Budaya Ngaret di Indonesia Memang Parah. Tapi Ada Lho yang Lebih Parah, Tengok Deh 3 Negara Ini

Kalian pasti pernah terlambat, kena marah atasan, dosen bahkan pacar. Hal itu biasa terjadi di Indonesia guys… ya emang bikin kesel. Coba bayangkan rasanya nungguin dosen pas bimbingan skripsi, janjian jam 7 pagi ketemunya jam 3 sore. Bahkan acara besar seperti resepsi pernikahan atau konser musik pun selalu diberi ‘kelonggaran’ waktu. Entah karena macet hingga tamu tak bisa datang tepat waktu atau justru ‘bintang utamanya’ yang telat. Persoalan disiplin waktu di negeri ini, itu memang seakan-akan sudah jadi budaya. Budaya ini tentunya bertentangan dengan ungkapan populer bahwa waktu adalah uang. 

Advertisement

Uniknya, budaya telat ini ternyata bukan cuma milik Indonesia lho. Ada lho negara lain yang juga menganut ‘jam karet’ seperti negeri kita tercinta ini. Kalau di Indonesia, sikap telat itu biasanya masih dikritik meski akhirnya dimaklumi. Kalau di negara-negara ini, anehnya telat itu justru dianjurkan. Kok bisa?! Buat yang penasaran, baca deh ulasan menarik Hipwee News & Feature kali ini.

Di Chili, datang terlambat saat jamuan makan malah disarankan lho

Kamu nggak bakal diomelin kalo dating telat pas acara makan malam di Chili. Semisal kamu janjian jam 8 malam, malah disarankan kamu untuk datang 15-30 menit setelahnya lho. Bahkan kalau kamu datang tepat waktu atau malah terlalu cepet bisa jadi bahan gunjingan, mereka menganggap dengan datang terlalu cepat itu berarti kamu orangnya serakah, pengen dapet jatah lebih banyak dari orang lain guys.

Bukan cuma itu! Kalau kalian datang tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang sudah dijanjikan, justru bakal dianggap berbuat hal buruk. Mereka menganggap kalian mengintimidasi kesiapan mereka perihal jamuan makan malamnya. Beda banget ya di Indonesia sih kalau diajak atau ditraktir makan, mungkin justru banyak yang selalu on-time. Giliran kerja aja yang selalu konsisten ngaret.

Advertisement

Di Ekuador, datang telat malah dibilang “on-time”

Mirip seperti di Chili, di Ekuador juga ada tradisi semacam itu. Di Ekuador kalau kalian membuat janjian makan atau meeting, datanglah terlambat 15-30 menit.  Hal itu sangat lumrah dan bahkan masih dibilang on-time. Katanya sih memang sifat orang-orang Ekuador saja yang take it easy dan tidak terpaku oleh waktu. Sebagian besar mengaku justru lebih bahagia dengan hidup selow seperti ini. Hampir semua hal di Ekuador serba terlambat, dari jam kerja, pernikahan, pesta, sampai jadwal penerbangan. Ya mirip-mirip Indonesia lah. Mungkin bedanya, orang-orang Ekuador sepertinya lebih ‘menikmati’ keterlambatan mereka.

Sedangkan di Brazil, meskipun dateng meeting ngaret nggak bakalan ada yang komplain

Banyak orang berpikir bahwa di dunia ini semua pekerjaan pasti perihal disiplin waktu dan produktivitas. Jangan salah, di Brazil kalau kalian dating telat, lebih cepat atau tepat waktu, orang nggak terlalu peduli. Acara meeting dengan klien jadi hal biasa jika ada yang terlambat. Di Brazil semua pekerjaan terlihat santai. Bahkan tiap tahunnya, banyak murid yang terlambat untuk datang ke ujian nasional SMA. Tapi ya gitu, mereka santai aja dan memulai setelah semua orang hadir.

Advertisement

Sama seperti Indonesia, masalah kemacetan juga jadi penghambat siapapun yang ingin tepat waktu di Brazil sih. Cuma ya itu mereka tampaknya sudah lebih berdamai dengan masalah keterlambatan ini.

Bisa dilihat, jika semua negara-negara di atas masuk dalam jajaran negara Amerika Latin. Mungkin memang ada ‘sesuatu’ dalam budayanya yang menyebabkan orang-orang di kawasan ini suka telat. Tapi terus bagaimana Indonesia yang terpisah benua juga mengadopsi kecenderungan yang sama?!

Penjelasan lain adalah masalah ekonomi. Kebanyakan negara-negara yang ‘suka’ telat adalah negara-negara berkembang yang pendapatan per kapitanya masih rendah. Sementara mereka yang sangat tepat waktu adalah negara-negara maju dimana literally waktu itu benar-benar bisa dikonversikan dengan uang. Karena tiap menit yang terbuang, kerugian finansialnya besar sekali. Sedangkan di negara-negara berkembang, kesadaran seperti itu belum terbentuk.

Nah menurut kalian, bisa nggak ya negara kita memperbaiki kebiasaan telatnya?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Kertas...

CLOSE