Video Guru Tampar Muridnya Ini Viral. Bukti Hukuman Fisik Masih Membudaya dalam Pendidikan Indonesia

Dunia pendidikan kembali digemparkan oleh viralnya sebuah video seorang guru sedang menampar dan memukul 4 siswinya di depan kelas. Video tersebut sepertinya diambil oleh salah satu murid secara diam-diam dari bangku dimana dia duduk. Sayangnya, percakapan yang terjadi tak bisa ditangkap dengan jelas dan belum bisa dipastikan penyebab dari kasus ini.

Advertisement

A post shared by @m.rizky2005 on

Guru atau tenaga pendidik memang memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk mencetak generasi penerus bangsa. Tiap harinya mereka harus menghadapi berbagai tantangan dan perilaku siswa yang beraneka ragam. Pastinya juga sering berada di posisi sulit sampai mungkin kehilangan kesabaran karena kelakuan para siswa yang masih ABG. Tetapi, apakah tindakan tersebut bisa dibenarkan?

Terlebih lagi ketika kita sendiri tahu bahwa hukuman fisik di sekolah itu cukup sering terjadi di Indonesia. Mungkin bukan ditampar, tapi dipukul atau ‘didisiplinkan’ dengan penggaris kayu sudah jadi cerita klasik anak sekolahan. Sejumlah orang menganggapnya wajar, sebagian lagi tidak terima. Siapa yang sebenarnya patut untuk disalahkan? Apakah ini hanya kelakuan satu oknum atau memang praktik hukuman fisik masih jadi budaya dalam sistem pendidikan kita?! Yuk simak bersama ulasan Hipwee News & Feature ini!

Advertisement

Menilik ke belakang, kasus ini jelas bukanlah yang pertama. Sejak dulu bahkan kita tahu bahwa hukuman pukulan menggunakan penggaris kayu pun telah ada

Mungkin sekarang saja lebih sering tertangkap kamera via ributrukun.com

Jika menilik ke belakang, kasus ini bukanlah yang pertama. Sejak dulu bahkan kita tahu bahwa hukuman pukulan menggunakan penggaris kayu telah ada. Tak bisa dimungkiri, zaman telah berubah. Era gawai dan juga media sosial membuat semua hal menjadi mudah untuk disebarkan secara luas. Tapi, ini justru jadi bukti tersendiri bahwa sebenarnya sistem pendidikan kita masih cukup sarat dengan budaya kekerasan.

Meski tak akan ada asap jika tak ada api, bukan berarti guru dengan mudah main tangan saat ada muridnya yang melanggar aturan

Main tangan via cewekbanget.grid.id

Benar jika semua itu tak akan terjadi kalau saja para murid bisa menjalani aturan yang ada di sekolah, tidak membantah dan juga disiplin terhadap segala hal. Namun, bukan berarti guru dengan mudah main tangan saat ada muridnya yang kemudian melanggar tata tertib yang ada. Menegurnya baik-baik, mengadakan mediasi bersama guru BK (Bimbingan Konseling), sampai pada diberikannya surat pemanggilan orang tua adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk memberikan pelajaran atas kesalahan yang telah diperbuat oleh murid tersebut.

Kekerasan fisik hanya akan menimbulkan rasa takut yang berlebihan. Selain itu guru adalah sosok yang sangat penting dalam pembentukan karakter murid karena setengah kehidupan mereka ada di sekolah. Jika guru sering memperlihatkan perilaku yang cenderung mengarah pada kekerasan, ya mungkin itu nantinya yang akan secara tidak sadar diteladani murid-muridnya.

Advertisement

Mungkin hukuman fisik selama ini sudah dianggap lumrah sebagai cara mendisplinkan siswa. Padahal pasti ada cara lain yang lebih baik untuk mengajarkan prinsip itu pada anak-anak

Sekolah punya andil besar via dradgeeport133.web.fc2.com

Sebagai instansi yang menaungi, pihak sekolah punya andil besar agar kejadian seperti ini jangan sampai terjadi. Kekerasan jelas tidak seharusnya terjadi di lingkungan sekolah, tempat dimana murid seharusnya merasa aman dan terlindungi. Supaya proses pembelajaran bisa berlangsung dengan baik, siswa memang harus diajari ketertiban dan kedisiplinan. Tapi tidak dengan kekerasan atau tindakan semena-mena. Sekolah harus punya sistem tersendiri untuk mengajari hal tersebut dan harus ada konsekuensi untuk guru yang tertangkap ‘ringan tangan’.

Karena pada akhirnya, kekerasan fisik yang terjadi sebenarnya bukan jawaban agar murid tersebut jera atas perbuatannya

Kekerasan fisik bukanlah jawaban via ontologicalstatus.blogspot.co.id

Meski mereka melakukan hal di luar aturan atau bahkan memiliki perilaku yang jauh dari kata santun, kekerasan fisik guru sebenarnya bukanlah jawaban atas apa yang mereka perbuat. Kalau sejak masa remaja saja sudah mendapat perilaku seperti ini, bisa saja mereka punya jejak rekam yang buruk terhadap guru yang seharusnya dihormati. Atau malah yang ada bukan makin baik, tapi justru makin membangkang.

Masa sekolah memang penuh gejolak dan menabrak aturan yang ada seakan malah jadi makin keren. Itulah kodratnya remaja. Menghadapinya dengan kekerasan rasanya bukan langkah yang tepat. Ya semoga dengan terungkapnya kasus seperti ini, semua orang yang terlibat dalam sistem pendidikan makin sadar dan membenahi diri ya..

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

a young mother of two

CLOSE