Belajar dari Santika Wibowo: Malaikat Bagi Penderita Leukimia Lewat yang Berjuang Menggalang Dana

Usia 20-an, saat dimana kamu sedang memperjuangkan masa depanmu dan mulai menyusun strategi untuk meraih semua mimpi, membuatmu fokus untuk mencapai tujuan itu. Nggak jarang, kamu menomorsatukan pencapain idealismu itu yang tanpa sadar mengabaikan hal-hal di sekitarmu.

Entah sengaja mengabaikan atau nggak, kamu lebih memilih untuk tetap mengejar tergetmu dan memutuskan untuk nggak terlibat dengan masalah yang sedang dihadapi oleh orang lain.

Tapi hal tersebut sama sekali nggak berlaku bagi gadis muda yang baru lulus kuliah bernama Santika Wibowo ini. Di saat anak-anak seusianya tengah sibuk mencari kemapanan, dia lebih memilih untuk memperjuangkan kehidupan orang-orang di sekitarnya. Ya, meskipun tak berarti ia meninggalkan mimpi dan keinginannya, Santika membuktikan bahwa berbuat baik nggak harus menunggu mapan 🙂

Santika Wibowo, gadis cantik lulusan FEB UGM ini memang termasuk mahasiswa yang berprestasi di kampusnya

Sarjana lulusan FEB UGM

Sarjana lulusan FEB UGM via www.instagram.com

Santika Wibowo atau yang kerap disapa Santi ini baru aja lulus dari pendidikan sarjananya. Menuntut ilmu di jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM) sejak tahun 2013, akhirnya gadis cantik ini berhasil menamatkan kuliahnya beberapa minggu lalu. Lulus dalam jangka waktu kurang lebih 3,5 tahun, bukan berarti Santi hanya jadi mahasiswi kupu-kupu alias kuliah-pulang kuliah-pulang.

Di tengah kesibukannya menuntut ilmu, Santi juga nggak kalah aktif di bidang non akademik. Buktinya berbagai prestasi berhasil disabet oleh kakak yang sangat dekat dengan kedua adik perempuannya ini. Salah satunya adalah berhasil terpilih menjadi runner up di sebuah kompetisi bisnis INCHALLENGE yang digelar di Hongkong. Santi didapuk menjadi salah satu perwakilan mahasiswa magang terbaik di departemen Corporate Affairs PT HM Sampoerna Tbk. Keren, ‘kan?

Saat orang-orang seusianya sibuk mendulang kemapanan, Sartika memilih untuk memberi perhatian kepada orang-orang yang membutuhkan

Lulusan UGM yang berjuang bagi penderita Leukimia

Lulusan UGM yang berjuang bagi penderita Leukimia via www.instagram.com

Ternyata perjuangan Santi nggak cuma di bidang akademik maupun non akademik kampus aja. Di luar itu, Santi masih tetap membuktikan kegigihannya dengan berbagai proyek sosial yang dia lakukan. Misalnya saja kampanye Teaching in Orphanage, dimana ia mngajak remaja-remaja lainnya untuk turun tangan dan mengajar anak-anak panti asuhan.

Memang di awal kampanyenya ini, Santi sedikit bekerja keras untuk mengajak yang lainnya. Bahkan di awal-awal, Santi hanya mengajar sendiri. Tapi berkat keyakinannya, apa yang dilakukan Santi membuahkan hasil. Ia mendapat dukungan dari orang banyak. Nggak cuma itu, apa yang dilakukan Santi ini sebenarnya bertujuan untuk mengajak anak-anak untuk menumbuhkan harapan mereka dan menciptakan mimpi-mimpi besar untuk diwujudkan nanti.

Melalui salah satu website pengumpulan dana KitaBisa , Santika tengah memperjuangkan kehidupan Dik Misbah yang terkena leukimia

Misbah, seorang anak yang diperjuangkan kesembuhannya oleh Santika

Misbah, seorang anak yang diperjuangkan kesembuhannya oleh Santika via www.instagram.com

Dan proyek sosial terbarunya adalah mengumpulkan dana untuk pengobatan penderita Leukimia. Nama Santi semakin dikenal setelah ia membuka donasi di salah satu situs pengumpul dana sosial untuk seorang anak penderita Leukimia bernama Yanuar.

Hal ini ternyata ia lakukan beberapa bulan lalu, di saat dia masih kuliah semester 6. Santi tahu betul kalau dana yang dibutuhkan nggak sedikit dan dengan posisinya sebagai mahasiswa nggak bisa menghasilkan uang segitu banyak dari kantong sendiri.

Di tengah kesibukannya mengejar gelar sarjana, Santi tetap mengusahakan dan memperjuangkan biaya pengobatan bagi Yanuar melalui pengumpulan donasi online . Nggak sampai di situ, Santi pun seakan dituntun kembali untuk membantu penderita Leukimia lainnya bernama Misbah . Semenjak itu tekadnya semakin bulat untuk membantu penderita Leukimia. Dan lagi-lagi, Tuhan melapangkan niat baiknya. Dana yang dikumpulkan ternyata melebihi dari yang ditargetkan.

Nggak ingin merasakan pengalaman itu sendiri, Santi berbagi cerita tentang orang-orang hebat ini dengan menuliskannya melalui sebuah situs yang ia kelola sendiri

Dia juga bercerita lewat terapibersyukur.com

Dia juga bercerita lewat terapibersyukur.com via www.instagram.com

Butuh satu pena untuk menorehkan cerita,
Butuh satu lensa untuk gambar yang sempurna.
Akan tetapi, butuh ribuan pasang mata dan hati seluas samudera
untuk peduli pada sesama.
Buka mata, buka hati, buka dunia.

Itulah sepenggal kutipan pembuka sebuah situs bernama terapibersyukur.com. Situs ini merupakan wadah Santi untuk berbagi cerita kepada orang banyak tentang setiap nilai yang dia dapat ketika mengulurkan tangan untuk membantu sekitarnya yang membutuhkan.

Ya, nggak cuma turun tangan langsung meringankan beban mereka yang pernah ia temui, Santi nggak ingin pengalaman yang dia rasakan ini hanya untuk dirinya sendiri. Ia ingin orang-orang di luar sana juga tahu bahwa dunia butuh bantuanmu, sekecil apapun. Ia ingin mengajak sebanyak-banyaknya orang untuk kembali bersyukur. Lewat kata-katanya yang begitu menggugah, kamu pasti juga akan merasakan apa yang dirasakan Santi. Mungkin hati kecilmu juga akan tergugah untuk melakukan kebaikan. Karena sesederhana ini untuk membuktikan kalau #BaikItuNyata .

Minute Maid Baik Itu Nyata via www.instagram.com

Pada dasarnya, kebaikan itu akan selalu ada. Disebarkan dengan orang-orang baik dan niatan baik dengan tujuan membuat orang jadi terbantu. Entah itu sengaja atau tidak. Untuk kamu yang berbagi dan menjadi kebaikan bersama Minute Maid, bisa menunjukkannya dalam beragam hal. Untuk membuktinya bahwa #BaikItuNyata adanya di tengah hingar bingar kesibukan kita sekarang.

Ingin jadi bagian dalam #BaikItuNyata , sebarkan saja kebaikan kecilmu. Minute Maid akan senantiasa menunggu tiap gerakanmu yang memberikan arti bagi orang lain.

Santika Wibowo, sarjana lulusan FEB UGM itu telah menunjukkan bahwa, menolong sesama nggak harus menunggu kaya. Mengulurkan tangan bagi mereka yang membutuhkan nggak harus menunggu usia mapan.

Di usianya yang masih sangat muda, dengan predikat pendidikannya, nggak membuat gadis cantik ini sengaja memalingkan muka dari lingkungan yang membutuhkan pertolongannya. Ya, panggilan hati seperti ini memang nggak pernah pandang bulu, nggak mengenal siapapun dan kapanpun.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis