Mencari Keistimewaan Lain Yogyakarta

(D.I.Y) Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebenarnya apa sih yang istimewa dari kota ini? Mungkin banyak orang sering menyebut kota ini sebagai kota pelajar, atau juga terkenal sebagai kota gudeg. Tapi kenapa kota ini disebut sebagai kota pelajar? toh dikota lain juga banyak berdiri sekolahan, kampus, dengan sarana pendidikan yang lengkap? Lalu apa karna gudeg? Kalau pun karna gudeg, tapi kenapa banyak orang yang mengatakan selalu rindu dengan kota ini? Apa semua orang rindu dengan gudeg? Kan ga semua orang juga suka makan gudeg.. Ohh yaa.. Atau mungkin karna mereka mempunyai seseorang yang istimewa di kota ini? Maka-nya mereka menyebut kota Jogja ini istimewa. Tapi kalau pun iya, kenapa gue ga pernah ngedenger (D.I.B) Daerah Istimewa Bekasi (misalkan) yaa karna ada seseorang yang istimewa di daerah Bekasi hehehe.

Tapi karna gue seorang Backpacker, jadi gue pun mengajak adik gue (Surya) untuk melihat sisi lain sekaligus mencari tau ke istimewaan dari kota ini dengan memesan langsung tiket KA Progo.

 

Tips Absurd 1 : “Untuk kalian yang ingin backpakeran sendrian, pastikan kalian sudah memesan tiket dari jauh-jauh hari minimal H-90 dan kalian sudah harus mengetahui dimana kalian akan menginap atau setidaknya memiliki seseorang/kenalan yang bisa dipercaya untuk menginap selama kalian berada ditempat yang dituju”.

 

Tips Absurd 2 : “Pilihlah kendaraan yang berangkat dimalam hari, karna itu bisa mempersingkat/memaksimalkan waktu liburan lo, menghemat biaya penginapan sehingga bisa mencari penginapan disiang harinya.

 <>1. Hari Pertama (Dari panasnya Candi Borobudur hingga hangatnya kopi Joss menciptakan kejaiban di Alun-alun Kidul)
Foto Pribadi (Candi Borobudur)

Foto Pribadi (Candi Borobudur) via http://letsvakansi.blogspot.co.id

Hari pertama kami berada dikota ini, kami langsung dijemput oleh seorang mas-mas yang baru gue kenal dari teman kampus bernama Angga. Jadi sebenarnya dari mas Angga ini kami meminjam motor selama kami berada disana, dan kenapa naik motor? Karna selain lebih efesien, gue rasa dengan motor juga udah cukup ko’ untuk menelusuri jalan dikota Jogja ini.

Tetapi yang awalnya hanya ingin menyewa motor pada mas-Nya,  ternyata dia juga menawarkan penginapan kepada kami secara gratissss *rejekianaksoleh* hehehe :’3 (padahal, kami baru saja kenal lohh)

Setelah sampai di penginapan dan sarapan diwarung burjo (Bubur kacang ijo) yaa walaupun sebenarnya makan-Nya ga bubur kacang ijo sih, pertualangan kami pun dimulai dengan pergi ke tujuan pertama yaitu Candi Borobudur. Dengan bermodalkan sepeda motor , GPS di HP serta nekat, perjalanan kami mulai dari pusat kota Jogja - Borobudur mengikuti arahan dari GPS dan membutuhkan waktu sekitar 1,5-2 jam. Setelah tiba di Borobudur, kesan pertama yang gue dapet adalah hawa-Nya panasssss banget mennn.. tapi ga usah khawatir, disana juga ada ko’ ibu-ibu yang menyewakan payung agar lo gak menghitam. Dan kesan kedua yang gue rasa saat melihat Borobudur adalah *bengong!* ternyata Borobudur itu besar banget yah hehehe..

 

Info : Candi Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga, salah satu raja kerajaan Mataram Kuno. Candi ini memiliki 1460 relief dan 504 stupa dengan bentuk bangunan punden berundak-undak yang terdiri dari 10 tingkat.

