Konsep Pemikiran yang Salah Tentang Mahasiswa Sastra Inggris

Saya dulu kuliah di jurusan Sastra Inggris di salah satu universitas swasta di Bekasi. Bukan hanya berbekal minat dari kecil untuk memperdalam kemampuan berbahasa Inggris, tetapi karena didukung bukti-bukti nilai mata pelajaran Bahasa Inggris sejak SD sampai SMK yang selalu unggul di banding mata pelajaran lain dan saya juga menghindari hitung-hitungan, hehe.

Tapi jangan berpikiran bahwa kuliah di jurusan ini gampang dan santai, lho! Meskipun tidak serumit jurusan kedokteran, arsitektur atau teknik informatika, kuliah di jurusan ini juga tetap mewajibkan untuk berkutat dengan tugas yang menumpuk dan buku-buku tebal. Sudah bukan hal yang aneh bagi kami untuk membawa tiga sampai empat kamus sekaligus.

Banyak banget? Apa saja, tuh? Kamus wajib yaitu Oxford dan kalau bisa, edisi terbaru. Pernah waktu itu dosen saya meminta teman saya untuk membeli kamus Oxford edisi terbaru padahal ia sudah membawa kamus Oxford. Kamus yang lain yaitu Merriam Webster, Longman dan Kamus Inggris Indonesia yang tiga warna disampul depannya. Kebayang kan kalau Sastra Inggris tidak sesimpel yang kalian pikirkan?

Selain itu, banyak konsep pemikiran tentang mahasiswa Sastra Inggris yang salah. Apa saja, ya?

1. Jurusan Sastra Inggris hanya belajar grammar melulu, lebih baik kursus Bahasa Inggris saja!

Ini jelas pemikiran yang salah. Kami nggak melulu belajar tentang Grammar, lho! Memang untuk setiap universitas memiliki kurikulum yang berbeda-beda. Untuk di kampus saya, dua tahun pertama dari semester 1 sampai semester 4, kami dilatih untuk mengasah kemampuan Bahasa Inggris kami dengan mata kuliah grammar, listening, speaking, pronunciation, writing, reading yang semuanya juga terdiri dari dasar 1 dan 2, kemudian lanjutan 1 dan 2.

Selain itu, kami juga mempelajari mata kuliah lain seperti Bahasa Indonesia, ekonomi dasar, ilmu alam, PKN dan lain-lain. Jadi, maksimalkan kesempatan untuk mengasah kemampuan berbahasa Inggrismu di dua tahun pertama tersebut. Kenapa? karena di dua tahun berikutnya, kamu tidak akan mendapatkan mata kuliah tersebut.

Oh iya, bahasa pengantar yang digunakan untuk tahun pertama adalah 20% Bahasa Inggris dan 80% Bahasa Indonesia. Tahun kedua adalah 35% Bahasa Inggris dan 65% Bahasa Indonesia. Tahun ketiga adalah 60% Bahasa Inggris dan 40% Bahasa Indonesia. Tahun keempat 80% Bahasa Inggris dan 20% Bahasa Indonesia. Kebayang kan kalau di dua tahun pertama, kita tidak belajar sungguh-sungguh, kamu akan mengalami kesulitan di dua tahun berikutnya.

Untuk dua tahun berikutnya, kamu mulai belajar tentang sejarah Inggris dan Eropa, jurnalistik, teater, cross culture understanding, morphology, phonology, syntax, semantics, pragmatics, translation, creative writing, research methodology, filsafat dan masih banyak lagi.

Kuliah Sastra Inggris tidak melulu tentang grammar, bukan?

2. Pasti jago Bahasa Inggris, ajak ngomong bule yang itu dong!

Talking

Talking via http://pexels.com

Memang sudah seharusnya, mahasiswa dan lulusan Sastra Inggris sudah khatam dalam berbicara dan menulis Bahasa Inggris. Tetapi pada kenyataannya, tidak seperti itu. Masih segar di ingatan saya, salah satu teman baik saya yang cukup baik dalam menulis sesuai dengan grammar yang cukup baik, bolos ujian akhir kelas speaking karena harus berbicara dengan dosen one by one.

