9 Kekejaman Rezim Korut yang Baru Tersingkap. Ternyata di Sana Nasi Putih Itu Kemewahan Tak Terkira

Semenjak runtuhnya Uni Soviet, Korea Utara praktis jadi negara yang paling terisolasi di dunia. Pemimpin nyentrik dan kehidupan negara yang super tertutup, membuat banyak orang kepo tentang bagaimana kehidupan sehari-hari di Korut. Yang jelas sih nggak ada orang yang asyik dengan ponselnya, update foto-foto di beragam media sosial. Gimana mau aktif media sosial? Website yang boleh dibuka di Korut saja cuma 28.

Advertisement

Hidup yang penuh tekanan, propaganda, dan kebohongan ini jugalah yang tentunya membuat beberapa orang nekat melarikan diri dari Korea Utara. Lewat akun Youtube Asia Boss , dua orang yang berhasil melarikan diri ke Korea Selatan bertutur soal kehidupan mereka sebelumnya di Korea Utara. Meski kita sudah seringkali mendengar rumor atau pemberitaan singkat tentang kehidupan di negara tertutup ini, namun mendengar langsung detailnya dari orang yang benar-benar mengalaminya jauh lebih menyesakkan. Baca selengkapnya deh temuan Hipwee News & Feature ini!

1. Meski selalu berusaha ditutupi, negara ini sering krisis kelaparan. Dari pengakuan defector (orang yang melarikan diri) tersebut, warga Korut hanya makan nasi putih di hari ulang tahunnya

Bahkan ada instruksi dari pemerintah untuk mencari rumput buat makanan

Sejak Kim Jong Il naik sebagai ‘supreme leader‘ atau pemimpin tertinggi, Korut sering dilanda wabah kelaparan. Setiap hari ada saja orang yang mati karena pemerintah nggak bisa menyediakan makanan. Setiap bulannya, pemerintah hanya memberi uang sebesar 5 USD. Padahal 1 kg beras putih harganya 3 USD. Karena itulah, nasi putih adalah barang mewah di beberapa daerah di Korut.

Bila orang masa kini menghindari makan nasi putih untuk diet, di Korut orang nggak makan nasi putih karena memang nggak bisa beli. Setahun sekali, biasanya orang hanya bisa makan nasi putih saat hari ulang tahunnya. Kurangnya bahan makanan ini, membuat orang-orang berusaha cari makan dengan cara apapun. Salah satunya dengan cari rumput-rumputan.

Advertisement

2. Nasi putih adalah komoditas berharga, lebih-lebih lagi daging sapi! Di Korut, sapi itu jauh lebih berharga daripada nyawa orang. Bagi rakyat biasa, makan daging sapi itu cuma sebatas mimpi

Karena tidak ada peralatan mekanik untuk pertanian, sapi adalah penggerak utama untuk olah lahan via boston.com

Konsep ‘hewan ternak’ di Korea Utara sepertinya berbeda jauh dari seluruh dunia. Meski harga daging sapi sering naik di Indonesia, sapi masih tergolong hewan ternak untuk dikonsumsi. Nah di Korut, paling tidak untuk rakyat biasa, sapi bukanlah hewan ternak yang dibiakkan untuk dipotong dan dimakan dagingnya. Petinggi pemerintahan mungkin punya akses khusus untuk makan daging sapi, tapi rakyat biasa hanya melihat sapi di persawahan sebagai tenaga utama mengolah lahan. Di Korut tidak ada peralatan pertanian modern, jadi sapi itu berharga sekali.

Menurut pengakuan salah satu defector, satu-satunya kesempatan warga memakan daging sapi adalah ketika sapi pekerja itu sudah tua dan akan mati. Dagingnya boleh dibagi-bagi ke warga. Di sana yang justru dianggap hewan ternak adalah anjing. Berbeda dari kita semua yang menganggap anjing hewan peliharaan, warga Korut tidak memiliki rasa bersalah ketika mengkonsumsi anjing. Ya karena itu satu dari sedikit protein hewani yang tersedia dan ‘diperbolehkan’ oleh negara.

3. Beruntunglah kita bebas ber-olshop ria untuk menambah penghasilan. Di Korut, awalnya membuka bisnis itu sebenarnya ilegal

Advertisement

Bisnis kecil-kecilan via all-that-is-interesting.com

Di sini, nggak mau bekerja siap-siap saja hidup menggelandang dan kesulitan makan. Bahkan yang sudah mati-matian bekerja pun terkadang belum bisa memenuhi semua kebutuhan. Tapi di Korut, membuka usaha adalah sesuatu yang legal. Memang sih, peraturan ini sudah lebih longgar sejak tahun 90-an.

Namun karena negara kesulitan memenuhi kebutuhan dan wabah kelaparan yang melanda, pemerintah Korut mulai memperbolehkan warganya untuk membuka usaha kecil, seperti berdagang asongan. Yah, mungkin Kim Jong Un menyadari bahwa rakyatnya bisa mati semua kalau mengandalkan pemberian negara.

4. Bagi kita, film luar negeri bisa didownload dan ditonton dengan mudah. Di Korut, nonton tayangan asing harus jago sembunyi, kalau nggak mau mati

Semua tontonan disensor oleh pemerintah via www.flickr.com

Hidup terisolasi dalam rezim Komunis, membuat orang Korut lapar akan kehidupan dunia luar. Ya dasarnya memang konsep isolasi itu makin mustahil di era informasi ini, informasi, film, lagu, bahkan produk asing itu sebenarnya banyak yang bisa diselundupkan ke dalam Korut. Biasanya sih lewat Cina. Drama Korea Selatan pun bisa dengan cukup cepat didapatkan di Pyong Yang. Sebagian besar masih lewat CD, tapi kabarnya akhir-akhir ini sudah mulai beredar bentuk USB.

Tapi nontonnya harus diam-diam, kalau nggak mau ketahuan teman dan dilaporkan. Kalau ketahuan bagaimana? Wah, bisa-bisa kamu dieksekusi karena itu merupakan salah satu bentuk pembangkangan. Serem banget ya?!

5. Punya pacar di luar kota bisa pe-er urusannya kalau kamu ada di Korut. Di sana, tidak bisa sembarangan lalu lalang antar kota. Harus ada izin travelling semacam visa

Ngantri naik bus di Pyongyang via www.pinterest.com

LDR-an antar kota di Korut bisa jadi hal menyiksa. Soalnya untuk pergi dari satu kota ke kota lainnya, kamu harus punya surat izin. Mungkin semacam visa dan paspor begitu ya? Karena ini juga, orang Korut juga terisolasi bahkan di negaranya sendiri. Sementara di sini, orang-orang daerah bebas datang saat ada masalah di ibukota, di Korut mereka nggak akan tahu apa yang terjadi di kota sebelah.

Sungju Lee, seorang pelarian Korut bertutur bahwa dia yang menghabiskan hidupnya di Pyongyang super kaget saat mengetahui bahwa kehidupan di luar Pyongyang sangat jauh berbeda. Saking bedanya, Sungju Lee sampai perlu bertanya, apakah mereka benar-benar masih di Korea Utara?

6. Setiap pagi menjelang, speaker besar akan disetel untuk menghaturkan puja-puji sang pemimpin. Mematikan radio? Haram hukumnya

Hari diawali dengan propaganda via www.mirror.co.uk

Soal propaganda, Korea Utara adalah jagonya. Setiap pagi, orang-orang akan dibangunkan dengan suara speaker yang menyebarkan puja-puji terhadap pemimpinnya. Bukan hanya speaker, ada juga radio yang menyiarkan “keajaiban” yang dibuat oleh The Kims. Bisa saja satu atau dua orang menyadari bahwa itu semua adalah propaganda. Tapi di muka umum, mereka dituntut untuk mempercayai apa yang dia dengar meskipun nggak masuk akal.

7. Listrik padam satu jam saja kita sudah kebingungan. Di Korut, banyak daerah yang hanya dapat listrik saat tahun baru

Malam hari di North Korea via www.soundofhope.org

Sungguh aneh bila negara yang selalu gembar-gembor soal nuklir dan peralatan perang ini, sebenarnya daerahnya masih banyak yang gelap gulita di kala malam. Tapi itu terjadi di Korea Utara. Bahkan ada beberapa kota pinggiran yang hanya mendapat listrik pada malam tahun baru. Itupun karena pada saat itu, supreme leader akan memberikan pidato yang wajib didengarkan oleh seluruh orang Korea Utara.

Negara yang didirikan oleh Kim Il Sung itu memang kekurangan energi. Komunitas internasional pernah menawarkan bantuan energi untuk memenuhi kebutuhan di Korut, asalkan Kim Jong Un mau mengerem sedikit aktivitas nuklirnya. Well, tentu saja ditolak.

8.  Di sini, surat kabar yang vulgar memuat gambar-gambar mengerikan pasti dihujat. DI Korut, ada public execution yang harus disaksikan semua orang

Warga menyaksikan Public Execution via onehallyu.com

Public Execution adalah hukuman atas seseorang yang melanggar peraturan Korea Utara. Disebut publik, karena hukuman ini dilakukan di tengah kota agar bisa dilihat oleh semua warga. Warga negara yang berusia 12 tahun ke atas wajib melihatnya, meskipun itu mengerikan. Warga akan dipangil lewat pengumuman dan biasanya eksekusi dilakukan oleh tim penembak. Pesannya sudah jelas untuk menimbulkan efek ngeri dan jera. Pemerintah Korut ingin warganya tahu hukuman apa yang menunggu bila ada yang berani melanggar peraturan.

9. Melarikan diri dari Korut bisa berakibat eksekusi. Di masa Kim Jong Un, yang dihukum bukan cuma pelaku, tapi juga keluarga 4 generasi

Era Kim Jong Un lebih kejam via www.vanityfair.com

Kebanyakan pelarian Korut memulai hidup barunya di Cina. Karena Cina dan Korut hanya dipisahkan batas alam sungai Truman, yang di musim dingin bahkan bisa dilewati dengan jalan kaki. Tapi kabur dari negara totalitarian jelas nggak semudah itu, karena “menyeberang” ke negara tetangga adalah persoalan hidup dan mati. Tiga kali ketahuan berniat kabur dari Korut, kamu bisa berakhir di public execution. Di era Kim Jong Il, yang dieksekusi hanyalah pelaku yang mau kabur. Tapi di era Kim Jong Un, satu orang ketahuan kabur, seluruh keluarganya akan menghadapi hukuman mati termasuk kakek dan neneknya.

Kalau tertarik lihat wawancara selengkapnya, lihat sendiri deh di video AsianBoss ini.

Memilukan banget ya ternyata hidup di Korea Utara. Kita yang hanya bisa melihat dari luar, sepertinya tidak akan bisa membayangkan penderitaan macam apa yang harus mereka jalani di sana. Yang lebih mengerikan adalah masih banyak orang Korut yang mengira kehidupan seperti itu normal-normal saja. Ya karena mereka masih tidak tahu seperti apa dunia luar.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi

CLOSE