 

Dan sebenarnnya ga banyak sih yang bisa kami lakukan disana, selain berfoto-foto ria atau sekedar ngobrol dan berkenalan dengan bule, yaa sampai akhirnya kami merasa bosan dan kepanasan sehingga kami pun melanjutkan perjalanan untuk mengejar sunset dicandi ratu boko.

Setengah perjalanan berlalu, tapi apalah daya kondisi badan masih belum fit setelah perjalanan dikereta semalaman. Dengan begitu kami pun memutuskan untuk membatalkan kunjungan ke Candi Ratu Boko dan berhenti sejenak disebuah masjid.

Saat beristirahat, gue pun merenung dan mulai bertanya pada diri sendiri “seperti ini kah perasaan orang perantauan yang hidup dikota orang lain, jauh dari rumah dan keluarga, sunyi dan sepi, merasa asing ditempat asing. Salut untuk mereka (mayoritas pelajar) yang mampu berjuang dikota ini  demi meraih cita-citanya”.

Setelah cukup beristirahat, kami pun kembali ke homestay dan prepare wisata malam di Jogja.

Dannnn.. Malamnyaaaaa.. 

Gue meminta mas Angga untuk menemani kami keliling kota Jogja, yang dimulai dengan mencicipi minuman sekitar stasiun Tugu yang bernama kopi areng atau biasa disebut dengan sebutan “Kopi Joss”. Sebenarnya gue sudah cukup tau dengan keberadaan kopi ini, tapi untuk mencobanya? Ini pertama kalinya.

Dan.. waww.. Rasanya Joss banget men.. Panasssnya itu lohh ga hilang-hilang -__-“ 

Tapi untung saja ada musisi jalanan (pengamen) yang menghibur kami, sehingga ga terasa malam semakin larut dan kami harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan-jalan melewati Patung Tugu, menelusuri Jl.Malioboro, titik 0 (Nol) derajat memasuki jalan yang sepi dan gelap sampai diujung jalan gue melihat cahaya lampu warna-warni dan ternyata ituuu.. Sejenis kereta odong-odong (atau apalah itu namanya) yang dihiasi dengan lampu warna-warni men. Dan itu tandanya kami sudah sampai di Alun-alun Kidul Jogja.

Mau ngapain gue kesini? Naik odong-odong? Yaa ngga lah.. ga menantang banget bagi gue yang pemberani ini hahahaha xD (lagian gue juga udah sering ko’ naik kereta odong-odong di Jakarta).

Jadi, disana kami mencoba peruntungan dengan melewati 2 pohon beringin dimalam hari yang gelap dan dengan mata tertutup. Kemudian kami pun mencoba yang diawali dengan berputar ditempat sebanyak 3x kemudian jalan kedepan tapi ga usah khawatir nabrak, walaupun tempat ini ramai, orang-orang disana ga akan marah ko’ kalau disuruh minggir ketika kita sedang jalan dengan mata tertutup ^^

Dan setelah kesekian kali-Nya gue mencoba melewati pohon kembar itu, akhirnya gue berhasil hahaha.. perasaannya yaa pecah banget lahh pokoknya hahaa (Dan lo tau apa yang terjadi dengan impian gue? Beberapa bulan kemudian gue berhasil mewujudkan impian gue men! Untuk pergi ke Gn.Bromo)

Pas setelah gue berhasil melewati pohon itu, Surya pun langsung berhasil juga melewatinya. Tetapiiiii.. saat dia sudah berada diantara dua pohon itu, tiba-tiba dia malah berbelok arah dan menabrak pohonnya hahaha..

<>2. Hari Kedua (Lohh.. Bapak tour guide ini kok mirip sama pak Presiden yahh?)
Foto Pribadi (Goa Pindul)

Foto Pribadi (Goa Pindul) via http://letsvakansi.blogspot.co.id

Ke Esokan Hari nya..

Dan lagi, warung burjo pun masih menjadi tempat makan termurah bagi kami untuk sarapan, yahh kami disini memang bukan untuk berwisata kuliner, jadi kami pun harus makan sekadarnya saja (hiks hiks.. sabar yah dekk)

 

Tips Absurd 3 : "Untuk menghemat pengeluaran dan keamanan domestik selama perjalanan jauh, cobalah untuk membeli air mineral di warteg. Seperti halnya gue yang bermodal botol kosong dan membeli air mineral 1500ml di burjo dengan harga Rp.1000"

 

Setelah semua perlengkapan kami rasa sudah siap, serta perut dan tenaga kembali terisi, kami berdua pun melanjutkan perjalanan dengan masih bermodal sepeda motor, GPS di HP dan nekat menuju arah timur kota Jogja. 

Dalam perjalanan adik gue bertanya “a’ memangnya kita mau kemana lagi?” | dengan gaya sok bijak gue menjawab “udah ikutin aja, pokoknya kita harus mencari tau ke istimewaan di Jogja” ”Iya, tapi kemana? | “Goa Pindul”

Yaaa.. sebenarnya gue udah punya kenalan dari internet di Goa Pindul ini yang bernama Mas Aan, tetapi saat dipertengahan jalan Yogyakarta - Wonosari memasuki wilayah Gunung Kidul tiba-tiba sinyal di HP gue menghilang. BBM mas Aan pending! Gue ga tau mau ke arah mana selain mengikuti jalan sesuai arahan GPS di HP. 

Sampai kami berhenti dipinggiran jalan yang bertuliskan “Pusat Reservasi Goa Pindul”, Dari kejauhan kami melihat seseorang yang tiba-tiba memanggil kami, yaa sebenarnya kami merasa takut, kami sudah berusaha untuk pergi

tapi adik gue menahan dan berkata “a’ ntar dulu, itu dipanggil!”

dengan wajah ramah Mas-nya itu bertanya “Mau kemana mas? Ke Goa Pindul yah? Ayo biar saya antar” | dengan rasa was-was gue menjawab “Ah gak usah mas, terimakasih. Saya sudah ada kenalan  yang mau mengantar kami ko’ “udah gpp mas, biar saya antar saja. Saya pegawai resmi Goa Pindul qo’. Ini buktinya (mengeluarkan brosur resmi) Ayo biar saya antar gratis ko’ gak dipintain biaya mas pungkasnya dengan nada meyakinkan.

“memangnya mas sudah janjian dengan teman mas Nya dimana? Biar saya antar sekalian saja biar cepat” lanjutnya. Melihat HP masih belum ada sinyal dan BBM masih pending, gue pun meng’iya kan tawaran dari nya. “yaudah mas,langsung ke Goa Pindul saja ga usah nunggu teman saya,  tapi jalannya pelan-pelan saja yah mas” “oh iya baik mas”

30-45 menit lebih perjalanan sudah kami mengikuti orang itu, melewati jalan pegunungan yang berlika-liku naik-turun serta dimanjakan dengan pemandangan yang luar biasa indahnya membuat kami tak sadar kalau kami sudah sampai.

Sesampainya disana (reservasi/pemesanan tiket), kami pun beristirahat sejenak dan dimanjakan dengan pelayanan yang sederhana dengan disediakannya teh manis anget hehee.. lumayan bikin seger badan setelah itu kami pun disuruh memilih paket wisata yang disediakan disana yaitu: Goa Baru, Goa Pindul, Rivel Tubing Oyo, Goa Sriti dan Goa Glatik.

Dengan biaya Rp.40.000/org utk satu paket, kami pun memutuskan untuk memilih 2 paket yang cukup menjadi Idola para pengunjung *katanya* yaitu Goa Pindul dan River Tubing Oyo.

Setelah itu, kami ganti pakaian dan ternyata kami ga sendirian men hehehe.. senangnya hati gue yang ternyata kami bekelompok (bertemu) dengan sepasang kekasih yang ternyata berasal dari Bekasi :D

Dan yang lebih gokilnya lagi sang tour guide kamiyang bernama Pak Yanto ini mirip banget dengan Bapak Jokowi lohh hahahaa :D

Kami pun berangkat menggunakan mobil terbuka menuju Goa Pindul (5-10menit), setibanya kami di Goa Pindul, pak Yanto pun mulai beraksi dengan menerangkan tentang Goa ini.

Pak Yanto : “yaa Goa Pindul ini dulunya adalah... tempat betapanya raja... Kedalaman di dalam Goa ini sekitar... dan batu disini disebut dengan batu stalaktit dan yang ini disebut dengan batu stalakmit.. dan bla bla bla...”

Jadi, di Goa Pindul ini berisi sungai yang arusnya tenang atau bahkan ga berarus sehingga kami pun hanya bisa duduk manis disebuah ban besar (Cave Tubing) yang akan membuat kami mengapung menyusuri perut goa sehingga kami sangat menikmati banget! karna ini keren banget men.. didalam goa ini sangat gelap! Banyak kalelawar sampai bertemu dengan biasan cahaya matahari dari atas goa seperti cahaya dari surga gitu deh pokoknya hehee.. dan itu sekaligus menunjukkan bahwa ujung Goa sudah mulai dekat. kurang lebih 45 menit kami berada di Goa Pindul dan harus melanjutkan  perjalanan, yaitu Tubing di Sungai Oyo.

Dan di sungai ini lah keberanian kami benar-benar diuji! Karna hal yang terkenal dari sungai ini adalah dengan melakukan lompatan atau terjun dari tebing ke dalam sungai Oyo dengan ketinggian kurang lebih 12 Meter men..!!

Untuk permulaan gue memaksa adik gue Surya untuk mencoba melompat dari tebing yang cukup tinggi, mungkin sekitar 5-8 meter sedangkan gue mencoba untuk merekam momen tersebut dengan HP yang gue bawa dengan lapisan kantong kresek transparant. Dan... saat dia sudah diujung tebing, ehh dia malah balik lagi untuk turun hahahaa... “Tinggi banget a!” “ahh dasar cemen lo Sur!” Gue mencoba untuk meledeknya Coba aja kalau emang a’a berani sana!” 

Gue pun mencoba untuk melompat dari tebing dan saat diujung ternyata memang lumayan serem men hehee.. yaa sebenarnya ini pertama kalinya bagi gue melompat ke sungai dari tebing, tapi demi sebuah pengalaman baru dan merangsang adik gue untuk berani mencoba juga, gue pun melompat dan jeburrrr..!! Dann.. ternyata ini ga se’seram yang gue pikirkan, malahan bikin ketagihan hehehe.. Melihat gue yang udah berhasil melompat, Surya pun akhirnya mencoba untuk melompat dan yapp!! Berhasil! Hahaha..

Setelah mencoba melompat dari tebing yang pertama, pak Yanto pun menantang gue untuk melompat dari tebing yang ga jauh dari tebing yang pertama tetapi memiliki ketinggian yang jauh lebih tinggi, kurang lebih mencapai 12 meter men!

Yaa awalnya gue cuma mau tau seberapa tinggi tebing ini dengan mengikuti teman seperjalanan gue yang berasal dari Bekasi itu untuk naik ketebing ke dua ini. Dan lo tau apa? Dia lompat men!! Gila!! Ternyata ini tinggi banget, gue pengen balik turun lagi tapi ga bisa karna jalannya cukup licin. Jadi yaa mau ga mau gue harus terjun dehh.. -_-

Surya, Pak Yanto, dan teman gue dari Bekasi mencoba menyemangati gue dari bawah sana, sedangkan gue? Yaa Cuma bisa berdoa dan sedikit senam untuk menghilangkan rasa takut hehee.. 5-8 menit sudah gue berada di atas dan mereka masih setia menunggu gue untuk melompat hehee.. dan akhirnya gue lompat!! Sumpah gue seneng banget karna bisa mengalahkan rasa takut, yaa walaupun sebenarnya rada terpaksa juga sih hehee :D

 

Tips Absurd 4 : "Tips melompat ke Sungai: 1. Amati  cara orang lain (sebelum kamu) melompat 2. Berdoa 3.Olahraga ditempat 4.Berhitung sampai3 5.Lompat pada hitungan ke2 6. Tarik nafas  7.Tangan terkelungkup/memeluk kebadan sendiri 8.Kaki lurus 9.Lemaskan kaki ketika jatuh dan 10. Bersyukurlah ketika sadar kalau kamu masih hidup"

 

Kemudian perjalanan menyusuri sungai Oyo pun kami lanjutkan dengan sedikit perbincangan tentang khayalan “Ahh puas Nya! Senang banget bisa kesini, menyegarkan pikiran dari penatnya pekerjaan di Jakarta, Kalau saja di Jakarta ada tempat wisata seperti ini hehehe”

Setelah perjalanan di Sungai Oyo yang berdurasi kurang lebih 2 Jam ini berakhir, sehingga membuat perut kami cukup kelaparan *bangettt* , kami pun memutuskan untuk mencari tempat makan bersama-sama. Yaa begini lah, sebisa mungkin cobalah untuk berinteraksi atau bahkan sekedar bertukar informasi dan pengalaman dengan sesama traveller lainnya.

Seperti hal-Nya gue yang sebenarnya baru tau kalau sepasang kekasih ini berasal dari Bekasi yang sengaja berliburan ke Jogja dengan menggunakan mobil pribadi, dan mereka yang kaget terheran-heran begitu tau kami ini kakak beradik yang tumben akur backpacker’an ber dua saja menggunakan kereta ekonomi, motor sewa’an, uang se’adanya dan nekat.

Setelah itu, kami pun berpisah.. mereka kembali ke Jogja sedangkan kami melanjutkan perjalanan dengan tujuan mengejar sunset di puncak Gn.Api Purba.

<>3. "Koe neng kene, trus neng kono kene neng kene neng kono" Waduhh..!! Gue lagi dimana ini !?
Foto Pribadi (Gn. Api Purba)

Foto Pribadi (Gn. Api Purba) via http://letsvakansi.blogspot.co.id

Perjalanan ke Gn.Api Purba kali ini sedikit lebih sulit dari perjalanan ke tempat-tempat sebelumnya. Karna gue sama sekali ga tau ke arah mana sebab lokasinya yang ga terdeteksi di GPS. Sampai-sampai yang bikin gue lebih herannya lagi, saat gue mencoba untuk bertanya ke salah satu warga disana.

“Permisi pak, numpang tanya, kalau mau ke Gn.Api Purba itu lewat mana yah?” | “Apa?? Gn.Api Purba itu tempat apa yah? dimana yah? Saya baru denger” Jawabnya. Dalam hati gue bertanya heran (“ko orang yang asli sini malah ngga tau yah? Jadi bingung sendiri”) -_- “Di Desa Nglanggeran pak” Jawab gue memperjelas. Tapi dia malah jawab “wah saya ga tau mas”

Kami pun melanjutkan perjalanan sampai akhirnya gue mencoba untuk bertanya ke salah satu petugas/karyawan SPBU sampai kami mendapatkan patokan-patokan arahnya.. Tapi setelah beberapa patokan kami telusuri, gue pun lupa ke arah mana lagi yang harus gue ambil.

