Tak Perlu Cemburu pada Mantan yang Sudah Punya Pasangan. Karena Bukan Dia yang Jadi Penentu Kebahagiaan

Putus hubungan bukanlah tanda penyelesaian yang paling purna. Ada banyak hal yang masih tinggal dan mengganjal. Bahkan ketika salah satu telah menjalin cinta yang baru. Sama sekali tak ada ukuran yang pas, soal hari ini lebih bahagia dari kemarin ataukah cinta baru lebih tulus dari yang lama.

Advertisement

Ini adalah problem manusia yang mendasar : hobi menilai tanpa bisa mengukur. Hal ini pun kerap dirasakan saat melihat mantan telah memiliki pasangan dan terlihat lebih bahagia. Di sisi lain, diri sendiri sedang sibuk bernegosiasi dengan masa lalu dan hari ini. Hati berteriak lantang dan berprotes menuntut keadilan. Memangnya pada siapa kita bisa menuntut hal macam ini selain pada diri sendiri? Sadarlah, kita semua berhak atas kebahagiaan personal yang otentik dan tak layak dibandingkan pada apapun dan siapapun.

Dia yang terlihat bahagia di luarnya, tak mesti sama seperti apa yang dirasakan di dalam sana. Kamu perlu tahu, tak semua hal bisa dilihat dari tampilan luar saja

Manusia kerap mengenakan topeng untuk menutup belang

Manusia kerap mengenakan topeng untuk menutup belang via blog.tokopedia.com

Tak ada yang bisa mengira hati manusia. Setiap nyawa menyimpan rahasia dan misteri, begitu juga mantanmu yang terlihat bahagia hari ini. Bagaimana kamu bisa yakin dia lebih bahagia? Hanya dari sosial media? Atau sekadar melihat senyumnya ketika berjumpa di jalan. Hal-hal tersebut kurang sahih dijadikan sebagai tolak ukur kebahagiaan.

Momen-momen seperti itu sangat mudah dimanipulasi hanya untuk menimbulkan kesan bahagia, hingar bingar, dan sejenisnya. Ingat, dia kini tak lagi bersamamu. Ada hal terdalamnya yang tak sanggup disentuh secara utuh, namun hanya bisa separuh. Dugaan-dugaan kasar hanya akan memperberat tanggungan jiwa serta kecewa. Jangan mengira kamu pandai menilai dirinya hanya karena pernah menjalin hubungan cinta dengannya.

Advertisement

Tak perlu merasa minder karena dia tak sempat bahagia bersamamu. Sebab cinta tak melulu soal cerita terdahulu

Tak Perlu Meratap!

Tak Perlu Meratap! via www.chobirdokan.com

Pikiran yang kerap mengganggu ketika melihat mantan lebih bahagia adalah pengakuan personal yang mendadak terucap bahwa dia tak sempat mencecap kebahagiaan bersama diri sendiri. Padahal, cinta bukan soal cerita-cerita dahulu dan perbandingan yang terburu-buru. Jadi, perbandingan adalah kemustahilan dalam cinta.

Di dalamnya, tersembunyi kisah yang otentik. Minder pada kondisimu yang dulu adalah bukti sederhana bahwa tidak ada kemajuan dengan dirimu yang sekarang. Sadarilah, bahwa dia sempat bersedia bersamamu itu berarti ada yang spesial dalam dirimu. Kenapa harus minder? Toh, kamu masih memiliki kesempatan yang sama, selagi masih berdiri di bumi yang tak berbeda.

Kecemburuan adalah tanda kamu masih tak bisa beranjak dari dia. Padahal inilah saat yang tepat untuk memulai lembaran baru, sebab kini sudah ada tujuan di depan sana

Advertisement
Keep going...

Keep going… via favim.com

Jika terus cemburu pada kondisinya dan iri dengki semakin memeluk diri, maka ada gejala bahwa kamu masih ingin bersamanya. Namun, kenyataannya semua telah usai dan tiada situasi hati yang damai. Memang, kamu memiliki pilihan untuk menunggu atau memperjuangkan yang telah berlalu. Namun, yang namanya pilihan juga mengandung level kualitas tertentu. Dan kamu memiliki pilihan lain yang lebih berkualitas, yakni menjalani kehidupan yang sekarang. Menulis di lembar baru dan membuang yang telah usang.

Ada satu keuntungan yang patut disyukuri lebih jauh, yakni jarak. Secara fisik, kondisi putus akan memiliki konsekuensi jarak yang makin renggang. Usaha selanjutnya yang diperlukan hanyalah membuat kenangan juga berjarak. Ambil rentang yang jauh dengan memori lawas untuk pengalaman baru yang tak terbatas.

Jika tak segera melangkahkan kaki, kamu akan merasa bahwa segalanya berjalan tak adil. Padahal, bukanlah hal yang mustahil untuk meraih kebahagiaan sendiri.

Penundaan hanya akan berujung pada tuntutan-tuntutan yang semakin tak masuk akal. Gejala akut yang paling sering muncul adalah membuat pengadilan bagi diri sendiri. Pribadi yang tersakiti akan semakin merasa bahwa dunia berjalan dengan tidak adil. Kamu makin merasa dunia sedang tidak baik-baik saja. Hal ini diperparah dengan rasa iri dengki di dalam hati.

Tak perlulah merasa bahwa kamu yang paling nelangsa dan tak mungkin mendapatkan kebahagiaan yang sama. Setiap manusia berhak – dalam segala bentuk – untuk menggenggam kebahagiaan sejak menghela nafas yang paling pertama. Hidup ini sangat sederhana, hanya tafsir-tafsirnya saja yang menjadikannya nampak begitu komplek.

Dia tak lagi jadi siapa-siapa dan tak relevan digunakan sebagai patokan kebahagiaan. Ingatlah bahwa masa depanmu tak akan pernah ditentukan oleh mantan

Mandiri

Mandiri via favim.com

Dirinya telah menjadi orang yang bukan siapa-siapa lagi. Lalu buat apa kamu iri dengannya? Di dunia ini, bukan hanya dia yang patut dijadikan contoh ideal sebuah kebahagiaan. Ada milyaran kehidupan yang dapat kamu pilih untuk melihat beragam jenis kebahagiaan.

Cobalah tengok salah satunya dan hidupmu akan terasa sedikit baru. Menjadikannya sebagai cermin hanya membuatmu semakin tenggelam pada masa lalu, sebab dialah medium untuk kembali pada masa itu. Biarkanlah dia menjadi dirinya, dan kamu menjadi dirimu. Bukankah itu tujuan sebuah perpisahan? Agar masa depan dijalani dengan lebih cerah lagi.

Pembuktian adalah jawaban paling usang untuk perkara-perkara seperti ini. Orang berpikir bahwa kebahagiaan mantan harus ditandingi dengan kebahagiaan personal. Jalan pikir yang demikian hanya akan membuat hidup menjadi tergesa. Pikiran dan perasaan akan dibayangi dengan pembuktian yang serampangan, akibatnya hidup menjadi tak natural. Mulai sekarang, bersikaplah biasa saja dengan tetap berjuang pada impian yang telah tersedia.

Kalau menurut Aiman Ricky gimana ya?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE