tahun 2019.

Jadi status pengembangan transportasi di Jakarta; proyek monorel sudah dihentikan, MRT sedang berusaha diselesaikan, dan LRT terancam mandek karena masalah dana. Haduh pasti pusing ya pemerintah! Tapi sebenarnya apa sih bedanya LRT, MRT, dan monorel? Apa bedanya pula dengan KRL? Sama-sama berjalan di atas rel ‘kan? Semua-semua dicoba dibangun tapi sampai sekarang baru KRL saja yang berfungsi. Sebenarnya mana sih yang paling cocok untuk Jakarta? Cek ini dulu yuk!

1. Sama-sama tak perlu pakai masinis, perbedaan utama LRT dan MRT terletak pada kapasitas angkutannya. Dengan bodi yang lebih kecil, LRT bisa memutari Jakarta dengan lebih fleksibel

Light Rail Transit

Light Rail Transit via www.truckmagz.com

LRT adalah kereta api ringan yang sudah banyak digunakan oleh negara lain sebagai transportasi kota yang padat penduduknya. LRT bisa dioperasikan di jalan raya bersama kendaraan lainnya ataupun di jalur sendiri seperti lintasan layang. Sedangkan Mass Rapid Transit (MRT) bertujuan untuk mengangkut penumpang secara massal dan biasanya beroperasi di bawah tanah.

Saat ini transportasi massal berbasis rel yang sudah beroperasi di DKI Jakarta adalah Kereta Rangkaian Listrik (KRL). Baik MRT, LRT, dan KRL, sama-sama memanfaatkan energi listrik. Namun tak seperti KRL yang dijalankan oleh masinis, MRT dan LRT bisa berjalan tanpa masinis. Dari segi besar gerbong, MRT sama dengan KRL yaitu 3,2-3,5 meter. Sementara LRT lebih kecil yaitu 2,7-2,8 meter. Bentuk yang lebih ramping ini membuat LRT lebih leluasa memutari Jakarta yang dipadati oleh gedung-gedung tinggi.

2. Ibarat pohon, MRT adalah batang sementara LRT adalah cabang. Bersama, dua jenis kereta ini jadi punya cakupan area yang lebih luas

MRT di Singapura

MRT di Singapura via webwisata.com

Simulasi konsepnya sederhana. MRT sebagai kendaraan besar akan beroperasi di ‘jalan-jalan besar’, sementara penumpang yang berasal di daerah-daerah lebih kecil akan diantarkan oleh LRT. Karena itulah, dari segi kapasitas penumpang, LRT juga jauh di bawah MRT. Dalam sekali angkut, MRT yang terdiri dari 6 gerbong bisa membawa lebih dari 1.500 penumpang. Sementara LRT terdiri dari 3 gerbong yang masing-masing bisa mengangkat maksimal 390 penumpang. Bila MRT dijadwalkan melintas setiap 5 menit sekali, LRT diharapkan bisa datang setiap 2-3 menit sekali.

3. Soal kecepatan, LRT juga kalah telak dengan MRT dan KRL yang bisa sampai 100 km/jam. Kalau semua moda transportasi ini sudah beroperasi, semoga Jakarta tak lagi macet

Penampakan terowongan untuk MRT

Penampakan terowongan untuk MRT via news.detik.com

Kereta besar seperti MRT dan KRL, tanpa gangguan sinyal ataupun gangguan-gangguan lainnya, punya kecepatan yang tinggi, yaitu bisa mencapai 100/jam. Apalagi MRT memiliki lintasan sendiri di bawah tanah ataupun lintasan layang. Sementara si adik bungsu, umumnya memiliki kecepatan antara 30-40 km/jam. Namun ada juga kabar yang menyebutkan LRT Jakarta bisa mencapai kecepatan 80 km/jam. Jadi, untuk tahu pastinya, kita tunggu saja nanti berapa lama perjalanan yang dibutuhkan dari Bekasi ke Jakarta.

4. Kalau MRT sementara akan difokuskan untuk wilayah DKI Jakarta dulu, LRT direncanakan bisa menjangkau daerah-daerah urban di sekitar ibu kota

Jokowi tinjau pembangunan LRT

Jokowi tinjau pembangunan LRT via metrotvnews.com

Untuk saat ini MRT sedang dipersiapkan untuk dua trayek, yaitu Lebak Bulus – Bundaran HI dan Bundaran HI – Kampung Bandan. MRT sementara akan difokuskan untuk daerah DKI Jakarta saja. Sementara LRT memiliki jangkauan lebih jauh, yaitu sampai Bekasi dan Bogor. Hal ini dikarenakan kedua kota satelit tersebut menjadi penyumbang terbesar banyaknya pekerja di Jakarta. Pembangunan LRT ini sekaligus juga upaya pemerintah untuk mengurai kemacetan Jakarta yang semakin hari semakin membuat gila saja.

5. Proyek LRT ini dipercepat oleh Jokowi sebagai ganti rencana pembangunan monorail yang mandeg. Milyaran dana yang sudah keluar harus bisa dimanfaatkan

tiang-tiang pancang yang rencananya untuk lintasan monorail

Tidak terbuang sia-sia  via bisnis.liputan6.com

Sebenarnya LRT merupakan kelanjutan dari proyek monorel Jakarta yang ditolak oleh gubernur petahana Jakarta karena lokasi dan model depo yang diajukan oleh pengembang tidak sesuai dengan rekomendasi Kementerian Pengerjaan Umum. Meskipun pembangunan LRT mulai dari nol, tapi pemerintah akan tetap memanfaatkan apa yang sudah dibangun untuk monorel. Dengan begitu, tiang-tiang pancang yang mangkrak di sepanjang jalan H R Rasuna Said dan Jalan Asia Afrika itu akhirnya jelas nasibnya. Selamat tinggal Monorail, selamat datang LRT!

Terus bedanya LRT dengan monorel apa dong? Secara fisik tentu perbedaannya sudah jelas. Monorel memakai rel tunggal, sementara LRT memakai rel ganda. Kalau kamu masih bingung dengan LRT, mengutip penjelasan Pak Ahok : “LRT itu bahasa kerennya kereta!”

Selain di Jakarta, LRT ini juga sedang dibangun di Palembang dengan target selesai di tahun yang sama. Sementara pemerintah sedang pusing cari dana, yuk kita dukung usaha perwujudan transportasi publik yang memadai ini. Dan semoga saja, tahun-tahun mendatang bukan cuma ibu kota yang merasakan kemajuan transportasi umum ini.

Tapi kira-kira kalau MRT dan LRT sudah beroperasi, KRL masih diperlukan atau tidak ya?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi