Kamu Memang Masih Cinta. Tapi Bukankah Melepaskan Juga Bukti Kuatnya Rasa?

Masa-masa krisis dalam sebuah hubungan adalah sebuah tantangan. Di momen ini, kita sedang berdiri di antara kebimbangan untuk melepaskan atau mempertahankan. Betul, bahwa segala kenangan yang sempat terukir akan bersikukuh tinggal dalam memori dan memaksa untuk mempertahankan cinta. Namun di lain sisi, beberapa pertengkaran yang tercipta membuat kita semakin yakin untuk melepaskan.

Di situlah letak tantangan cinta yang matang. Kita diminta bijak dan dewasa untuk menentukan langkah ketika sampai pada masa krisis. Sebuah masa yang memperlihatkan ego dari masing-masing. Ini bukan soal siapa yang harus mengalah; bukan juga soal menyerah. Namun, sebuah sikap realistis yang berpegang teguh pada hakikat cinta.

Seperti perasaan lainnya, cinta tidak layak dipaksakan. Kali ini kamu memilih melepaskan

Berikanlah pelukan terakhirmu, Padaku! Sekali saja..

Berikanlah pelukan terakhirmu, Padaku! Sekali saja.. via jaeschaefer.com

Cinta yang dipaksakan tidak akan pernah abadi. Namun kita kerap terjebak pada jargon-jargon lawas yang mengatakan bahwa “Cinta Yang Tangguh adalah Cinta Yang Mampu Mempertahankan” Ya, kami setuju dengan semangat cinta semacam itu. Cinta memang butuh pengorbanan. Kita diminta untuk mengurangi ego demi tujuan cinta yang lebih besar. Ketika kita berjuang untuk bertahan dalam masa krisis dan bersikeras menjalani hubungan yang sudah tidak produktif, maka disitulah justru letak kebalikan dari semangat berkorban demi cinta.

Cobalah berpikir bijak, ketika kita memaksakan cinta, apakah itu merupakan wujud dari ketangguhan untuk berkorban? Sebaliknya, ketika kita melepaskan dan membebaskan perasaan, maka disitulah kita mendapatkan esensi dari berkorban. Kita rela mengorbankan keegoisan untuk bertahan demi cinta yang lebih besar. Ikhlas dan rela adalah kunci untuk memupuk cinta yang membebaskan bukan mengekang.

Kalian sudah terlalu sering dihajar pertengkaran. Kali ini lebih waras jika kalian saling melepaskan

Daripada menuai pertengkaran lebih baik berakhir dengan perdamaian

Daripada menuai pertengkaran lebih baik berakhir dengan perdamaian via tinybuddha.com

Ketika pertengkaran demi pertengkaran terjadi tanpa penyelesaian yang purna, maka sebetulnya itu adalah sebuah pertanda. Ya betul, bahwa pertengkaran dalam hubungan adalah sebuah hal yang wajar. Selain itu, ketidakcocokan pada berbagai soal juga bukanlah masalah yang patut dibesar-besarkan. Itu biasa. Namun, ketika pertengkaran tersebut sudah mengganggu produktivitas kalian berdua, maka perlu ada perbincangan lebih jauh tentang kelanjutan dari sebuah hubungan. Sebab, hubungan yang baik seharusnya berjalan produktif, dengan sedikit bumbu pertengkaran yang wajar.

Pertahanan diri yang kokoh untuk menjaga hubungan yang tidak produktif adalah sebuah keputusan yang memiliki konsekuensi berat. Pertama, dirimu dan dirinya akan terlena dan melupakan mimpi kalian berdua. Kedua, kalian akan kesulitan mudah bosan karena hanya mempertahankan hubungan yang dipikirkan. Cobalah untuk menjadi bijak, kami tidak meminta kamu untuk mengakhiri hubungan ketika terjadi pertengkaran. Namun, menyarankan untuk melihat lebih dalam arti dari sebuah masa penjajakan.

Ada perasaan, “Ah bagaimana kalau ditunggu nanti?” Tapi bukankah keputusan baik lebih bijak dilakukan saat ini?

