Harga Tanah-Rumah Tak Lagi Manusiawi, Rumah Mungil Bakal Jadi Rumah yang Realistis di Generasi Kita

Pengen deh di umur 30-an punya rumah sendiri.

Saat usia sudah lewat dari 25 tahun, pikiran-pikiran itu pernah melintas nggak sih di kepalamu? Selain alasan-alasan ingin tinggal mandiri, rumah serta tanah yang kamu miliki kata orang itu salah satu aset untuk masa depan. Setidaknya punya rumah sendiri tak akan membuatmu terus mengontrak di rumah orang. Mengingat biaya kontrakan per tahunnya pasti meningkat, sementara kebutuhan pribadi pun ikut bertambah.

Lalu kenyataan lainnya, bahwa semakin ke sini harga tanah naik tak kira-kira. Kalau sudah begini bagaimana dengan mimpimu punya rumah sendiri?

1. Kenaikan harga tanah dan rumah yang tak sebanding dengan kenaikan gaji, buatmu berpikir ulang untuk memiliki rumah sendiri

Harga tanah naik, lahan semakin sempit via rumahdijual.com

Seperti yang dikutip dari tirto.id, bahwa kenaikan harga rumah yang terus terjadi secara signifikan tak sebanding dengan kenaikan gaji pegawai atau UMK meski Ketua Umum REI Eddy Hussy mengatakan jika kenaikan harga ini tak terjadi di semua daerah. Kalaupun naik itu karena harga material dan UMK naik, jadi semua harga rumah ikut disesuaikan.

Sementara lahan yang tersedia tak hanya semakin sempit, tapi juga harganya bisa selangit kalau letaknya strategis. Sampai banyak orang yang memilih mencari tanah di pinggiran atau luar kota dengan pertimbangan harganya lebih terjangkau kantong mereka. Tapi bukan tak mungkin jika beberapa tahun ke depan harga tanah di luar kota pun ikut naik karena banyaknya permintaan atau kebutuhan. Lagi-lagi buatmu berpikir ulang untuk punya rumah sendiri? Kalau pun beli tanahnya bisa saja terjangkau, sementara pembangunan rumahnya sendiri bagaimana? Harga material tetap saja mahal lho.

2. Sementara kalau kamu mengesampingkan gengsi, punya rumah sendiri meski hanya sepetak bisa jadi solusi

Rumah sepetak via www.housebeautiful.com

Seperti yang kamu lihat selama ini, biasanya besar rumah itu jadi tolak ukur gengsi dari si empunya. Semakin besar rumahnya, akan semakin terpandang dan masuk dalam golongan orang sukses. Padahal besar kecilnya itu hal sepele yang harusnya dikesampingkan saat baru merencanakan punya rumah sendiri. Lagipula di zaman yang teknologinya semakin maju, harusnya kamu pun berpikir lebih maju.

Rumah tak berpatok pada besar kecilnya, tapi fungsi di dalamnya sendiri. Apalagi kalau bukan sebagai tempat tinggal yang bisa memenuhi segala kebutuhan juga keperluanmu. Mulai dari istirahat, bekerja, sampai bersosialisasi baik dengan keluarga sendiri atau tamu yang berkunjung. Kalau sepetak rumah saja sudah cukup memenuhinya, kenapa harus memaksakan diri untuk punya rumah gedong bak istana.

3. Tiny house atau rumah-rumah berukuran kecil di luar negeri justru jadi tren hunian para keluarga kecil

rumah kecil yang punya banyak kejutan via www.housebeautiful.com

Saat di Indonesia masih banyak yang berlomba-lomba membangun rumah besar. Semantara tiny house atau rumah-rumah berukuran kecil di luar negeri sedang jadi primadona untuk hunian keluarga kecil. Malah ada juga orang yang memutuskan untuk meninggalkan rumah yang cukup besar, lalu memilih untuk tinggal di rumah yang hanya sepetak saja. Sebab ternyata rumah sepetak itu lebih bisa mendekatkan penghuni rumah yang satu dengan yang lainnya. Kalaupun tinggal hanya sendiri, tak perlu khawatir merasa kesepian.