Ada juga beberapa teman saya yang masih tidak bisa mengucapkan beberapa kata dengan benar seperti thank, think, through dan thought. Mudah bukan seharusnya mengucapkan kata-kata tersebut? Tetapi berdasarkan phonetic spelling, seharusnya kata tersebut diucapkan dengan θ bukan t. Misalnya, untuk kata thought dan taught, mungkin kamu mengucapkan nya sama, tetapi sebetulnya, cara mengucapkan thought adalah θɔːt dan taught adalah tɔːt. Berbeda bukan?

Tidak melulu lulusan atau mahasiswa Sastra Inggris dapat berkomunikasi dengan Bahasa Inggris dengan baik. Jika untuk mengarang cerita atau menulis satu buku tebal sekalipun, saya yakin semuanya bisa. Tetapi untuk bisa bebicara dengan baik, kamu harus rajin membiasakan diri untuk berbicara agar kecepatan berpikir dan berbicara dapat seimbang, sehingga kalimat yang sudah kamu olah dalam Bahasa Inggris di otak dapat tersampaikan dengan baik secara otomatis. Sekaligus kamu juga dapat melatih kepercayaan dirimu.

Sayangnya, masyarakat kita masih suka men-judge orang lain. Jika kita berbicara Bahasa Inggris, kita di judge belagu dan sombong, sok kebarat-baratan. Kita juga terbiasa untuk mengikuti penilaian orang lain sehingga kita menjadi malu luar biasa untuk berbicara Bahasa Inggris di khalayak umum. Itulah yang menyebabkan masyarakat kita masih tertinggal dari negara lain. Harus berani ya!

3. Kalau sudah lulus, mau jadi guru atau pembaca puisi?

Teacher

Teacher via http://pexels.com

Aduh! Prospek karir lulusan Sastra Inggris nggak melulu jadi guru sekolah atau guru les, apalagi jadi pembaca puisi. Saya saja tidak tahu bagaimana cara membaca puisi yang baik dan benar, hehe.

Banyak sekali prospek karir yang bisa diraih oleh lulusan jurusan ini. Dari pengajar Bahasa Inggris, editor, jurnalis, penulis, copywriter, public relation, bekerja di kedutaan besar, translator, interpreter, lembaga budaya dan masih banyak pekerjaan lain yang membutuhkan lulusan Sastra Inggris. Kenapa? Karena hampir semua pekerjaan pada masa ini membutuhkan karyawan dengan kemampuan Bahasa Inggris yang mumpuni. Terlebih jika kamu ingin bekerja di perusahaan multinational dan bekerja di luar negeri, tentu Bahasa Inggrismu harus di atas rata-rata.

4. Pasti kuliah ambil Sastra karena menghindari angka dan biar lulus cepat

Untuk sebagian orang memang betul, tetapi untuk sebagian orang, memang memiliki passion di bidang bahasa. Untuk saya sendiri, ternyata saya sudah memiliki passion di bahasa asing sejak sebelum saya masuk TK. Itupun orang tua saya yang cerita, hehe. Sampai di SMK pun, saya memilih masuk ke SMK Pariwisata karena pada zamannya saya lulus SMP, jurusan bahasa belum menjamur seperti sekarang ini.

Saya memilih jurusan Usaha Jasa Perjalanan Wisata karena selain saya bisa sering jalan-jalan, saya juga dapat melatih kemampuan Bahasa Inggris saya dan juga belajar beberapa bahasa asing lainnya seperti Jepang dan Perancis. Untuk kelulusan yang lebih cepat, jurusan sastra sama saja dengan jurusan yang lain. Semua tergantung dari individu masing-masing. Jika memang serius dan fokus, ya tentu saja akan lulus dengan lebih cepat dan mudah.

5. Anak Sastra, ya? Buku bacaannya pasti berat-berat

Ini juga pendapat yang salah besar! Menjadi mahasiswa Sastra, tidak melulu harus membaca buku yang berat. Membaca novel atau karangan klasik itu sama saja. Kami dilatih untuk membuat rangkuman dan melakukan analisis dari setiap buku yang kami baca. Tapi tidak selalu harus buku yang tebal dan berat untuk dimengerti.

Nah, banyak sekali kan pendapat yang salah dimengerti tentang kami sebagai mahasiswa dan lulusan Sastra Inggris?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Anak rantau yang doyan makan dan hobi tidur di negara orang