Kisah Ardian Syaf. Meski Sering Dikira Pengangguran, Ternyata Hasil Karyanya Sudah Diakui Dunia!

Siapa yang nggak kenal tokoh superhero legendaris macam Batman atau Superman? Bisa dipastikan, semua orang pasti mengetahui kedua tokoh fiktif dari Paman Sam ini. Dari mulai kartun, animasi, kaos, kostum untuk cosplay, hingga baliho di seluruh penjuru dunia, kita bisa melihat wajah dan tubuh kekar mereka. Tapi tahukah kamu bahwa kedua tokoh ini hasil tangan dingin seorang seniman asal Indonesia?

Advertisement

Ya, tokoh superhero yang memiliki banyak seri ini ternyata hasil karya pemuda asal Tulungagung, Jawa Timur loh! Siapa yang nggak bangga coba, ada seniman tanah air yang berhasil menembus industri komik dunia? Nah, kali ini Hipwee Boys pengen membagi kisah Ardian Syaf, seorang pemuda asli Tulungagung yang sangat inspiratif. Simak, ya!

Kecintaan Aan pada komik bermula sejak duduk di bangku dasar. Majalah Bobo menjadi inspirasinya pada saat itu

Anak zaman sekarang nggak ada yang kenal Bobo. :(

Anak zaman sekarang nggak ada yang kenal Bobo. 🙁 via koleksitempodoeloe.blogspot.co.id

Pertama kali Aan, panggilan akrab Ardian Syaf, mengenal komik adalah saat dia masih duduk di bangku sekolah dasar, tepatnya kelas 1 SD. Juga dari Ayahnya yang kerap membelikan komik untuk Aan. Dilansir dari Kompas.com, Aan mulai jatuh hati pada komik saat dia mendapatkan hadiah komik dari Majalah Bobo berkat TTS yang dia kirimkan. Sejak saat itulah, dia bercinta-cita untuk menjadi seorang komikus. Bisa dibilang, dia cinta pada pandangan pertama. Bukan pada cewek, melainkan pada komik. Singkat cerita, setelah lulus dari SMA, dia melanjutkan kuliah di Universitas Negeri Malang, jurusan Desain Komunikasi Visual.

Meski menghadapi keraguan orangtua, pilihannya untuk kuliah dan menekuni hobinya sebagai komikus, akhirnya membuahkan tinta emas

Salah satu karya Aan di devianart.

Salah satu karya Aan di devianart. via ardian-syaf.deviantart.com

Dilansir dari berbagai sumber, Aan mengaku, orangtuanya sempat khawatir dan ragu dengan keputusannya sebagai seorang komikus. Terlebih dia mengambil jurusan DKV yang pada saat itu belum jelas ke mana arahnya setelah lulus. Setelah lulus kuliah pada 2004, Aan melamar pekerjaan ke mana-mana, ke berbagai penerbit di Jakarta. Tapi dia nggak kunjung mendapatkan panggilan kerja. Kemudian, seorang kerabat memberi masukan pada Aan untuk membuat akun di digitalwebbing.com. Setelah dua tahun menjadi anggota, dia masih juga nggak dapat tawaran kerja yang sepantasnya.

Advertisement

Dia memulai karirnya sebagai penciller tanpa bayaran, dari berbagai penerbit di seluruh dunia. Dia juga sempat mendapatkan pekerjaan hanya dengan honor US$25 per halaman komik. Harga yang sangat menyedihkan untuk seorang penciller. Hingga pada suatu hari, anak Aan jatuh sakit, sementara Aan masih nggak punya pekerjaan dan biaya untuk berobat anaknya. Akhirnya dia mendapatkan pekerjaan di koran lokal dan sebuah penerbit buku pelajaran sebagai layouter.

Perjalanan Aan belum usai. Hingga pada tahun 2007, dia mendapatkan tawaran dari Dabel Brothers Publishing sebagai penciller untuk komik Dresden Files: Welcome to the Jungle. Nah, dari sinilah, karya Aan mulai dilirik publisher dunia, Marvel dan DC Comics. Dia dipercaya sebagai penciller untuk komik Superman, Batman, Wonder Woman, Batgirl, hingga Green Lantern dalam beberapa seri.

Para tetangga yang selalu melihatnya sebagai pengangguran, nggak pernah paham apa yang dikerjakannya. Beginilah masyarakat kita

Lebih gampang cari foto Raffi Ahmad di Google, daripada foto Aan. :p

Lebih gampang cari foto Raffi Ahmad di Google, daripada foto Aan. :p via suaramerdeka.com

Ini satu-satunya hal yang belum bisa lepas dari masyarakat kita. Selalu menilai orang dari luarnya aja. Seperti halnya Aan yang bekerja secara remote, masyarakat sekitar mengiranya sebagai seorang pengangguran. Padahal memang kerjaan seperti ini membutuhkan waktu dan ruang khusus untuk mendapatkan inspirasi, serta nggak selalu harus pergi ke kantor. Lagipula, masa iya dia harus ke kantor setiap hari? Sayangnya, para tetangga yang mengira Aan seorang pengangguran, sampai saat ini nggak sadar bahwa tetangganya yang sering menghabiskan waktu di kamar itu adalah seorang penciller beken di Amerika, bahkan dunia!

Advertisement

Setelah memiliki nama di dunia komik internasional, Aan tetap cinta tanah airnya. Selalu ada unsur Indonesia dalam setiap komiknya

Ada garuda!

Ada garuda! via comics66.com

Keberhasilannya menjadi—mungkin satu-satunya—penciller asal Indonesia yang berkiprah di Marvel dan DC Comics nggak lantas membuatnya menjadi lupa daratan. Terbukti dari beberapa coretan tangannya pada komik yang telah diterbitkan, dia selalu memberikan nuansa Indonesia di dalamnya. Seperti dalam komik Batgirl #1 yang mengambil latar cerita di Jakarta beserta dengan baliho bergambar mantan gubernur DKI Jakarta, Jokowi dan Ahok. Ada pula landmark Indonesia, Monas di Gotham City, kepulauan Indonesia di Green Lantern, truk minyak yang terbakar, hingga tulisan The Great Help City pada topi yang dikenakan seorang tokoh dalam komiknya. Sementara di komik Earth 2; World’s End #1, ada lambang burung garuda dalam lemari kaca dan juga topeng yang kemungkinan berasal dari Suku Dayak. Dan nggak menutup kemungkinan, akan banyak lagi simbol tersembunyi yang akan hadir di setiap komik DC.

Yups, begitulah sepak terjang Ardian Syaf , komikus dari desa Tenggur, Tulungagung yang makin bersinar di dunia komik internasional. Belajar dari kisah Aan, ketika kamu mendambakan sesuatu, kejarlah terus tujuanmu. Rintangan sudah pasti ada, tapi jangan jadikan itu sebagai alasan untuk melangkah mundur. Ingat, proses nggak pernah mengingkari hasilnya kelak!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Senois.

CLOSE