Hati-hati dengan Pertanyaan “Kapan Punya Anak?”! Ini Lima Alasan Kenapa Kamu Dilarang Bertanya Itu

1. Tanya kapan punya anak sebetulnya lebih menyakitkan ketimbang tanya kapan nikah. Ibu-ibu muda pun merasakannya

Terlalu sakit untuk diceritakan

Terlalu sakit untuk diceritakan via https://web.facebook.com

Memang, dulu sewaktu teman-teman kita sudah banyak yang menikah, sedangkan kita belum, sangat menyakitkan kalau ditanya kapan nikah. Tapi percayalah, saat sudah menikah dan belum punya momongan, lebih menyakitkan kala ditanya kapan punya anak.

Bisa-bisa, sang ibu stres dan memendam perasaan jengkelnya di dalam kepala. Tekanan dari lingkungan sekitar bisa-bisa membuatnya depresi. Sudahlah, toh kalau Tuhan berkehendak, pasti mereka segera diberi momongan, sama seperti yang lain.

2. Mereka yang belum punya momongan, tak melulu pasrah. Mungkin saja, mereka sengaja menunda karena alasan tertentu

Jangan melulu berprasangka dengan mereka

Jangan melulu berprasangka dengan mereka via https://www.instagram.com

Tak selamanya mereka yang belum memiliki anak, memang tak dikaruniai anak. Sebaliknya, mungkin saja, mereka sengaja menunda karena alasan-alasan kuat. Alasan-alasan ini, kadang hanya mereka yang boleh tau, kita tak boleh ikut campur.

Secara logis, keluarga muda memang identik menunda kelahiran si jabang bayi. Kondisi finansial yang belum stabil, bisa jadi salah satu alasan yang mendorong mereka menunda kelahiran. Mungkin, si ibu tak tega melihat anaknya ikut merasakan kesusahan, bukan?

3. Berhentilah tanya kapan punya anak kepada mereka yang lama menikah tapi belum dikaruniai, karena justru membuat mereka merasa malu

Bukankah lebih baik menyemangati mereka?

Bukankah lebih baik menyemangati mereka? via https://twitter.com

Bukankah kita sebagai manusia, dituntut untuk menghargai perasaan orang lain? Kalau kamu selalu menanyakan kepada mereka kapan punya anak, bisa jadi membuat mereka malu keluar rumah. Mengurung diri menjadi pilihan yang tepat demi menghindari pertanyaan-pertanyaan ini.

Dengan begitu, mereka sudah kehilangan hak untuk bisa hidup nyaman di tempat tinggalnya. Bermasyarakat yang dulunya asik, sekarang jadi merasa sungkan. Sudahlah, kalau memang Tuhan berkehendak, mereka pasti punya anak kok.

4. Pertanyaan kapan punya anak, bisa jadi akar permasalahan rumah tangga buat mereka yang belum diberi karunia

Jangan beri mereka pemicu masalah

Jangan beri mereka pemicu masalah via http://www.wishingbaby.com

Saling menyalahkan, bakal terjadi kala kalian terus-terusan menanyakan hal ini kepada mereka. Mereka bakal merasa serba salah dan berujung pada pertengkaran internal rumah tangga. Bukankah kamu tak ingin mereka berpisah?

Istri jadi sering marah-marah, begitu pula suami yang juga terkesan selalu tertekan. Saling menyalahkan pun bakal terus terjadi, setiap kali kalian menanyakan hal itu kepada mereka. So, berhentilah menanyakan kapan punya anak kepada mereka.

5. Keinginan untuk punya anak tak lagi jadi keinginan diri sendiri, tapi tuntutan dari lingkungan yang terus mengitari

Karena semua ingin punya keturunan

Karena semua ingin punya keturunan via http://www.wishingbaby.com

Apa kalian tidak kasihan, kalau mereka yang belum dikaruniai anak, justru merasa kalau punya anak adalah tuntutan? Tuntutan dari kita yang terus-menerus menanyakan kapan punya anak, tuntutan dari mertua, dari orangtua, dari tetangga, dari teman sebaya, dari siapapun.

Lingkungan yang terus mendesak untuk punya anak, membuat sang istri merasa tertekan batinnya. Begitu pula suami, tanggung jawab keluarga ada di pundaknya. Sudahlah, jangan memberi tuntutan kepada mereka, biarkan mereka hidup dengan nyaman dan sejahtera.

Pada dasarnya, bertanya kapan punya anak memang tidak sepenuhnya salah. Yang salah, adalah ketika bertanya berkali-kali kepada mereka, seolah-olah menekan mereka untuk segera memiliki momongan. Sekali lagi, berhentilah menanyakan hal itu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Cuma manusia yang kadang lupa. Calon Imam, dan pemimpin keluarga. Aku lahir di Jogja, besar di Jakarta, dan merapat di #BloggerJakarta .