Tentang Keresahan yang Kami Rasakan, Gadis yang Sebentar Lagi Melangkah Ke Pelaminan

Rasanya sebentar lagi menikah

Bagi setiap gadis, bayangan soal pesta pernikahan mungkin sudah menghiasi angan dari dulu. Cerita dongeng ala gadis biasa yang dipinang pangeran kaya dan tampan jadi patokan bagaimana kisah cinta itu seharusnya berjalan. Lalu setelah menikah, mereka hidup bahagia selama-lamanya. Pernikahan pun menjadi impian, seakan jadi jalan keluar untuk semua permasalahan.

Advertisement

Tetapi selepas 25, pandangan kami soal pernikahan mulai berubah. Kalau ditanya bagaimana perasaan kami menjelang pernikahan, bahagia sudah pasti. Namun kami juga semakin sadar bahwa pernikahan bukan cuma soal hidup bahagia selama-lamanya bersama pasangan. Lebih dari itu, justru makin banyak keresahan yang mulai kami rasakan.

Kami terbiasa menempatkan diri sebagai poros dalam hubungan. Setelah menjadi istri, bagaimana kami bisa menjadi pasangan yang pengertian?

Kami tak selamanya menjadi poros dalam hubungan | Photo by Omar Lopez via unsplash.com

Ah, kami bukannya tak pernah sadar. Jika kami seringkali bersikap egois dalam hubungan. Selalu minta diutamakan dan diperhatikan. Sekalinya kamu cuek, kami langsung seenaknya menuduh kamu tak lagi peka. Kami juga sering membuatmu serba salah. Perhatian dibilang tumben, tapi saat cuek dibilang nggak lagi cinta. Kami terbiasa menempatkan diri sebagai poros dalam hubungan.

Namun kami juga tak ingin selamanya bertindak seperti itu. Ada saatnya kami yang memang harus banyak mengalah, kapan lagi kalau bukan saat kami jadi istri nanti. Banyak hal yang harus dikompromikan, meski akhirnya tak sesuai dengan ekspetasi kami harus mampu menjaga emosi. Tapi mau bagaimana juga, tetap ada keresahan yang kami rasa.

Advertisement

Mampukah kami, gadis yang dulunya selalu minta diperhatikan, nantinya menjadi pasangan yang pengertian.

Bukannya mau pesimis soal perubahan diri untuk lebih positif. Tapi kami cuma berharap kamu nantinya bisa memberi kami ruang untuk berproses. Agar keegoisan yang ada dalam diri kami bisa sedikit demi sedikit terkikis.

Dulu kata putus bisa mudah terucap, setiap kali kesal denganmu. Kalau sudah menikah, mana mungkin kami asal minta diceraikan

Advertisement

Asal minta cerai mana mungkin bisa kami lakukan | Photo by Tiko Giorgadze via unsplash.com

Kami harus mengakui, bahwa ketika kami dengan seenaknya mengucapkan kata putus saat bertengkar bukan berarti kami benar-benar ingin berpisah. Kami hanya ingin kamu merajuk dan memohon agar kami tak lagi marah. Keangkuhan membuat kami merasa bahwa kami tak akan pernah kamu tinggalkan.

Menjelang pernikahan, kami seperti dibangunkan dari belaian mimpi indah. Cinta seharusnya tak seenaknya, seperti yang dulu kami sering lakukan. Mana mungkin kami minta diceraikan setiap kali terlibat adu mulut dengan pasangan. Sifat kekanakan yang berlebihan ini semoga bisa segera kami hilangkan. Kami belajar untuk menjalani hubungan yang lebih dewasa.

Memilih menepi bukan berarti ingin pergi. Namun agar emosi bisa segera mereda

Maafkan kami yang masih sering bangun kesiangan. Ketika resmi jadi istri kelak, masih butuh perjuangan untuk menyiapkan awal mula hari bersama

Perjuangan! 🙂 | Photo by Jason Briscoe via unsplash.com

Untuk urusan bangun pagi, kami akui bukan kami juaranya. Kamu mungkin sudah seringkali mengomel, kenapa kami sangat susah untuk dibangunkan di pagi hari. Katamu bagaimana mau jadi istri kalau bangun pagi saja susahnya setengah mati. Dulu kami cuma bisa cemberut, kalau kamu selalu mengomel soal itu.

Tapi semakin kesini kami pun menyadari satu hal. Kelak kalau kami sudah resmi menjadi istrimu, siapa yang akan mengurus semua kebutuhanmu di pagi hari kalau bukan kami. Memasak sarapan untukmu akan menjadi perjuangan. Namun bagi kami, perjuangan bukan berarti hal yang mustahil bisa dilakukan. Iya, kehidupan rumah tangga memang soal perjuangan bukan? 🙂

Kami dituntut bisa mengatur pengeluaran bulanan, namun lipstik keluaran terbaru masih sering menggoyahkan iman

Banyak peran baru yang membutuhkan adaptasi | Photo by Rodolfo Sanches Carvalho via unsplash.com

Kami sadar harus jadi wanita yang bisa multi-tasking. Di satu sisi kami harus jadi wanita kuat yang bisa mengurus semua kebutuhan rumah tangga, di sisi lain kami harus jadi wanita yang lembut untuk sesekali menghadapi kemanjaanmu, dan ada pula saat kami harus jadi wanita cerdas yang pandai mengatur keuangan keluarga. Tolong, untuk urusan satu ini beri kami waktu yang lebih banyak. Agar kami bisa belajar mengatur uang yang kamu berikan setiap bulan dengan baik.

Maafkan kami yang seringkali masih sering khilaf, ketika ada lipstik keluaran baru di pasaran. Tapi yakinlah, kami sama sekali tak bermaksud membuang uang hasil jerih payahmu untuk barang-barang yang tak berguna. Ada saatnya nanti kami tak lagi tertarik dengan varian lipstik matte terbaru, dan lebih memilih berbelanja kebutuhan rumah tangga yang lebih kamu butuhkan.

Kehadiran buah hati nanti, membuat kami kembali berpikir. Memilih antara total menjadi ibu rumah tangga atau tetap berkarir?

Demi menyambut kehadiran kehidupan baru dalam hidup kita | Photo by Kelly Sikkema via unsplash.com

Masalah tak berhenti sampai disini. Ketika kita menikah nanti dan buah hati hadir di tengah keluarga kecil ini, kami dihadapkan lagi pada sebuah dilema. Kami harus berhenti berkarir dan menjadi rumah tangga atau tetap mempertahankan karir yang sudah kami bangun selama bertahun-tahun ini? Bahkan sebelum kami bertemu denganmu.

Namun apapun pilihan kami nanti, kami mohon untuk hargai itu. Jika kami memilih tetap menjadi wanita karir, bukan berarti kami akan mengabaikan tugas kami sebagai ibu dan istri. Pun ketika kami memilih menjadi ibu rumah tangga, bukan berarti kami telah mengubur mimpi untuk terus berkarya. Kami cuma butuh dukungan darimu sebagai pasangan.

Namun pada akhirnya kami sadar tak ada pernikahan yang bisa bahagia selamanya. Permasalahan akan selalu ada untuk menempa kita menjadi pribadi yang lebih kuat

Menempa kami jadi pribadi yang lebih kuat | Photo by Hian Oliveira via unsplash.com

Tapi pada akhirnya kamu cuma butuh tenang. Kami tak akan sekekanakan itu dalam menghadapi masalah yang datang silih berganti dalam bahtera rumah tangga kita nanti. Masalah demi masalah ini membuat kami sadar bahwa pernikahan bukanlah jalan keluar bagi semua permasalahan. Justru setelah pernikahan, akan banyak masalah baru yang membuat kami dan juga kamu bersama-sama menjadi pribadi yang lebih kuat.

Keresahan yang kami alami ini bukan berarti kami sedang mengalami keraguan. Namun, kami hanya sedang membutuhkan dukungan lebih kuat darimu. Setidaknya buat kami tenang, bahwa akan selalu ada bahu untuk kami bersandar dan lengan tempat kami bisa selalu pulang.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

seorang istri yang menanti kelahiran buah hati ❤

CLOSE