Aku Pergi karena Aku Peduli. Tak Perlu Kau Menahanku Terus di Sini

Kulepaskan segala yang memberatkan hati ini. Semua memang tak mudah, namun aku yakin bahwa bertahan dengan orang yang tak lagi mencintaiku sepenuh hati bukan lah suatu pilihan yang tepat. Aku putuskan pergi setelah perjuangan ini tak lagi kau anggap berarti.

1. Perjalanan Ini Terlalu Panjang Jika Harus Dirusak Oleh Pengkhianatan

Perjalanan Panjang via http://www.google.com

Merajut semua sejak kita bukan siapa – siapa itu sungguh menyenangkan. Mengawali cerita ini lima tahun yang lalu tentunya sudah sangat cukup untuk kita saling memahami bahwa kita berdua tak luput dari segala kekurangan. Bersama – sama merasakan betapa kerasnya perjuangan menyelesaikan studi. Saling bertukar pendapat demi menyelesaikan tugas – tugas akhir. Saling berbagi. Merasakan betapa getirnya masa – masa ketika kita harus menahan semua keinginan bermewah – mewah karena uang yang terbatas. Bersama – sama saling membantu dan menutupi kekurangan.

Kita bukan lagi pasangan yang hanya menghabiskan waktu untuk bersenang – senang saja. Kita sudah selayaknya teman baik yang berbagi semua kisah hidup ini. Kita sudah menjadi sahabat yang selalu menukar cerita dan saling mengomentari. Tak ada hari yang kita habiskan tanpa saling mencari dan menukar rindu. Sungguh, sehari tanpa berita darimu bagaikan aku harus menunggu jam itu berputar 10 kali lebih lambat dari pada seharusnya.

Namun diantara semua cerita cinta itu, kau diam – diam menyelipkan sebuah nama yang sampai saat ini aku tak pernah suka mendengarnya. Kau dengan tega merusak semua hanya karena dalil ingin menolongnya. Hubungan ini memang bukan tanpa masalah, tapi pengkhianatan adalah cara terburuk untuk mengakhirinya. Tak bisakah kau hargai semua yang sudah kita bangun dari titik nol ?

Jalan kita sudah terlalu panjang. Rasanya sungguh menyakitkan jika semua berakhir karena kehadiran orang ketiga.

Aku bukan wanita sempurna. Pun engkau bukan lah lelaki yang hidup tanpa memiliki kekurangan. Tidak sepatutnya perjalanan panjang ini berakhir dengan akhir yang begitu tidak etis menurutku. Aku hanya tak yakin wanita itu benar – benar mencintaimu. Aku khawatir kau akan menyesal karena keputusanmu. Namun jika dia memang pilihanmu, bertahanlah dan perjuangkan lah !!! Waktu akan menjawab semua keputusanmu.

2. Bukan Hanya Aku, Tapi Juga Mereka

Mereka Juga Kau Sakiti via http://www.google.com

Bukan hanya hatiku. Tapi juga hati mereka. Bukan hanya kepercayaan dariku. Tapi juga seluruh kepercayaan dari mereka. Bukan hanya sahabat – sahabatku, tapi juga orang tuaku.

Semua kecewa dan terluka atas perlakuanmu. Siapa sangka engkau yang begitu mereka percayai justru telah menghancurkan semua kepercayaan itu. Hubungan ini bukan hanya melingkar pada kita berdua, tapi juga pada orang tua dan keluargaku. Semua telah kau sakiti dan tanpa permisi engkau pergi. Menganggap semua usai tanpa basa – basi.

Aku mungkin bisa saja memaafkanmu. Tapi bagaimana dengan mereka ?

Harus dengan cara apa kau meminta maaf pada mereka semua ?

3. Jangan Beri Aku Obat Beracun

Obat Beracun via http://www.google.com

Saat ini ketika engkau tahu siapa wanita yang kau pilih itu, lantas kau ingin kembali padaku ? Setelah kau tahu bahwa wanita yang menyebabkan perpisahan kita sesungguhnya tak mencitaimu, lantas kini kau ingin membangun lagi semua dengan ku ?

Mungkin logika ku bisa saja menerima kehadiranmu, tapi tidak dengan hatiku. Aku terlalu peka untuk menyadari bahwa kau kembali bukan karena perasaan cintamu. Aku terlalu peka untuk merasakan bahwa engkau kembali karena kesepian yang kerap mengikuti perjalanan hari – hari mu saat ini. Ketika wanita itu kembali pada kekasihnya dan aku tak lagi disampingmu, kini kau ingin kembali karena rasa kesepianmu, sedangkan di hatimu masih kau simpan rasa cinta untuknya.

Jangan tawarkan aku cintamu yang masih kau campuri dengan namanya. Aku tak butuh obat darimu sedangkan aku tahu bahwa obat itu beracun. Biar waktu yang jadi obat paling sempurna. Biar waktu yang akan mengurai semua ceritanya.

Jangan berikan aku obat yang masih kau campuri dengan racun..! Aku tak membutuhkan obat semacam itu !!

Aku bukan wanita luar biasa yang bisa menerima keadaan sepahit itu. Memang tidak mudah bagiku membiasakan diri sepi tanpamu. Tapi jika kau ingin kembali padaku bersama hatimu yang lama, maaf aku tak akan pernah menerimanya!

4. Luka Oleh Pengkhianatan Tak Secepat Itu Dapat Memudar

Luka Pengkhianatan via http://www.google.com

Malam pergantian tahun, aku telah memilih untuk memperbaiki cerita ini. Merajut kembali harapan baru, dengan orang baru tentunya. Tak mudah baginya merawat semua luka ku. Tak mudah baginya merawat aku yang saat itu terluka parah.

Dan kini, luka ini sudah sembuh, total. Aku telah hadir kembali dengan senyuman baru, aku telah sembuh total dari semua luka ku. Namun maaf, mungkin belum untuk bekasnya. Luka itu sudah tak terasa sakit, tak lagi pedih. Tapi bekas goresannya masih membekas. Aku sudah memaafkan semua luka yang kau ciptakan, namun ku rasa aku belum mampu melupakannya.

Luka. Baik fisik atau pun hati. Cepat ataupun lambat suatu saat pasti akan sembuh dengan sendirinya. Hanya saja bagaimana dengan bekasnya?

Namun tenang saja, akhir tahun lalu, aku telah menitipkan cerita pilu ku pada embun – embun pagi disana. Tempat dimana aku menyibukkan diri membunuh semua rinduku saat itu. Semoga saja esok atau lusa ia akan menguap dan jatuh kembali sebagai berkah kebahagiaan.

Maka saat kebenaran itu datang, ia bagai embun yang terkena cahaya matahari. Bagai debu yang disiram air. Musnah sudah semua harapan-harapan palsu itu. Menyisakan kesedihan. Salah siapa? Mau menyalahkan orang lain? Tidak ada yang salah, sahabat.. La Tahzan. Takdir Allah jauh lebih indah dari yang kita bayangkan.

5. Aku Ingin Mengajarimu Untuk Setia

Setia Ini Harga Mati via http://www.google.com

Setelah kesetiaan yang aku perjuangkan justru kau khianati, apa menurutmu aku akan merubah prinsipku ? Tidak sedikitpun. Tidak bergeser sesentipun. Bagiku kesetiaan tetap harga mati. Tidak akan ku ubah prinsip itu sampai akhirnya aku mendapatkan yang telah digariskan-Nya buatku. Aku tak pernah menyalahkan kesetiaan yang kuperjuangkan, aku justru ingin mengajarkanmu seperti apa kesetiaan itu.

Sehari sejak kau putuskan untuk pergi, aku telah seberusaha untuk berdiri setegar karang. Merajut semua asa di awal tahun untuk membuka hati pada laki – laki lain yang lebih baik. Dan perjuangan itu bagiku tak kalah pentingnya seperti perjuangan ku yang telah lalu.

Sejak saat itu aku sadar, aku tak dapat hidup dengan sisa – sisa potongan hatimu. Aku butuh hati yang baru, yang mau berjuang bersama ku. Aku pilih dia yang sudah merawat luka – luka ku dan menyembuhkan semua dengan segala seikhlasannya. Jika saat ini kau ingin kembali, kupastikan aku akan menjauh darimu dan tetap menggenggam erat tangan yang kemarin telah merawat pedihku itu. Bukan karena aku ingin membalas kebaikannya, namun karena aku faham aku akan tetap setia pada pilihanku.

Aku faham, sisa cerita lima tahun yang berlalu itu masih meninggalkan remahnya dihidupku, namun ku pastikan aku akan tetap menjunjung tinggi kesetiaanku. Jadi kini biarkan aku menyetiai cintaku yang baru dan menunjukkan kepadamu betapa indahnya kesetiaan itu.

Karena aku peduli padamu, maka aku putuskan untuk pergi. Hidup ini terlalu indah untuk kita rusak dengan sebuah pengkhianatan. Untuk apa berkhianat jika setia itu jauh lebih indah ?

Aku pergi. Ikhlaskan lah aku untuk setia pada cintaku yang baru. Semoga saja kesetiaan itu juga berkenan mampir dan bersemayam dihatimu yang saat ini tengah meragu. Kita semua berhak berbahagia, La Tahzan !!!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Happy Mom. Math Teacher.