Sindrom Toxic Shock, Bahaya yang Mengancam Pemakai Tampon. Tapi Kenapa Ya Tampon Tetap Saja Populer?

Bila di Nepal perempuan haid sampai berisiko kematian karena tradisi pengasingan, baru-baru ini di Skotlandia seorang perempuan nyaris mati karena salah pakai tampon saat datang bulan. Katie Knight harus menjalani detik-detik kritis selama 4 hari di ICU, tidak bisa berjalan, dan tidak bisa bicara. Dia didiagnosis terkena Toxic Shock Syndrom (TSS), infeksi bakteri fatal yang menyebabkan keracunan darah.

Awalnya Katie memakai tampon berkualitas dengan daya serap super karena tingginya aktivitas di kampus. Jenis tampon yang digunakan Katie memang sering diindikasi terkait dengan serangan TSS dalam beberapa kejadian lain. TSS memang dikenal cepat prosesnya, sehingga hanya beberapa jam Katie mulai merasa kesakitan. Selama 48 jam berikutnya Katie menderita tanpa tahu bahwa dia terkena TSS, dengan kondisi tampon yang dia gunakan masih tertinggal di dalam. Hal tersebut memperparah gejala TTS yang dialami Katie.

Meskipun jauh lebih tua daripada pembalut, orang Indonesia tampaknya masih lumayan asing dengan tampon. Nah, buat kamu yang belum tahu apa itu tampon, yuk simak info yang sudah Hipwee kumpulkan ini.

Tampon dan pembalut itu berbeda. Mana yang lebih sering kamu gunakan?

Tampon dan pembalut

Tampon dan pembalut via hellosehat.com

Tampon adalah alat penyerap menstruasi yang sudah digunakan sejak abad ke-18. Umumnya terbuat dari campuran antara serat rayon dan katun, tampon memiliki daya serap yang lumayan. Bentuk tampon menyerupai peluru dengan tali di ujungnya. Pemakaiannya dimasukan ke liang vagina. Berdasarkan daya serapnya, ada tampon junior (kurang dari 6 gram), reguler (6-9 gram), super (9-12 gram), super plus (12-15 gram), dan ultra (15-18 gram).

Pada prinsipnya, pembalut dan tampon itu sama. Fungsinya adalah untuk menyerap darah haid agar tidak meleleh ke mana-mana. Bahannya pun sama-sama dari katun dan wol. Soal bentuk dan pemakaian pembalut tentu tak perlu dijelaskan lagi. Saat ini kamu bisa memilih sendiri variasi yang kamu suka, mulai yang biasa, bersayap, atau yang panjangnya 35 senti.

Penggunaan tampon memang sedikit riskan. Namun bila sesuatu aturan, sebenarnya cukup aman

Penggunaannya harus tepat aturan

Penggunaannya harus tepat aturan via www.babble.com

Sesuai dengan bentuknya yang menyerupai peluru, tampon dipakai dengan cara dimasukan dalam vagina. Aplikator dan tali yang disediakan akan memudahkanmu memasukan dan mengeluarkan tampon dengan jari. Kamu yang belum pernah mencoba, pasti ngeri membayangkannya. Rasa sakit dan tidak nyaman juga mungkin dialami oleh yang baru memakainya untuk kali pertama. Namun dengan teknik yang tepat pakai tampon tidak perlu kesakitan.

Lho, bagaimana kalau tamponnya tidak bisa dikeluarkan dan masuk ke rahim? Tenang-tenang, leher rahim terlalu sempit untuk tampon, sehingga bila pakai dengan benar, mustahil tampon masuk ke dalam rahim.

Untuk yang malas ganti berkali-kali, sebaiknya pemakaian tampon dihindari. Karena Toxic Shock Syndrome (TSS) adalah risiko yang sering terjadi

Karena dimasukan ke dalam tubuh, harus rajin diganti

Karena dimasukan ke dalam tubuh, harus rajin diganti via www.mommyish.com

Toxic Shock Syndrome sebenarnya bisa dialami oleh siapa saja. Namun perempuan yang sedang menstruasi, memakai tampon, atau baru saja menjalani operasi memiliki risiko yang jauh lebih besar. TSS adalah kumpulan gejala akibat infeksi bakteri, umumnya kelompok bakteri Staphylococcus aureus atau streptococcus grup A. Gejalanya meliputi demam tinggi, nyeri tenggorokan, nyeri otot, diari, ruam-ruam dan membengkak, tachycardia, dan sakit kepala. Dengan cepat, TSS juga akan menyebabkan gagal ginjal, gagal jantung, dan gagal pernapasan.

