Apakah Manusia Memang Terlahir Untuk Tidak Setia?

Kesetiaan dan loyalitas adalah mata uang universal dalam setiap hubungan. Sebuah komitmen tidak akan ada artinya tanpa kedua hal tersebut. Sayangnya, banyak orang yang yang belum menyadari pentingnya menjaga kesetiaan. Main mata, flirting sama orang lain sampai jelas-jelas selingkuh enteng saja dilakukan.

Kenapa sih orang bisa dengan enteng selingkuh? Apa penyebab mudahnya seseorang melakukan pengingkaran terhadap sebuah komitmen? Apakah memang, secara naluriah, manusia memang lahir sebagai makhluk yang tidak setia?

1. Kita Punya Otak Untuk Merasionalkan Seluruh Perbuatan

Seperti Robin Hood. Mencuri itu salah, tapi selama kamu punya alasan bisa jadi benar

Seperti Robin Hood. Mencuri itu salah, tapi bisa kamu anggap benar selama kamu punya alasan  via upup-downdown.com

Untung dan ruginya jadi manusia itu terletak di satu kepemilikan organ: otak. Dengan organ tubuh yang satu ini kita bisa membentuk nilai yang ingin kita jalankan dalam hidup. Kita bisa membuat sebuah perbuatan yang secara moral salah, menjadi rasional dan pantas untuk diterima.

Kamu tahu selingkuh itu salah. Kamu juga tahu kalau SMS-an mesra selain dengan pacar itu termasuk selingkuh. Tapi kamu terus membuat pemakluman dalam dirimu sendiri. Mulai dari alasan bahwa pacarmu gak perhatian, pacarmu sibuk, pacarmu di luar kota — semua ini kamu ulang di pikiran sampai kamu pun percaya bahwa kamu melakukan hal yang memang “sah”.

Meskipun kamu tahu kamu salah, kamu berusaha percaya bahwa perbuatanmu benar. Artinya, kamu tidak lebih dari sedang berbohong pada diri sendiri.

2. Pada Dasarnya, Manusia Selalu Ingin Mencoba Sesuatu yang Baru

Mencoba sesuatu yang baru selalu terlihat menggiurkan

Mencoba sesuatu yang baru selalu terlihat menggiurkan via www.hopbali.com

Kebaruan selalu menggoda manusia untuk berpaling. Hal yang baru menawarkan harapan, rasa penasaran dan tantangan yang membuat adrenalin meningkat. Ketika seseorang selalu dihadapkan pada rutinitas, dia akhirnya merindukan tantangan yang berbeda dari hal yang terus dijalani saban hari.

Hukum ini juga berlaku pada hubungan romantis. Rutinitas yang telah dijalani sekian lama dengan seseorang menciptakan pola yang mudah ditebak. Sudah tidak ada lagi kejutan, tidak ada lagi hal yang perlu diperjuangkan. Semua sudah bisa diprediksi.

Rasa haus atas sesuatu yang barulah yang kerap jadi penyebab hilangnya loyalitas dalam sebuah hubungan romantis.

3. Kita Memang Pribadi Curang yang Enggan Meninggalkan Kenyamanan

Kenyamanan dari hubungan lama tetap enggan kita tinggalkan

Kenyamanan dari hubungan lama tetap enggan kita tinggalkan via www.linaandtom.com

Karena memiliki otak, kita bisa membuat kalkulasi untung-rugi atas sebuah aksi. Secara rasional manusia akan memilih tindakan yang menimbulkan kerugian paling kecil pada dirinya. Manusia lahir sebagai makhluk oportunis yang selalu berusaha mencari tindakan yang aman dan menguntungkan.

Selingkuh dan tidak setia adalah salah satu bukti nyata sifat oportunis manusia. Dengan selingkuh, seseorang akan tetap bisa mendapatkan kenyamanan dari hubungan yang lama sembari dihujani kejutan dari hubungan baru.

