Risiko Gampang Akrab sama Orang: Mudah Baper ketika Pergi atau Ditinggalkan

Selalu panik saat tiba giliran menulis #HipweeJurnal. Ngomongin diri sendiri memang sulit ya ketimbang ngomongin orang lain (efek pengikut akun perlambean—if you know what i mean). Bukan karena nggak ada yang bisa diomongin, tapi akan lebih baik jika mengenal saya secara langsung. Asyiiik Karena saya berasal dari jurusan ilmu komunikasi, sudah barang tentu pencitraan jadi salah satu kelihaian saya. Takutnya nih, kover nggak sesuai isi atau nanti dikira clickbait. Asal tahu aja,  ketika masuk ke Hipwee, orang yang mewawancarai saya sempat amaze. Lah wong itu first impression. Saya dianggap sebagai orang yang kalem dan penuh wibawa.

…….tapi semuanya berubah saat negara api  menyerang

Setelah beberapa waktu ngantor di Hipwee, akhirnya lambat laun rekan-rekan kantor mulai mengenal sifat saya. Gampang bersosialiasi, terbuka, rusuh, memiliki kamus bahasa kasar yang lengkap, dikit-dikit bercanda (kayak OVJ) dan sejenisnya. Mungkin nggak cuma saya saja, semua orang pasti akan menjadi dirinya ketika sudah nyaman di lingkungannya.

Menjadi orang yang gampang akrab dan bersosialisasi memang banyak keuntungannya. Orang-orang di sekitar pun udah pasti tertolong. Toh nggak perlu berbasa-basi untuk mencoba akrab, saya sendiri yang akan mendekatkan diri dan membuat mereka nyaman. Udah jadi kebiasaan sih. Saya nggak bisa membiarkan keadaan awkward begitu saja. Namun, selayaknya mata uang, selalu ada dua sisi perihal orang-orang ini. Jadi, meski memang benar banyak untungnya, risiko menjadi orang yang gampang akrab dan mudah bersosialisasi dengan lingkungan sekitar ini nggak bisa dihindari.

1. Orang yang gampang bersosialisasi kayak gini adalah tipe orang yang sulit atau bahkan susah bilang ‘enggak’

Oke siaaap via www.quickmeme.com

Menjadi orang yang terbuka dan gampang akrab seperti ini terkadang membawa kesusahan untuk diri sendiri. Misalnya saja ada yang minta tolong, minta temenin, minta datang, dan minta lain-lain, pasti akan sangat sulit untuk menolak. Kenapa? Karena sebagai orang yang cepat akrab, kamu berarti bisa memahami karakter seseorang dengan cepat. Nah, ketika kamu udah mengenal mereka, ada semacam perasaan nggak tega untuk menolak permintaan mereka. Ada perasaan kasihan plus merasa bersalah gitu lho  kalau menolak mereka. Terkadang kamu lebih memilih mengorbankan kepentinganmu demi kepentingan mereka sih. Ya nggak?

2. Tiba-tiba di jalan ada yang nyapa, kamu tahu wajahnya tapi nggak hafal namanya siapa

Maaf ya 🙁 via www.memegenerator.com

Duh, ini sih yang paling sering. Kepopuleran yang agak HQQ membuat orang-orang yang cepat akrab ini dikenal oleh banyak orang. Apalagi orang-orang tersebut hanya berjumpa sekali dua kali, tapi udah merasa kenal. Sayangnya, saya adalah tipe orang yang gampang akrab sama orang yang baru dikenal tapi susah untuk mengingat nama (maafkan). Apalagi jika orang yang ditemui intensitasnya hanya sekali dua kali. Saya yang lebih aktif biasanya tidak mengingat nama orang tersebut. Tapi tenang, saya pasti mengingat wajah kamu, di mana kita ketemu, dan apa yang kita perbuat saat itu (halah kenapa udah kayak jawab lagunya Yolanda Kangen Band aja nih).

3. Dan inilah yang paling menyedihkan: sudah akrab dan merasa dekat, lalu pergi meninggalkan atau ditinggalkan

Part paling menyedihkan via www.reddit.com

Poin ini saya dedikasikan untuk teman-teman kantor yang akhirnya menyusuri jalan baru. Setelah sekian lama tidak ada salam perpisahan, akhirnya momen sedih itu akan kembali saya rasakan bulan ini. Salah seorang penulis pamit undur-undur. Saya yang merasa dekat dengan semua teman-teman di kantor merasa ini adalah sebuah perpisahan yang berkelanjutan. Ada yang datang dan pasti ada yang pergi.

Di usia yang telah memasuki masa produktif (alias udah masuk usia bekerja) mencari dan memiliki teman itu sangat sulit. Pantas aja ada istilah “semakin tua usiamu, maka semakin sedikit teman-temanmu”. Saya yang terlanjur dekat dan nyaman dengan orang-orang ini tak jarang akan sampai di perpisahan. Dan itu sudah terjadi berkali-kali. Tidak bisa disalahkan kepergian mereka. Toh bekerja di sini bukan semacam wajib belajar 9 tahun. Silakan bertahan atau selamat berjuang di ruas jalan yang baru. Hanya ada dua pilihan: sanggup meninggalkan, atau siap ditinggalkan. Dan dari sini saya juga lambat laun belajar kalau sama orang kantor mah dijadiin rekan aja, nggak usah temenan dekat-dekat apalagi sayang. Ntar sedih kayak aq.

Yha kalau mau temenan sama rekan kerja belasan atau puluhan tahun ya jadi PNS aja sana | Anti CPNS CPNS Club

NB: Tulisannya gantung ya? Lha emang. Mengingat hal ini aja mata gue udah berkaca-kaca gimana mau berkata-kata.

#HipweeJurnal adalah ruang dari para penulis Hipwee kesayanganmu untuk berbagi opini, pengalaman, serta kisah pribadinya yang seru dan mungkin kamu perlu tahu  

Baca tulisan #HipweeJurnal dari penulis lainnya di sini!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pemerhati Tanda-Tanda Sesederhana Titik Dua Tutup Kurung