Hal-hal Ini yang Kelak Membuatmu Sakit Lagi Setelah Patah Hati. Yuk Kembali Pahami

Katanya jatuh cinta itu satu paket dengan patah hati. Artinya apabila seseorang berani untuk jatuh cinta, itu berarti dia juga harus siap untuk merasakan patah hati, yang rasanya tak perlu ditanya lagi. Apalagi penyebabnya benar-benar membuatmu jatuh dan seakan sulit untuk bangkit. Dikecewakan, ditinggal saat lagi sayang-sayangnya, dibohongi, dan sederet penyebab kamu sakit hati lainnya.

Makanya setelah patah hati dan merasakan sakitnya secara berkepanjangan, hal-hal ini perlu untuk kamu pahami. Biar nggak kembali merasakan patah hati. Atau paling tidak, kamu bisa mengantisipasi rasa sakit hati itu saat membuka hati untuk orang baru yang ingin menghuni hatimu.

1. Sesuatu yang berlebihan memang nggak ada faedahnya. Sama halnya dengan cinta, mencintai seseorang memang sebaiknya yang sewajarnya aja

Berlebihan memang tak baik dalam segala hal 🙂 via www.unsplash.com

Apabila kamu termasuk seseorang yang suka mencintai secara berlebihan, baiknya sikap tersebut kamu kurangi dari sekarang. Pasalnya kamu yang mencintai secara berlebihan, ketika dia melakukan kesalahan padamu, kamu akan membencinya secara berlebihan juga. Segala kebaikannya pun dalam sekejap seakan hangus akibat rasa bencimu itu. Selain itu, rasa kecewamu akan kesalahannya juga akan berlebihan pula. Ujung-ujungnya kamu juga yang merasa sakit hati. Maka dari itu, hal ini sebaiknya kamu hindari atau paling tidak kamu kurangi biar nantinya tak merasakan sakit hati lagi.

Mencintai dan membenci, semuanya sebaiknya secara wajar aja. Biar tak membuatmu terlalu sakit nantinya.

2. Percaya seseorang dengan mudahnya juga kelak akan membuatmu sakit hati. Makanya kamu perlu lebih hati-hati dengan hal ini

gampang percaya, gampang dibohongi juga

Mudah percaya dengan orang lain mungkin salah satu sifat yang akan merugikanmu suatu saat nanti. Seperti permainan, apa yang kamu dapat dari kepercayaan itu hanya dua pilihan. Kalau nggak rasa percaya dan rasa kecewa yang nantinya berujung sakit hati. Tapi seringnya sih, mudah percaya dengan orang lain apalagi sama pasangan sendiri mengakibatkan rasa kecewa. Karena kamu sendiri belum memahami betul bagaimana dia yang kamu beri kepercayaan itu. Apabila kamu memiliki sifat yang mudah percaya sama orang seperti ini, sebaiknya kamu hati-hati. Biar nantinya kamu nggak mengulang kesalahan yang sama di kemudian hari.

3. Nggak enakan sama pasangan perlu kamu kurangi juga. Kalau nggak suka akan sikapnya ya bilang aja sejujurnya

Kalau nggak suka bilang aja ya 🙂 via www.popkey.co

Sama halnya dengan sifat mudah percaya, nggak enakan sama calon pasangan juga sebaiknya mulai kamu kurangi. Kalau kamu masih memelihara sifat ini, bisa saja nanti kamu akan merasakan sakit hati lagi. Mengingat kamu akan selalu menerima apa aja yang pasanganmu lakukan padamu. Nggak enakan ini sebaiknya dikurangi. Caranya mungkin bisa kamu lakukan dari sekarang. Kalau kamu nggak suka dengan sesuatu atau ada hal yang kurang cocok denganmu, kamu bisa mengatakan dengan orang yang bersangkutan, tak harus dengan pasangan kalau memang kamu belum membuka hati lagi.

Sifat nggak enakan hanya akan membelenggu dirimu dari perkembangan diri.

4. Berharap terlalu tinggi sama seseorang memang nggak baik. Harapan yang terlalu tinggi tersebut bila tak terwujud pada akhirnya akan membuatmu sakit

Berharap terlalu tinggi, akan sakit jadinya nanti via www.unsplash.com

Untuk menghindari sakit hati untuk yang sekian kalinya, sebaiknya kamu juga jangan pasang harapan terlalu tinggi. Apalagi pada seseorang yang baru kamu kenal dan kelak akan kamu jadikan sebagai pasangan. Mengingat semakin tinggi harapanmu sama dia, kalau tak terwujud, kamu akan merasa lebih kecewa dan sakit. Selain itu, tak semua orang mampu dan mau untuk memenuhi semua harapan-harapanmu itu. Kalau dia tak sanggup atau memang tak mau memenuhi harapanmu itu, pastinya kamu akan kecewa berat.

Semakin berharap terlalu tinggi, jatuhnya juga akan semakin sakit.

5. Kalau kamu belum siap untuk menjalin hubungan ya jangan dipaksa. Nggak ada salahnya ‘kan untuk menyiapkan diri dulu?

Siapin dulu diri kamu ya 🙂

Sebelum membuka hati untuk penghuni yang baru, lebih baik untuk mempersiapkan dirimu dulu. Memaksa diri untuk menerima yang baru tak akan menjadi jaminan untuk tak lagi sakit hati nanti. Nggak mau ‘kan hubunganmu yang selanjutnya bernasib yang sama dengan hubunganmu yang sebelumnya?

Kamu juga harus membedakan antara benar-benar rasa cinta atau rasa hanya ingin punya gandengan semata. Jangan sampai memaksa diri akibat ingin terlihat ada yang memiliki dan dimiliki. Memaksakan sesuatu memang tak pernah berakhir dengan baik. Pasti ada pihak-pihak yang tersakiti nantinya.

6. Sikap nggak saling terbuka ini yang nantinya juga akan membuatmu sakit hati lagi. Kalau kamu ingin  dia terbuka, ya harus dimulai dari dirimu dulu yang tak menutupi sesuatu

Saling terbuka

Mengetahui pasangan menutupi sesuatu saat menjalani hubungan, hanya akan membuatmu sakit hati. Gimana nggak, sebagai orang yang terdekat denganmu justru menjadi orang yang paling tertutup? Kenyataan-kenyataan tentang dia bahkan kamu ketahui dari orang lain. Ketidakterbukaan pasangan yang membuatmu sakit hati itu, bisa jadi diakibatkan karena kamu juga tak mau terbuka dengannya. Sikap nggak saling terbuka ini juga sebaiknya mulai kamu kurangi. Kalau nantinya tak mau merasa sakit karena dia yang nggak mau terbuka seperti dulu.

Patah hati memang sakit. Sakit hati memang tak enak. Untuk nggak merasakan sakit itu kembali, hal-hal di atas perlu kamu kurangi atau bahkan hapuskan dari dirimu. Bukannya insecure dengan diri sendiri dan hubunganmu nanti, namun bukankah lebih baik berhati-hati dan mempersiapkan diri untuk kembali membuka hati.

Walaupun tak ada yang bisa menjamin bagaimana hubunganmu nanti berjalan, alangkah lebih baiknya untukmu bila tak lagi merasakan sakit hati lagi. Mengingat apa enaknya sih rasa sakit yang membuatmu tidur tak nyenyak makan tak enak itu. Meskipun dengan sakit hati itu kamu bisa belajar tentang bagaimana sebuah hubungan itu berjalan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Not that millennial in digital era.