Aku mencintaimu dalam perpisahan, untuk memupuk kerinduan

Aku mencintaimu dalam perpisahan, untuk memupuk kerinduan via travel.india.com

Tidak ada cinta yang tak menuai kecewa atau luka. Janganlah berpikiran naif bahwa kamu akan menjalani satu hubungan cinta sampai menikah. Ya meskipun itu bukanlah ketidakmungkinan, namun kita harus selalu siap untuk hal yang terburuk. Ketika kamu dalam masa krisis, segeralah putuskan sebijak mungkin agar tidak terjebak pada kekecewaan yang tak berkesudahan. Segala perasaan harus selesai, meskipun kenangan tetap tinggal dalam damai. Penundaan karena berusaha mempertahankan akan membuahkan akhir yang malah lebih menyakitkan. Dirimu hanya akan menumpuk hasrat yang sebenarnya cukup sulit untuk diraih. Bukannya berpikir negatif, namun mencoba untuk realistis.

Toh ini bukan berarti berhenti saling mendukung. Bisa jadi selepas bebas dari ikatan cinta kalian bisa lebih hangat, saling membantu, tanpa murung

Banyak cara untuk menjalin hubungan

Banyak cara untuk menjalin hubungan via favim.com

Tetap ada banyak cara untuk bersamanya. Kamu bisa tetap berteman dan menjalin hubungan. Janganlah menjadi kuno dengan enggan berteman dengan mantan. Kita tidak pernah tahu energi apa yang sedang mengalir jika tidak mencobanya. Barangkali, energi di antara kalian akan keluar dengan maksimal ketika menjalin hubungan persahabatan, bukan ketika berpacaran. Dengan ini, kalian justru bisa mengembangkan impian kalian bersama-sama sebagai pasangan sahabat. Selain itu, level kedewasaanmu akan berbeda jauh ketika berhasil melewati masa krisis lalu dengan bijak memutuskan untuk melepaskan dan membebaskan pacarmu sebagai sahabat baru yang mengerti luar dalam.

Ada beberapa perpisahan yang sebenarnya baik sekali. Kisah cintamu kali ini jadi contoh paling sempurna untuk ini

Ingatlah masa lalu sebagai motivasi untuk menghadapi terbitnya matahari

Ingatlah masa lalu sebagai motivasi untuk menghadapi terbitnya matahari via imgkid.com

Sikapmu yang terus terpaku pada kenangan hanya akan membuatmu tertahan di satu momen kehidupan. Romantisme yang kamu dambakan di masa depan tetap akan kamu dapatkan, janganlah khawatir soal itu. Hanya saja (mungkin), kamu akan menikmatinya bersama orang lain.

Memang, kenangan akan sulit dilupakan. Dia akan selalu muncul dalam setiap jejak langkah. Namun, jangan selalu mempertimbangkan sebuah kenangan dalam keadaan krisis ketika menjalin hubungan. Cobalah untuk menatap ke depan dan berhitung resiko yang sebenarnya terlihat dari karaktermu dan dirinya. Percayalah, bahwa harga sebuah perpisahan adalah pertemuan lain yang lebih membahagiakan.

Kisah cinta memang tak bisa diduga, namun kamu dapat memperkirakannya dengan membaca pertanda. Rasakanlah alirannya, dari situ kamu juga bisa mengerti apakah kalian mengarungi arus yang sama atau justru berlainan. Jangan dulu terjebak pada pernyataan bahwa perasaan beda jauh dengan logika. Kamu serasa ingin pergi, namun perasaan menghalangi. Kebanyakan pasangan berada di dua kutub keputusan macam itu.

Namun, jika kamu adalah pribadi yang matang dalam mengenal cinta, maka kamu memiliki cara supaya logika dan perasaan berjalan beriringan. Sehingga kisah cintamu akan berjalan utuh dan penuh, tidak terpisah hanya urusan perasaan, namun juga mempertimbangkan kontribusi logika. Tidak ada salahnya mengambil keputusan realitis dalam cinta. Itu bukan tanda kamu tak berperasaan, melainkan wujud kedewasaan dalam memandang suatu hubungan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini