Aku Nyaman denganmu Sahabatku, Bagaimana Jika Aku Memilihmu?

 

Hampir setiap perkenalan dengan seseorang, kita pasti berharap agar perkenalan selalu berakhir indah, entah itu menjadi sahabat, teman biasa, teman nongkrong, teman ngobrol, ataupun manjadi saudara beda ayah ibu yang jika benar-benar dijaga bisa saja ayah dan ibu kita menjadi teman ayah ibunya juga, pernah mengalami itu? Atau bahkan dari teman biasa yang berakhir cinta, pasti sering dong.

Seperti kisahku..

1. Dan Aku Kau Temukan dalam Reruntuhan Rasa yang Hampir Menjadi Butiran Debu.

boleh kenalan ? via https://plus.google.com

Advertisement

Kau : Hai.. aku (namanya) boleh kenalan ?

Aku : Boleh.. Oo, kamu itu teman kost si … ya ?

Masih kuingat, kau dengan polosnya membuka pembicaraan dengan memperkenalkan diri dalam SMS singkat yang kutak tahu sampai sekarang darimana mendapatkan nomor handphoneku, yang ada di perkiraan hanya saat itu aku tengah dekat dengan teman sekolah satu kostmu, mungkin kau dapatkan dari dia, ah syudahlah .. lupakan saja.

Advertisement

Yang terpenting, kau tetap setia menjadi temanku meskipun hubunganku dengannya berkesudahan, karena tradisi di keluarganya dan ada wanita yang lebih beruntung dariku saat itu. Sudah kuikhlaskan semua itu meskipun harus melawan move-on selama 1 tahunan.

2. Kau Tumbuhkan Nyaliku Tuk Menjadi Wanita Kuat yang Siap Menerpa Badai.

“Semangat pagi, semoga hari ini indah” kataku

Advertisement

“ 🙂 Aamiin” balasnya

Kita berbeda sekolah, berbeda tempat tinggal, aku 3 bulan lebih tua darimu, dan mengobrol denganmu sesuatu yang menurutku sewajarnya saja saat itu. Kita suka musik yang sama, selalu memberikan saran dari setiap masalahku, dan banyak hal yang terdaftar di otakku tentangmu yang tertata rapi dan begitu hampir sempurna, ku pikir saat itu aku telah memilihmu menjadi SAHABATKU!

Kau membangkitkan semangatku tuk tetap kuat menjalani hidup. Menghadiahkanku “smile emotikon” pada tanggapan setiap kata positif yang ku kirimkan sebagai tanda semangatku melalui SMS, sudah sangat menggembirakan bagiku.

3. Pertemuan Perdana, Sepintas Berpapasan, Menyapa dan Senyum, Hanya Itu!

Berpapasan, menyapa dan senyum via https://plus.google.com

Aku : (berjalan) … (memanggil namanya, senyum)

Kau : (membalas senyumku)

Sepanjang percakapan kita dalam SMS ternyata tidak sebanyak saat bertemu. Tak sengaja, aku ditempatkan di sebuah instansi pemerintah saat Prakerin (Praktek Kerja Industri) tepat didepan SMKmu saat duduk di kelas 2 SMK. Aku tidak meminta banyak pada hari-hari sebelumnya kepada Tuhan, tapi memang inilah jalannya. Tanpa aku pinta, Tuhan telah dengan percuma memberikan kesempatan ini. Tapi yang ku tahu, aku dan kau sama-sama pendiam.

Berpapasan, menyapa dan tersenyum, hanya itu yang bisa kita lakukan saat pertemuan perdana kita, pada saat keluar kost mencari makan malam, kebetulan kost-an kita hanya berjarak 5 rumah. Yaaah, bagaimana lagi, kita bukan termasuk anak yang blak-blakan.

Bukannya sombong, tapi rasanya agak sedikit canggung. Sejak saat itu aku malu menyapamu kembali, tak ada nyali memulai pembicaraan secara langsung, akan tetapi dalam handphone seperti orang cerewet. Mungkin begitulah sifat orang pendiam hehee.

4. Hingga Pada Suatu Waktu, Kau Hilang Tanpa Kabar, Aku Takut Kehilangan Sahabat Sepertimu.

Kamu di mana ? via https://plus.google.com

Berpisah tempat memang sudah bukan hal yang asing lagi bagiku, karena kita memang tak pernah berdua saja. Tapi berpisah pembicaraan, aku sangat takut. Yaa, semenjak lulus SMK, kita tak lagi setiap saat menyapa atau bercerita.

Dan itupun terjadi selama hampir 1 tahunan, mungkin kesibukan menjadi alasan selanjutnya, kita tengah bergelut dengan kehidupan yang sebenarnya yaitu dunia kerja. Dan nomor handphonemu tidak lagi aktif. Aku tak bisa lagi bertegur sapa denganmu.

5. Dan Aku Akhirnya Berhenti Mencari, Tapi Lagi-Lagi Tuhan Memberi Kejutan.

aku melihatmu via https://plus.google.com

Hampir melupakanmu saking lamanya tak bersua, meskipun tiap mendengar lagu “Bondan Ft Fade2Black” otakku langsung terset namamu hihii. Dan secara tak sengaja aku menemukanmu dalam keramaian, lagi-lagi Tuhan sangat sayang padaku. Aku selalu hafal dengan wajahmu, ternyata kau masih setia menggantungkan bingkai tipis berkaca dalam mancungnya hidungmu dan kedua telingamu, alias kacamata hehee.

Tapi lagi-lagi hanya berpapasan, bahkan kau tak sempat melihatku, tapi aku yakin itulah kau sahabat yang selama ini hilang. Kucari nama panjangmu dalam media sosial, berhasil menemukan dan ku mulai saja pembicaraan dalam inbox salah satu media sosial.

Aku : Kayaknya tadi kamu ada di sekitar pasar, bonceng motor ? Benar itu kamu ?

Kau : Iya, kok tahu ?

Aku : Karena kamuuu.. (chahaa ngga jadi ngegombalnya) blablablaaaa..

Kita berbincang panjang, menanyakan kabar, keluarga, pekerjaan, alasan handphonemu hilang melegakan hatiku ternyata kau tak sengaja melupakanku, sampai akhirnya kita berrencana melakukan perjalanan ke sebuah bukit yang sudah dari dulu ku impikan, dan ternyata kaupun menyukai kegiatan mendaki gunung.

6. Kita Boleh Merencanakan, Tapi Tuhan yang Menentukan!

berdua saja via https://plus.google.com

Dari sebanyak apapun teman yang kita ajak, hanya kita berdua yang bisa. Kau ada cuti seminggu, sedangkan aku harus ijin sehari agar bisa libur di hari Sabtu-Minggu. Kita berjalan berdua saja, hanya berdua. Ini untuk kedua kalinya kita berjumpa.

Mungkin jika pembicaraan kita tak sebanyak ini, jika percakapan kita tak sepanjang ini, dari zaman sekolah hingga lulus dan bekerja selama kuranglebih 3 tahun, akan ada pemikiran dihatimu bahwa aku wanita yang kurang baik, karena berjumpa saja baru sekali tapi sudah mau diajak jalan, tapi aku yakin kau tau alasan yang tepat.

7. Kau Janjikan Takkan Membuatku Lecet!

Kau menjagaku via https://plus.google.com

Selama perjalanan, kau buatku kagum dengan cerita-ceritamu, mungkin kau bukan lagi laki-laki pendiam seperti dulu, sedikit berkurang tepatnya. Ilmu pengetahuan yang kau punya membuatku senang, kau banyak cerita tentang yang seharusnya kau ceritakan. Kau menjaga dan melindungiku seperti ayahku.

Kau menghormatiku bagaimana sewajarnya hubungan sebatas pertemanan, memegang tanganpun tidak meskipun aku kedinginan, dan itu membuatku semakin nyaman denganmu. Serius! Tidak ada yang lebih indah selain saling menghormati, dan kau sangat menghormatiku.

Dengan ransel gunung yang begitu besar, kau perlihatkan bahwa kau sangat kuat. Membantuku mengangkat ransel ketika aku tak kuat berdiri setelah istirahat, mendorong pelan ranselku yang kugendong dengan tujuan aku kuat berjalan dalam tanjakan, memberikan semangat dan banyak hal yang kau lakukan untukku selama perjalanan. Hingga kau kembalikan aku pada orangtuaku dengan utuh.

8. Banyak Hal Yang Aku Ingin Kau Tahu.

Ingin kau tahu via https://plus.google.com

Aku mampu menemukanmu dalam keramaian, karena Tuhan pasti tahu alasannya, tapi menurutmu apa? Menurutku mungkin karena aku membutuhkanmu.

Karena aku merasa kamu mampu manjaga dan melindungiku, jadi aku mau mengiyakan ajakanmu tuk pergi traveling berdua saja.

Karena aku merasa kamu kuat, aku tak sungkan membagikan rasa lelahku terhadap masalah dunia dengan menceritakannya padamu.

Karena aku tahu kamu pintar dan cerdas, selalu tahu solusi dari apa yang kupikirkan, jadi aku percayakan saran darimu.

Karena kamu hebat dan pekerja keras, aku ingin kamu jadi salah satu penyemangatku dalam situasi apapun.

Karena kamu bisa mengaji, salah satu kriteria calon suami yang baik hihii

Karena dengan seharian bersamamu aku jadi tahu sedikit tentangmu, aku mau mengenalmu lebih dalam lagi.

Dan karena aku tahu kamu bisa bahasa kromo (bahasa kesopanan dalam budaya Jawa), aku pasti diijinkan oleh ayahku untuk melanjutkan pertemanan ini sampai maut.

Tapi yang sebenarnya ada dirasa, aku bukan hanya ingin menjadi sahabatmu, sering terlintas bayangan hidup denganmu menggantung dalam lamunan.

Wanita dewasa yang tengah khawatir akan masa depan, antara bahagia, sedih, saniat tapi gugup dan khawatir menjadi satu, mungkin inilah perasaan wanita usia 20an, meskipun sudah memiliki calon suamipun ada saja perasaan seperti itu, kata temenku sih. Aku ingin kau menjadi imamku, menuntunku menjadi istri dan ibu yang sholehah.

Semua ku kembalikan kepada takdir Tuhan, aku hanya memimpikan itu. Aku harap, kau tak membaca semua ini, karena jika iya pasti aku akan koleng menjelaskannya, dan malunyaaa. Tapi bagaimana caranya agar kau tahu ? Tentang impian setiap malamku ? Akankah kau mampu membaca hati ? Ups, sekali lagi ini hanya mimpiku, aku tidak ingin terlalu mengharapkannya. Hanya mampu menunggu kejutan indah dari Tuhan, aamiin.

Terimakasih telah menjadi alasanku tuk tersenyum setiap hari, meskipun via sms saja. Sampai saat ini aku masih menunggumu, bertemu denganmu untuk ketigakalinya. Meskipun entah kapan.

Untukmu, cuy..

Dari aku yang hanya bisa menunggu

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Admin kantor periklanan online umur 21 tahun. Anak pertama dari 4 bersaudara. Makanan favorit : sambel. Lulusan SMK tahun 2012. Sedang belajar jadi wanita sholehah, aamiin hehee

CLOSE