Meski terkesan tidak adil bagi pihak yang diselingkuhi, tapi seseorang yang selingkuh akan terus melanjutkan aksinya selama tindakan ini tetap dirasa menguntungkan bagi dirinya.

4. Selingkuh Menawarkan Kemungkinan-Kemungkinan Baru

Selingkuh menawarkan berbagai kemungkinan baru

Selingkuh menawarkan berbagai kemungkinan baru via dannyhalimphotoblog.com

Menjalin hubungan dengan orang baru (sembari terus melanjutkan komitmen yang lama) tidak hanya menawarkan petualangan dan cerita seru, tapi juga membuka berbagai kemungkinan baru. Misalnya nih, kamu pacaran sama cewek yang suka baca terus selingkuh sama cewek baru yang anak band. Alhasil, kamu akan dapat pengetahuan soal buku dan musik sekaligus.

Tidak hanya membuatmu lebih “kaya” secara pribadi, kamu juga bisa memperluas jejaring dan mendapatkan berbagai kesempatan langka. Kamu bisa kenalan sama pemilik toko buku, gaul sama promotor musik, kenalan sama anak band. Semua jejaring baru bisa berdampak pada kehidupanmu.

Pertanyaannya, kamu punya hati atau enggak untuk terus berjudi dengan perasaan orang lain demi kepuasan batinmu?

5. We Have An Animal Instinct

Manusia punya nafsu yang perlu dilampiaskan

Manusia punya nafsu yang perlu dilampiaskan via www.protothema.gr

Manusia pada hakikatnya punya sisi liar yang mirip hewan dalam dirinya. Terutama jika berhubungan dengan hubungan fisik. Secara natural kita akan tertarik pada lawan jenis dan bisa melakukan apapun. Norma sosial dan akal sehatlah yang bisa jadi tembok pembatas.

Sayangnya, rasionalitas kerap dikalahkan oleh nafsu. Tidak jarang kita membebaskan diri dari segala aturan demi urusan organ tubuh di sela paha. Saat manusia memilih mengikuti insting dan melepaskan segala hal yang selama ini diyakininya soal kepantasan, maka apapun bisa terjadi.

Hubungan yang tidak sepantasnya terjadi bisa terjalin dengan siapapun dan dalam kondisi apapun.

6. Tetap Mencukupi Kebutuhan Materi Bisa Jadi Alasan Untuk Selingkuh

Selama masih bisa mencukupi kebutuhan, kamu aman

Selama masih bisa mencukupi kebutuhan, kamu aman via www.gazetapolska.pl

Alasan ini kerap diungkapkan oleh orang yang jadi tulang punggung keluarga. Ketika dia masih bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga, mencukupi uang  belanja dan biaya sekolah anak maka ia masih jadi pribadi bertanggung jawab. Seakan mencukupi kebutuhan materi setara dengan jadi pribadi yang menjaga komitmen.

Padahal komitmen romantis tidak setara dengan transaksi jual beli. Ikatan cinta tidak seperti supermarket, yang memungkinkanmu mengambil apapun yang kamu mau selama masih mampu membayar.

7. Manusia Lebih Takut Tertangkap Basah Daripada Takut Dosa

Lebih takut ketahuan dibanding takut dosa

Lebih takut ketahuan dibanding takut dosa via www.meltycampus.fr

Kalau kita percaya pada kekuatan besar yang mengatur kehidupan di luar diri, maka sepatutnya kita takut pada dosa dan karma. Setiap perbuatan yang kita lakukan akan kembali pada diri sendiri, melalui berbagai cara. Tapi manusia lebih takut pada sesama manusia dibanding pada dosa.

Orang yang selingkuh cenderung lebih khawatir ketahuan dibanding cemas karena suatu hari semesta akan membalas perbuatannya. Selama penilaian sesama manusia masih jadi acuan seseorang untuk bertindak, dia akan selalu berusaha menemukan jalan untuk mengelabui orang lain.