Jadi untuk urusan nyaman atau tidaknya, siapa bilang rumah sepetak tak bisa memberikan rasa itu? Bukankah rumah besar bak istana pun tak bisa menjamin ada kenyamanan?!

4. Biarpun kecil, rumah ini tak bisa kamu sepelekan kenyamanannya. Apalagi biaya membangunnya tergolong lebih murah

Ini dia dalamnya si rumah yang hanya sepetak via www.housebeautiful.com

Biarpun kecil yang penting rumah sendiri, dan aman juga nyaman.

Coba saja lihat di berita-berita itu, rumah-rumah yang besar ternyata lebih rawan dengan kejahatan. Bahwa yang tinggal di rumah yang besar barangkali belum tentu benar-benar akrab satu sama lainnya. Sementara rumah sepetak atau tiny house jika dibangun dengan rancangan serta perencaan yang baik pasti akan memberi penghuninya kenyamanan.

Biarpun sepetak, tapi kamu bisa merasakan fasilitas layaknya rumah besar lainnya. Tetap ada kamar tidur yang hangat dan nyaman. Ada dapur yang lengkap, termasuk oven dan kulkas. Ada juga kamar mandi yang sehat dengan toilet, wastafel bahkan bathtub, sampai ruang tamu yang juga bisa berfungsi sebagai ruang keluarga yang asyik. Rumah kecil ini bisa terkesan mewah, tapi untuk biaya pembangunannya bisa tergolong murah lho!

Membangun tiny house  paling murahnya bisa 150 sampai 200 juta. Sedangkan membangun rumah yang besar dengan perabotan yang lengkap bisa lebih dari 250 juta, itupun belum dengan harga tanahnya. Lalu untuk jika membeli tanah beserta rumahnya, untuk ukuran 38/120 saja bisa hampir 400 juta.

5. Selain nyaman ada juga tiny house yang ramah lingkungan dan punya desain cukup keren

kecil tapi kece, ramah lingkungan pula via www.housebeautiful.com

Jangan khawatir rumah sepetakmu ini kalah keren dari rumah besar bak istana. Biarpun kecil, rumah-rumah ini biasanya jauh lebih pintar. Selain dibangun dengan konsep praktis, tiny house juga multifungsi dan memanfaatkan ruang dengan sebaik-baiknya. Di dalam rumah sepetak ini tangga bisa saja berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan langit-langit rumah bisa dijadikan sebaik-baiknya tempat tidur, bahkan meja kerja tak hanya bisa dipakai untuk bekerja, tapi juga makan.

Kerennya lagi, sudah banyak juga rumah-rumah kecil yang lebih ramah dengan lingkungan seperti rumah dengan tambahan sistem solar untuk pembangkit tenaga listriknya. Ada juga yang punya tempat untuk mendaur ulang sampah organik dari dapur rumah tangganya. Memang perlu biaya tambahan untuk menjadikannya ramah lingkungan. Tapi kalau itu bisa menjaga kondisi bumi kita, kenapa tidak mencobanya?

6. Nah, kira-kira mungkin nggak ya kalau tiny house  ini bakal jadi jawaban dari kebingunan generasi kita untuk punya rumah sendiri?

Rumah masa kini via inhabitat.com

Setelah diberi bayangan harga tanah yang setiap tahunnya semakin mencekik, serta semakin sempitnya lahan hunian di bumi ini, apa iya kamu masih berpikiran untuk punya rumah besar? Masa iya iming-iming rumah kecil yang pintar karena multifungsi ini pun tak bisa merebut hatimu untuk memilihnya sebagai hunian masa depan? Toh kalau dipikir-pikir lagi, besar kecilnya rumah itu terlalu relatif. Sementara urusan kepemilikan rumah sendiri yang nyaman itu yang justru mutlak harus dipikirkan matang-matang.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Tukang catat yang sering dilanda rindu dan ragu