Katamu Saya Membuat Bahagia. Tapi Bagi Saya, Kamu Itu Semesta

Ada yang berbeda dari caramu memandang saya. Tidak pernah lama, tapi dalam dan membuat saya lebur di dalamnya. Kali pertama kita bertemu, masih jelas saya ingat kamu memesankan kopi latte yang tidak terlalu kuat menurutmu. Saya meminumnya demi menghargaimu. Nampaknya kamu belum tahu jika saya berdebar semalaman setelah itu. Kopi tidak pernah bersahabat dengan metabolisme dan jantung gadismu.

Advertisement

Sampai hari ini sudah banyak hal terjadi diantara kita. Dan saya rasa sudah saatnya kita menyudahi semua keriaan masa muda. Sebab bersamamu berhenti tidak lagi terasa absurd dijalani. Berdua, apapun bisa kita hadapi.

Denganmu nyaman tak perlu lekat dengan membosankan. Sementara semua berjalan, kita tetap punya mimpi untuk diperjuangkan

Kita sellau punya mimpi untuk diperjuangkan

Kita sellau punya mimpi untuk diperjuangkan via www.glamourandgraceblog.com

Sebelum bertemu kamu saya sempat khawatir jika hubungan sudah mencapai titik nyaman. Sebab biasanya selepas tak ada lagi tantangan kita dengan mudah bisa saling meninggalkan. Sudah saya lihat dengan mata kepala sendiri berbagai alasannya. Mulai dari bosan, tak lagi bisa menemukan kesamaan bersama, sampai ingin menjajal ikatan yang menawarkan lebih banyak tawa.

Namun bersamamu, nyaman berubah makna.

Advertisement

Saya tidak keberatan menghabiskan seluruh senja dalam hidup untuk berbaring di atas pangkuanmu. Menemanimu menonton televisi sementara saya menyelesaikan tenggat pekerjaan yang makin dekat. Karena bersamamu bahagia bisa datang dari hal-hal yang sudah sangat akrab.

Ijinkan saya jadi orang yang dengan teliti memilih susu rendah lemak untukmu. Memastikan rasanya padu dengan kopi kesukaanmu

Memastikan rasanya padu dengan kopi kesukaanmu

Memastikan rasanya padu dengan kopi kesukaanmu via www.glamourandgraceblog.com

Dalam hubungan kali ini hal-hal remeh memang berubah kelas. Dia yang dulunya disingkirkan dengan lugas, kini justru ditilik dan dibahas.

Advertisement

Siapa yang menyangka gadis secuek saya rela mencermati bagian belakang kotak susu satu persatu demi memastikan kadar gula di dalamnya tak terlalu banyak? Sebab dalam suatu percakapan kamu pernah bilang manisnya susu malah membuat kenikmatan kopi rusak.

Teman-temanmu juga akan mengolok jika tahu bagaimana kamu yang cuek di mata mereka memperlakukan saya. Tak peduli seberat apapun harimu, selelah apapun kamu hari itu, kamu selalu menyisakan sepetak waktu. Di situ perbincangan kita menemukan titik temy. Kamu bercerita, sesekali saya menanggapi dengan manja, lalu kita bisa tidur tenang setelahnya.

Kawan-kawan bilang berhenti untuk seseorang itu pengorbanan. Tapi buat saya ini pilihan yang malah ingin disegerakan

Buat saya ini pilihan yang harus disegerakan

Buat saya ini pilihan yang harus disegerakan via www.glamourandgraceblog.com

“Harusnya dia tidak menyiakanmu. Demi mendampinginya kamu keluar dari kenyamanan Bapak-Ibu.”

Bagi beberapa kawan berhenti dan membangun komitmen dengan seseorang adalah pengorbanan. Demi bersama mereka harus rela keluar dari kenyamanan. Memasukkan diri dalam lingkaran baru yang belum tentu sepadan. Membuat diri lebih rapuh pada rasa sakit yang bisa datang.

Hanya saja rasanya saya tak bisa mengamini konsep ini. Denganmu fase hidup yang baru malah ingin segera di fast forward datangnya. Tak sabar rasanya menunggu waktu bisa bangun di sisimu setiap hari. Menemukan tanganmu di bawah bantal saya. Menjadikan kegiatan mengecup mata mengantukmu ritual pagi sebelum melakukan aktivitas lainnya.

Bahagia sepertinya ketika di akhir hari kita bisa pulang ke rumah yang sama. Berbagi cerita tentang apa saja yang sudah dunia beri sesiangan tadi saat kita tidak bersama. Menutup malam dengan pelukan, kemudian bercumbu tanpa lagi takut dosa.

Katamu saya penawar lelah yang menawarkan bahagia. Bolehkah sebagai balasannya saya bilang kamu — semesta?

Bolehkah sebagai balasannya saya bilang kamu ini semesta?

Bolehkah sebagai balasannya saya bilang kamu ini semesta? via www.glamourandgraceblog.com

Setiap sedang lelah sekali, banyak tekanan dari kanan-kiri, kamu sering menggenggam tangan saya lama. Menarik nafas panjang kemudian menatap saya dengan muka frustasi dan lucu yang bagi saya menggemaskan. Perkataanmu ini sering diulang,

“Paling tidak sekarang saya punya kamu. Dunia tidak lagi sebejat itu.”

Skenario paling tertebak selanjutnya adalah saya merengkuh pinggangmu ringan. Membiarkanmu meleburkan saya dalam pelukan. Harum dan hangat tubuhmu kemudian saya sesap lama.

Sementara kamu mengeratkan lengan di sekeliling tubuh saya, berbisik di telinga bahwa memeluk saya bisa membuatmu melupakan kebejatan dunia — dalam hati saya mengucapkan permohonan sederhana.

Tuhan, tolong jaga dia selalu bahagia. Sebab bagi saya, dia ini semesta. Poros dunia saya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat puisi dan penggemar bakwan kawi yang rasanya cuma kanji.

CLOSE