6 Hal yang Bisa Kita Lakukan agar Tidak Terkena Gangguan Pencernaan di Hari Lebaran

Alhamdulillah, hari yang begitu dinanti-nanti telah tiba. Hari ketika kaum muslimin menyelesaikan puasanya selama sebulan. Sukacita bergetar ke setiap sudut kota dan desa. Terlebih lagi pada tahun ini waktu perayaan lebaran bersamaan, tidak berbeda seperti yang pernah kita rasakan di beberapa tahun sebelumnya.

Hari raya idul fitri adalah hari raya berbuka. Pada hari itu umat muslim pada khususnya menikmati makanan dan diharamkan untuk berpuasa. Yap, iedul fitri pun dirayakan dengan makan-makan.

Setelah solat ied, kita makan di rumah. Setelah makan di rumah, berkunjung ke rumah kakek-nenek, lalu makan lagi. Selesai di rumah kakek-nenek, datang ke rumah paklek dan buklek, ditawari makan kembali. Kemudian ke rumah pakde dan bukde, kebetulan opor ayam dan gulai masih ada, pun kembali duduk di meja makan.

Seolah hari lebaran adalah momen balas dendam setelah sebelumnya berlapar-lapar diri. Kebiasaan ini membuat “penyakit lebaran” muncul terus setiap tahunnya. Penyakit lebaran tak lain tak bukan ialah mencret atau diare! Walhasil, kenikmatan hari raya pun harus terganggu akibat mesti bolak-balik ke kamar mandi. Tentu kita tidak ingin kan di saat lebaran malah menderita penyakit, bukan?

Berikut adalah beberapa yang bisa kita lakukan agar tidak terkena mencret di hari lebaran.

 <>1. Makan Secukupnya, Tidak Berlebihan dan Tidak ‘Ngamuk’
Ilustrasi Hidangan Saat Lebaran

Ilustrasi Hidangan Saat Lebaran via http://www.batamtoday.com

Rasanya benar-benar ingin melampiaskan nafsu di hari lebaran. Sebelumnya menahan-nahan diri tidak makan dan minum di siang hari, sebaliknya di hari idul fitri di meja makan begitu berlimpah makanan di siang hari.

Selama sebulan usus kita terbiasa tidak bekerja atau beristirahat di siang hari. Ketika dalam satu hari tiba-tiba saja usus dipenuhi dengan banyak makanan dalam satu waktu, maka terganggulah fungsinya. Beban kerja yang berat membuat usus tidak mampu mencerna dan menyerap dengan baik. Akibat penyerapan yang tidak sempurna, cairan-cairan yang seharus diserap malah tidak terserap, gerakan usus meningkat, dan banyak keluarlah cairan dan kotoran dari usus tersebut dalam bentuk mencret.

Saluran pencernaan kita membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Ketika di awal waktu berpuasa kita sering merasa kelaparan dan perut berbunyi, di pertengahan dan akhir bulan puasa kondisi-kondisi tersebut sudah tidak begitu terasa karena proses adaptasi. Begitu pula ketika saluran pencernaan kita terbiasa tidak bekerja berat di siang hari, mereka pun butuh waktu agar dapat bekerja normal kembali.

Karena itu, 2-3 hari pertama pascapuasa sebaiknya dimulai dengan makan dalam jumlah yang sedikit terlebih dahulu, kemudian ditambah secara perlahan-lahan. Hal ini untuk menjaga kesehatan kerja usus kita.

<>2. Kunyah Makanan dengan Baik Sebelum Ditelan
Ilustrasi Mengunyah

Ilustrasi Mengunyah via http://blog.foodnetwork.com

Mengunyah makanan merupakan sunnah nabi shallallahu ‘alaihi wassalam. Beliau mengajarkan kepada para umatnya agar mengunyah makanan setidaknya 30-50 kali.

Mengunyah makanan akan sangat membantu usus dalam mencerna makanan. Di dalam air liur terdapat enzim yang mampu mengurai makananPenguaraian awal di mulut ini akan sangat membentu saluran pencernaan bawah dalam bekerja.

Selain itu, berdasarkan penelitian Profesor Stephen dari Imperial College London, makan cepat-cepat (tidak dikunyah dulu/dikunyah hanya sebentar) meningkatkan resiko obesitas. Ketika seorang makan cepat-cepat, hormon yang berfungsi untuk menghentikan nafsu makan tidak bekerja. Hormon tersebut memberi sinyal kepada otak bahwa lambung sudah terisi sehingga menekan nafsu makan. Tidak bekerjanya hormon ini akan membuat seseorang tidak merasa kenyang sehingga terus memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

Berita tentang penelitian hubungan makan cepat-cepat dan resiko obesitas dapat dilihat di sini.

<>3. Makanan Sedikit Namun Sering Lebih Disarankan daripada Makan Banyak Sekaligus dalam Satu Waktu
Makan Sedikit

Makan Sedikit via http://majalahouch.com

Pola makan seperti ini diterapkan bagi mereka yang sedang dalam program diet/menurunkan berat bada. Makan dalam jumlah sedikit, lalu jeda untuk istirahat sebentar, kemudian makan lagi dalam jumlah sedikut, lalu istirahat kembali, kemudia makan lagi; metode ini lebih meringankan kerja usus daripada makan dalam jumlah banyak di satu waktu. 

<>4. Hindari Makanan Pedas
Makanan Bercabai nan Pedas

Makanan Bercabai nan Pedas via https://lihuiliao.files.wordpress.com

Makanan pedas bersifat asam, dan zat asam dapat menstimulasi saluran pencernaan kita untuk bergerak dengan cepat, terganggunya penyerapan zat makanan, sehingga terjadilah mencret.

Makanan pedas sendiri dalam hari-hari biasa beresiko mengakibatkan diare. Seorang yang sedang diare atau punya penyakit lambung/mag tidak diperbolehkan mengonsumsi makanan pedas. Kondisi ini bisa menjadi lebih para bagi pencernaan kita yang biasa beristirahat di siang hari.

<>5. Hidari/Kurangi Konsumsi Susu

Untuk menguraikan susu agar dapat dicerna, dibutuhkan enzim yang disebut dengan enzim laktose. Efektivitas kerja enzim laktose di tiap orang dapat berbeda-beda. Seorang yang tidak terbiasa mengonsumsi susu sejak kecil memiliki kadar laktose yang lebih rendah ketimbang mereka yang terbiasa. Beberapa orang bahkan tidak memiliki enzim laktose, suatu keadaan yang disebut dengan lactose intolerance.

Saluran pencernaan yang tidak terbiasa bekerja di siang hari, apabila mendapat paparan susu yang sulit dicerna, dapat memperberat kerjanya.

<>6. Makan Makanan Lunak

Makanan lunak seperti bubur lebih mudah dicerna dan diserap. Bagi yang sedang menderita penyakit dan sedang mengalami gangguan di saluran pencernaannya, seperti pada penyakit tipes, disarankan untuk mengonsumsi makanan lunak.

Memang makan bubur saat hari raya di masyarakat kita tidaklah umum. Jika makanan yang tersedia hanyalah nasi dan ketupat, kelima cara yang disebutkan di atas bisa diaplikasikan untuk menghindari mencret.

 

Demikian tips yang dapat kita lakukan agar tetap dalam kondisi sehat di hari lebaran. Semoga kita dapat menjalani dan menghayati hari raya Islam ini dengan khusyu dan terbebas dari penyakit. Taqabbalallahu minna wa minkum, siyamana wa siyamakum.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Sekarang sedang bekerja sebagai dokter PTT di RSU Bintuni, Papua Barat