Dipertengahan jalan gue pun memutuskan untuk bertanya lagi ke salah satu warga disana dengan pertanyaan yang sama. "Permisi pak, numpang tanya, kalau mau ke Gn.Api Purba itu lewat mana yah?" dengan lantang dia pun menjawab "Koe neng kene, trus neng kono kene neng kene neng kono" hadehhh.. mampus deh gue! (Gue udah dimana ini yah? sampai-sampai gue nanya aja dijawabnya pake bahasa begini -_-) sumpah gue bengong dan pusing "Haa? Oh iya mas, terimakasih yah" kaya gue dengan niat mengakhiri perbincangan yang ga jelas ini.

Setelah beberapa kali kami bertanya akhirnya kami pun sampai juga di Gn.Api Purba. Dengan tiket masuk Rp.7000/org kami pun sudah bisa naik dan ternyata ga anak muda aja loh yang naik ke sini, ntah waktu itu mungkin karna bertepatan dengan acara adat yang gue lupa dalam rangka apa perayaannya itu jadi ada sekelompok ibu-ibu yang juga ikut naik hehee.. yaa walau saat dipertengahan jalan mereka turun lagi hehee

 

Info : Gn. ApiPurba terletak di desa Nglanggeran, Kabupaten Gunung Kidul. Gunung ini memiliki ketinggian 700 mdpl (satu jam perjalanan) jalurnya pun sangat mudah didaki jadi sangat cocok buat pendaki pemula.

 

Setengah perjalanan sudah kami naik, Surya sudah mulai kehausan dan gue pun memberikan air minum. Saat Surya selesai minum dan gue bermaksud untuk memasukkan botol ke dalam tas, gak sengaja gue menaruh HP gue di pinggiran jalan, sampai kami sudah tiba diatas barulah gue sadar kalau HP gue gak ada, dan mulai kepikiran kalau HP gue ketinggalan di bawah!!

Gue pun bergegas kembali kebawah mencari HP, tetapi setelah beberapa meter gue melangkahkan kaki untuk turun, tiba-tiba ada dua orang mas-mas yang teriak memanggil “Mas!! Mas!! Ini HP Nya yah? Tadi saya temuin dibawah ketinggalan yah?” sambil menunjukkan HP gue. Dengan rasa brsyukur dan sedikit lemes gue jawab “oh iya bener mas, Alhamdulillah, ketemu dimana mas? Aduh, Terimakasih banyak yah mas” | “iya sama-sama mas, untung aja saya yang temuin, lumayan itu mas kalau hilang mah”.

Yaa dengan ditemukannya HP ke tangan gue kembali, kami pun bisa mengabadikan sedikit momen saat menikmati sunset di atas Gn.Api Purba.

Setelah matahari perlahan turun dan langit sudah mulai gelap, kami pun segera kembali turun tapi kali ini kami turun dengan beberapa teman (rombongan) mahasiswa dari salah satu universitas di Jogja.

Sesampainya dibawah gue pun menanyakan suatu tempat yang bakalan gue kunjungi selanjutnya “mas, saya mau ke Bukit Bintang kalau dari sini kearah mana yah?” “mas ke arah jalan yang mas lewatin kearah sini aja, tadi memangnya mas kesini lewat mana?” | “eumm ga tau deh mas, soalnya saya dari Jakarta tadi abis main ke Goa Pindul dan lupa lewat mana” “yaa sebenarnya gampang sih mas, pokoknya tempatnya itu dekat dengan jalan yang rada tanjakan berbelok-belok gitu” “oh gtu yah mas, yaudah deh nanti saya tanya orang dijalan saja”.

Kemudian, Setelah kami selesai sholat magrib mereka pun menawarkan untuk mengantarkan kami ke Bukit Bintang “Ayo mas jadi ke Bukit bintang ga? Biar sekalian kami antar aja, nanti kami juga ngelawatin Bukit Bintang ko’ | dengan senang gue menjawab “oh iya tunggu sebentar mas, saya ambil motor dulu yah”. Kami pun berangkat bersama-sama melewati jalan yang berlik-liku, dengan udara malam gunung kidul yang dingin dan gelap dengan pemandangan lampu kerlap-kerlip dari kejauhan rumah penduduk pun terlihat seperti gugusan bintang dilangit.

Ntah berapa lama kami berjalan, dan setibanya di Bukit Bintang “mas kita sudah sampai, ini dia Bukit Bintang nya. Nanti tingggal pilih saja tempat yang mas suka” “oh disini ya mas. Iyaa terimakasih banyak yahh mas” | “iya sama-sama. Saya permisi dulu ya mas” | “ya hati-hati mas”.

<>4. Nyasar lagi..!??
Salah satu artikel Hipwee

Salah satu artikel Hipwee via https://www.hipwee.com

Terletak di jalan Yogyakarta - Wonosari, tepatnya di bukit Pathuk, Gunung Kidul. Di Bukit Bintang ini, cukup banyak berjajar sejumlah rumah makan di tepi jurang yang menawarkan aneka makanan dengan harga ringan.

Ternyata benar saja firasat ingin main ke tempat ini gak ada sedikit pun penyesalan. Makanan dan minuman penghangat tubuh ditambah dengan keindahan lampu kerlap-kerlip dari kejauhan kota dan kendaraan pun sudah cukup bagi kami untuk menikmati malam di gunung kidul ini. Indahnya.. 

Setelah kami rasa cukup untuk beristirahat, pukul 19:30 kami bergegas kembali ke (Homestay) Jogja. Namun ada kejadian yang cukup menyebalkan ketika kami dalam perjalanan kembali ke penginapan, kami nyasar!! Iyaa.. ntah kami dibuat nyasar atau memang terbawa suasana malam Jogja membuat kami cukup kelimpungan mencari jalan pulang. Padahal kami sudah berada di kota Jogja. Melewati yang biasa kami lewati ketika pagi hari, tapi kali itu ntah kenapa terasa berbeda. Gue pusing!! Muter-muter aja ntah kemana hahaha.. sampai akhirnya sekitar jam 22:00 malam lewat baru deh ketemu jalan yang kami maksud untuk kembali ke penginapan dan istirahat.. Alhamdulillah.

<>5. Terimakasih untuk pelajarannya, Kota Pelajar.
Foto Pribadi (Tugu Jogja)

Foto Pribadi (Tugu Jogja) via http://letsvakansi.blogspot.co.id

Hari ini adalah hari terakhir kami berada di Jogja tapi seperti hari-hari sebelumnya, kami ga sedikit pun menyia-nyia kan waktu. Dengan bangun di pagi-pagi hari kami langsung bergegas mencari sarapan. Yaa setidaknya kami sudah berusaha untuk mencari makanan yang lebih asik dari sebelumnya, tapi apalah daya gue memang ga berbakat kalau dalam urusan berwisata kuliner jd yaa untuk ke 3 harinya kami makan di warung Burjo dengan menu yang sama pula (nasi telor) -_- sabar yah Surya, maafkanlah kakak mu ini

Kereta kami (KA.Gaya Baru Malam) berangkat dari St.Lempuyangan - St.Senen pukul 15:56 WIB. Jadi kami hanya memiliki beberapa jam lagi saja disana.

Setelah selesai sarapan, gue pun memutuskan untuk pergi ke Jl.Malioboro. Dengan motor diparkir disekitaran Jl.Malioboro kami memutuskan untuk naik becak keliling kota untuk mencari oleh-oleh. Yaa kalau ga salah cukup dengan Rp.5000 saja kita sudah bisa menikmati masa tempo dulu, menaiki becak keliling kota dengan sii bapak tua dan bisa di antar ke tempat oleh-oleh yang dimulai dari baju batik, baju kreatif jogja (Dagadu) sampai Bakpia.

Beberapa jam sudah kami keliling seputaran Malioboro, pun dengan oleh-oleh yang kami cari sudah semua didapatkan. Dengan begitu berarti uang kami hanya tinggal beberapa rupiah saja hehee.. sedangkan jam keberangkatan kereta masih cukup lama.

Kemudian gue pun berfikir “Jogja ini kan kota pelajar,jadi kemana gue harus pergi untuk menambah kepintaran gue yah?” sampai kami menemukan suatu tempat yang cukup menarik yang membuat kami penasaran, tempat itu bernama “Taman Pintar” hehee..

Kami pun memutuskan untuk masuk ke Taman Pintar dan ternyataaaa.. disana pengunjungnya kebanyakan anak-anak kecil men -_-“ ampun deh! Tapi setelah memasuki gedungnya ternyata cukup banyak pengetahuan yang didapat dan kreatif-kreatif ko’ peralatan disana. Setelah puas mencari ilmu yang dalam seketika membuat kepintaran kami bertambah selama di Taman Pintar, kami pun memutuskan kembali ke homestaypenginapan untuk beristirahat sejenak dan meminta mas Angga mengantarkan kami ke Stasiun.

“Terimakasih banyak yah mas, sudah mau mengijinkan kami tinggal ditempat mas Angga, lain kali kalau main ke Jakarta kabarin ke saya aja. Barangkali saya bisa bantu” “Iya mas sama-sama, nanti kalau saya kesana saya kabarin mas Indra” katanya yang kemudian menurunkan kami di Stasiun Lempuyangan.

 

Tips ke 5 : “Beli lah tiket pulang bersamaan saat kalian membeli tiket keberangkatan”

 

Kereta kami pun berangkat Pkl 15:56 WIB dan di dalam perjalanan gue berikir dan memutuskan untuk menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi. Lebih menghargai dan menghormati antar sesama. Jogja juga mengajarkan banyak hal kepada gue, mulai dari hal yang sepele tentang bagaimana kita harus lebih bisa sabar dalam hal berkendara, menunggu lampu merah berganti menjadi lampu hijau di Jakarta itu seperti menunggu harga BBM turun lagi men, lama! Tapi di sana, walaupun sama lamanya tapi malu rasanya jika menerobos lampu merah, yaa karna masyarakat disana pun pada taat lalu lintas, kemudian Jogja juga mengajarkan gue untuk menjadi orang yang lebih mudah bergaul, berani untuk mengalahkan rasa takut, menghargai waktu, menyegerakan tindakan setelah direncanakan, percaya untuk mewujudkan mimpi, menjadi orang yang lebih sabar ketika dihadapkan pada masalah, bahkan merasakan sulitnya menjadi orang perantauan. Dan jauh dari semua itu, hal yang terpenting adalah bagaimana gue bisa mengetahui sejauh apa gue bisa mengenal diri gue sendiri.

Karena perjalanan sesungguhnya itu bukan dari seberapa banyak tempat yang sudah kalian jumpai, bukan juga dari seberapa jauh/lama perjalanan yang sudah kalian lakukan tetapi seberapa banyak ilmu yang kalian dapat dari setiap perjalanan hingga ketika kita kembali ke kota asal, kita menjadi seseorang yang berbeda, menjadi masusia yang lebih baik lagi.

Pantas saja banyak orang yang mengatakan “Rindu pada Jogja”, sekarang gue pun mengerti itu semua karna gue rasa kota Jogja ini adalah surganya para Traveller. Dimulai dari warganya yang ramah, segala kebutuhannya yang terjangkau di kalangan mahasiswa, serta masih banyak tempat indah lainnya yang belum sempat gue jumpai, terimakasih kota pelajar untuk pelajarannya, Jogja memang memiliki keistimewaan tersendiri,  yang membuat gue pun selalu merasa ingin kembali kesana, Yogyakarta.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat Ketoprak Disaat Hujan

6 Comments

  1. Pengennya bisa backpacker an ke jogjah �

    Ga nulis cerita ngegunung atau backpackeran lainnya lagi bang?

  2. Nurul Kuntarti berkata:

    keren mas tulisannya…gini ya rasanya ngarungin jogja kalo beneran asli gak tau jogja…hehehe…