TSS pernah mewabah di tahun 1980-an  karena penggunaan tampon dan alat medis yang kurang steril. Seiring mulai berkurangnya produksi tampon, kejadian TSS pada perempuan haid juga menurun drastis. Idealnya, memakai tampon harus diganti setiap 4-5 jam sekali. Pemakaian tampon lebih dari 8 jam, pemilihan tampon yang tidak sesuai, dan pemasangan yang kurang steril bisa meningkatkan risiko TSS.

Meski ada risiko secara medis yang lumayan seram, tampon masih jadi pilihan yang cukup populer di negara-negara Barat seperti Skotlandia dan Amerika Serikat

berenang pakai tampon tetap nyaman

Dengan tampon, bisa tetap berenang meskipun sedang datang bulan via www.flickr.com

Tampon dan pembalut sebenarnya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Meskipun pemasangannya lumayan sulit, tampon menang dalam segi fleksibilitas. Untuk kamu yang sehari-harinya aktif, tampon adalah pilihan yang tepat karena akan lebih nyaman. Dipakai untuk berenang pun tak masalah. Tak seperti pembalut yang sering bikin risih karena ‘ngecap’ di celana, tampon tak akan menimbulkan masalah meski sedang pakai bikini. Mungkin karena itulah, orang-orang Barat lebih nyaman menggunakan tampon daripada pembalut. Sedangkan di negara-negara Timur seperti Indonesia, pengguna tampon sulit ditemui. Bahka banyak perempuan Indonesia yang mungkin belum pernah mendengar tentang tampon.

Konsep memasukan benda asing dalam vagina juga dianggap sama seperti ‘merengut’ keperawanan, karena itu produk seperti tampon sepertinya tak cocok dipasarkan di sini

Masih dianggap tabu

Masih dianggap tabu via www.independent.co.uk

Di Indonesia, umumnya tampon dipakai oleh ibu-ibu yang sudah berusia 4o-an tahun atau yang sudah menikah. Alih-alih risiko medis, justru risiko sosial yang dikhawatirkan, yaitu: kalau tampon dimasukan dalam liang vagina, berarti bisa merobek selaput dara dong? Berarti nggak perawan lagi dong?

Soal keperawanan memang tak bisa dianggap  main-main di Indonesia. Sayangnya, kata-kata perawan dalam konsep kita ditentukan oleh the one and only selaput dara. Padahal robeknya selaput dara bisa terjadi karena berbagai hal, misalnya kecelakaan. Jadi apakah tampon bisa merengut keperawanan? Ada baiknya kita rumuskan ulang dulu soal keperawanan yang hanya bisa hilang karena hubungan seksual, bukan karena asal robeknya selaput dara.

Selain tampon dan pembalut, sekarang juga ada juga cangkir menstruasi. Bisa dicuci dan tak perlu diganti-ganti

Cangkir menstruasi

Cangkir menstruasi via helloflo.com

Seiring perkembangan zaman, problematika saat haid yang menghambat aktivitas semakin ditiadakan. Menstrual cups atau cangkir menstruasi bisa melakukan pekerjaan ribuan tampon dan pembalut sekaligus. Cangkir menstruasi berbentuk seperti corong elastis yang dimasukan dalam liang vagina untuk menampung darah selama masa haid. Sebagaimana konsepnya, cangkir menstruasi bisa dicuci dan dipakai berkali-kali.

Kampanye pemakaian cangkir menstruasi ini diawali oleh perusahaan asal Swedia, Intima  yang menyoroti limbah pembalut dan tampon. Konon dalam satu tahun perempuan Amerika bisa membuang 270 ribu ton pembalut, yang setara dengan 6 kapal Titanic. Jadi selain lebih aman untuk mereka yang punya aktivitas di atas rata-rata, cangkir menstruasi ini lebih ramah lingkungan.

Terlepas dari PMS yang merepotkan banyak orang, soal kesehatan dan kebersihan selama haid tentu lebih urgen diperhatikan. Memakai tampon, pembalut, atau cangkir menstruasi, sesuaikan dengan kebutuhanmu sendiri. Mengganti tampon dan pembalut sekaligus mencuci cangkir pembalut sesering mungkin lebih baik untuk menghindari risiko-risiko yang tidak diinginkan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi