Jogja Dulu dan Kini. Meski Banyak Hal Telah Berganti, Semoga Tetap Selalu di Hati

“Masih seperti dulu, tiap sudut menyapaku bersahabat. Penuh selaksa makna… Terhanyut aku akan nostalgi, saat kita sering luangkan waktu, nikmati bersama suasana Jogja…”

Yogyakarta, Kla Project

Advertisement

Membicarakan tentang Jogja seolah takkan ada habisnya. Berjuta pesona serta keramahan penduduknya yang selalu ditawarkan membuat kita enggan berpaling ke kota lain untuk singgah. Kuliner, tempat wisata, serta berbagai macam pengobat duka seakan tersedia di setiap sudut Kota Jogja.

Yuk, bernostalgia sejenak mengenang Jogja tercinta, yang kini telah banyak berubah seiring perkembangan zaman.

Tugu Jogja kini terlihat lebih gagah dan manis. Foto-foto bagus mengenai dirinya telah banyak tersebar, ini tanda Ia dirawat dengan baik.

Tugu Jogja dulu nggak se-ngehits sekarang

Tugu Jogja dulu nggak se-ngehits sekarang via radetoursjogja.com

Berbeda dengan dulu, pengunjung Tugu Jogja lebih ramai dan beragam. Pagar-pagar pelindung yang disediakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta juga terpasang dengan kokohnya demi merawat ikon Jogja ini. Kalau kamu aktif di Instagram, Path dan Twitter, mungkin kamu juga takjub karena banyak foto Tugu Jogja yang bagus dan terlihat gagah. Semoga keindahan Tugu Jogja ini tetap terjaga sampai kapanpun, ya. Mari kita rawat bersama aset tercinta ini!

Advertisement

Malioboro, Pasar Beringharjo, dan Keraton tetap jadi idola. Namun kini Goa Pindul dan deretan pantai di Gunung Kidul juga jadi primadona.

nggak cuma Malioboro aja yang terkenal

nggak cuma Malioboro aja yang terkenal via dreamgede.blogspot.com

Meskipun sebenarnya banyak tempat wisata di Jogja, tetap saja Malioboro atau Pasar Beringharjo yang terkenal sejak dulu. Namun seiring perkembangan zaman, pantai-pantai dan wisata alam di Gunung Kidul mulai terekspos dan makin populer di semua kalangan yang haus akan hiburan. Kalau kamu, sudah pernah ke pantai mana saja nih?

Karena makin banyak tempat wisatanya, pembangunan jalan di Jogja pun mulai merata. Jalur transportasi kini mulai tertata.

pembangunan jalan sudah mulai merata

pembangunan jalan sudah mulai merata via dolanotomotif.com

Kalau dulu, mau ke Gunung Kidul itu susah. Lampu jalan nggak ada, aspalnya rusak dan serem karena kanan-kirinya hutan semua.

Itu mah dulu, ya. Kalau sekarang, lampu-lampu jalan serta pengaspalan sudah hampir merata. Jadi makin nyaman dan menyenangkan deh melancong ke setiap daerah di Yogyakarta. Yeay!

Advertisement

Gudeg dan Bakpia selalu menjadi kuliner andalan Jogja. Kalau sekarang, kita sudah bisa menikmati Sate Klatak dan kawan-kawannya di setiap sudut Kota Jogja.

kuliner Jogja makin asooooyy

kuliner Jogja makin asooooyy via kratonpedia.com

Gudeg dan Bakpia memang nggak bisa lepas dari Jogja. Sebutan Kota Gudeg pun sampai disematkan ke Kota Jogja dan bertahan hingga bertahun-tahun. Tapi, sekarang kita nggak usah bosan lagi dengan sajian Gudeg atau Bakpia yang notabennya manis. Ada sate klatak khas Imogiri, Jogja yang rasanya gurih dan makin populer sekarang ini. Ada juga wedang uwuh yang juga booming berkat rasanya yang unik dan bermanfaat bagi tubuh. Wah, makin maknyuss nih kalau kulineran di Jogja 🙂

Sayangnya, kepadatan dan keriuhan Jogja makin terasa dengan pembangunan mall-mall megah di setiap sudut kotanya. Rindu suasana hening di Jogja…

mall-mall makin bikin sesak

mall-mall makin bikin sesak via twitter.com

Udah banyak berita negatif tentang pembangunan banyak mall di Jogja. Sekarang kita berprasangka baik aja deh, siapa tahu pembangunan mall-mall di sini karena Jogja memang merupakan salah satu tujuan wisata di Indonesia. Ya ‘kan? Semoga pemerintah bisa menangani dengan serius tingkat kemacetan serta keamanan di Jogja supaya tetap istimewa… se-istimewa kamu *ditabok*

Pembangunan hotel juga nggak kalah seringnya. Kini, crane-crane tinggi sudah makin familiar dengan masyarakat Jogja.

pembangunan hotel makin banyak

pembangunan hotel makin banyak via arsip.tembi.net

Coba sebutkan jalan di tengah kota Jogja yang nggak dibangun hotel. Kayaknya nggak ada ya? Berbeda dengan Jogja yang dulu, pembangunan hotel seperlunya saja dan nggak banyak makan tempat. Bahkan menurut data dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, tingkat hunian hotel di Jogja saat ini juga nggak pernah bisa mencapai 100 persen, mentok hanya di angka sekitar 70 persen. Katanya sih karena dampak mulai banyaknya hotel di Jogja. Hmm.. sayang banget, ya..

Masyarakat Jogja kini pun mulai berteman akrab dengan kemacetan…

jalanan udah nggak selengang dulu

jalanan udah nggak selengang dulu via jogjapos.com

Jalan Malioboro macet…

Jalan Solo macet…

Jalan Sudirman macet…

Jalan mana ya yang sekarang kira-kira nggak macet di Jogja? Apalagi weekend atau weekday gitu, serasa di kota metropolitan dengan sejuta kesibukannya. Kalau dulu masih ada istilah sego segawe atau sepeda kanggo sekolah lan nyambut gawe (sepeda untuk berangkat sekolah dan bekerja), sekarang udah menghilang entah kemana.

Kalian ada rencana buat melestarikan istilah itu lagi nggak, Dab?

Makin ke sini, makin banyak yang meninggikan gengsinya untuk berbahasa Jawa. Bukannya Bahasa Jawa itu salah satu identitas bangsa, ya?

ngapain gengsi sih?

ngapain gengsi sih? via pinterest.com

Orang yang lahir di Jogja atau Jawa, pastinya akrab sama Bahasa Jawa, dong. Entah itu bahasa kromo atau ngokonya. Tapi nggak seperti dulu yang bangga menggunakan bahasa lokal, banyak muda-mudi asli Jogja yang justru gengsi buat ngomong pakai Bahasa Jawa. Kira-kira kenapa, ya?

Biar bagaimanapun, bernostalgia tentang Jogja memang mengharukan sekaligus menyenangkan. Coba deh bubuhkan di kolom komentar, hal-hal menarik apa sih yang pernah kalian alami di Jogja? Siapa tahu kita bisa nostalgia bareng…

Apakah kamu tertarik untuk mengikuti jalan-jalan lewat virtual tour selama masa new normal ini? Kasih tahu pendapatmu di sini

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang makmum yang taat :)

CLOSE