8. Masyarakat Akan Tetap Memberikan Stigma Buruk Pada Pasangan yang Berpisah, Apapun Alasannya

Apapun alasannya bercerai tetap dianggap buruk di masyarakat

Apapun alasannya bercerai tetap dianggap buruk di masyarakat via www.nonstop-online.com

Perpisahan bukanlah hal yang bisa diterima dengan wajar dalam masyarakat kita. Terlebih, dalam sebuah komitmen pernikahan. Apapun alasannya, keutuhan formal sebuah pernikahan harus tetap terjaga — walaupun itu berarti mengorbankan perasaan dan kebutuhan diri.

Kebanyakan orang memilih untuk bertahan dalam hubungan perkawinan yang tidak sehat dibandingkan bercerai. Konsensi tidak tertulis macam inilah yang akhirnya jadi “tempat berlindung mereka yang selingkuh. “Saya nggak bisa cerai walaupun saya nggak bahagia. Ya sudah, nikung deh.” Demikian juga, istri/suami yang tahu kalau pasangannya selingkuh mungkin malah akan melindungi pasangannya itu demi menyelamatkan muka. Akhirnya, justru ketika seseorang sudah terikat pada hubungan pernikahan, dampak dari perselingkuhan yang dilakukannya akan bisa diperkecil.

9. Komitmen Seakan Jadi “Peredam” Tindakan Busuk

Komitmen bisa jadi tempat sembunyi

Komitmen bisa jadi tempat sembunyi via blog.galvintan.com

Dalam nilai yang berkembang di Indonesia kita kerap diajarkan untuk menjaga aib pasangan. Membongkar aib pasangan setara dengan mengumbar kejelekan kita sendiri. Karena itulah dalam kasus perselingkuhan cerita tentang aksi tidak setia jarang terumbar ke masyarakat, bahkan kawan terdekat.

Pasangan yang diselingkuhi akan berusaha menutupi pengingkaran komitmen yang dilakukan pasangannya. Tidak jarang dia justru menyalahkan dirinya sendiri. Menilik apa yang kurang dari dalam dirinya, hingga pasangannya tidak merasa tercukupi.

Padahal meskipun sudah jadi pasangan resmi, kamu dan pasangan punya tanggung jawab sebagai pribadi untuk terus menjaga diri bukan? Tapi yang ada malah komitmen justru bisa jadi ketiak tempat sembunyi saat ada yang mengingkari janji. Ironis, ya.

10. Selalu Ada Celah Untuk Dimaafkan

Kamu akan selalu punya kesempatan untuk dimaafkan

Kamu akan selalu punya kesempatan untuk dimaafkan via blog.galvintan.com

Kata maaf seakan jadi mata uang untuk bebas dari semua masalah. Pertama, akan sulit mengakhiri komitmen karena kamu dan pasangan akan dapat cap “gagal” dari lingkungan sekitar. Kedua, selama kamu mengaku salah dan berjanji untuk tidak mengulangi lagi biasanya pasangan akan luluh.

Seperti konsep pengakuan dosa di gereja, kesalahan bisa tertebus dengan niat baik untuk mengakuinya. Seakan nyali yang dikeluarkan untuk mengakui kebejatan bisa jadi penyembuh rasa sakit pasangan yang dikhianati. Tapi lagi-lagi, pasangan yang diselingkuhi akan lebih sering menyalahkan diri sendiri dibanding memilih pergi.

Manusia memang punya kecenderungan dan dorongan natural untuk berpaling dari rutinitas yang terkadang membosankan. Tapi bukankah kita punya keyakinan dan akal untuk memilah mana yang baik dan mana yang tidak?

Masih mau menuruti hawa nafsu dan menyakiti orang yang benar-benar mengasihimu demi petualangan sesaat?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat puisi dan penggemar bakwan kawi yang rasanya cuma kanji.