Mengapa Hutan Indonesia Terus Berkurang?

Halo sahabat, sudah tahu jawaban dari pertanyaan “mengapa hutan Indonesia terus berkurang?”

Mari kita ungkap bersama alasan-alasan mengapa hal tersebut terjadi.

Hutan Indonesia yang terus bekurang bahkan lebih dari 50% semenjak pengelolaan hutan diberikan kepada para pengusaha dengan izinnya yang disebut IUPHHK-HA (Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam) dan IUPHHK HT (Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman) yang menyebabkan deforestasi dan degradasi hutan yang luar biasa.

Penurunan keberagaman jenis flora dan fauna di hutan alam terus terjadi akibat kepunahan masal spesies-spesies tertentu yang diketahui. Belum lagi spesies makhluk hidup yang sudah punah sebelum teridentifikasi (diketahui). Bahkan di kawasan taman nasional saja banyak terjadi deforestasi dan pemburuan satwa liar.

Julukan megabiodiversity bagi Indonesia pun sekarang mulai dipertanyakan karena penurunan populasi mahkluk hidup yang sangat drastis.

Semua permasalahan mengenai keanekaragaman hayati ini disebabkan oleh satu hal, yaitu hutan Indonesia yang semakin berkurang.

Sahabat harus tahu bahwa sebagian besar habitat (tempat hidup) flora dan fauna Indonesia berada di dalam hutan. Jadi, apabila hutan sebagai rumah bagi flora dan fauna rusak, maka sudah tentu flora dan fauna untuk punah sangat mungkin terjadi. Lantas apa yang menyebabkan hutan Indonesia terus mengalami kerusakan?

Berikut berbagai hal yang menjadi alasan utama kerusakan hutan di Indonesia.

1. Tidak tercapainya pengelolaan hutan secara lestari

Pengelolaan hutan saat ini dikelola oleh beberapa sub sektor kehutanan, seperti Balai Taman Nasional, Perhutani, BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam), Perusahaan Swasta, dan Perusahaan Negara.

Kesalahan pengelolaan oleh para pemegang kepentingan dapat menyebabkan ketidaklestarian hutan secara ekosistem.

Sebagai contoh, perusahaan swasta pemegang izin IUPHHK-HA ataupun IUPHHK-HT saat ini hanya mementingkan aspek kelestarian produksi, artinya yang dipentingkan adalah bagaimana kayu tetap ada di dalam hutan untuk diproduksi dengan kurang memerhatikan makhluk hidup yang lain.

Perhutani dan Inhutani saja yang berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam pengelolaan hutan masih sering mengedepankan Kelestarian Produksi daripada Kelesterian Ekosistem, tentu saja hutan Indonesia semakin rusak.

2. Pengawasan kementerian kehutanan yang minim

Halmahera Raya

Halmahera Raya via http://halmaheraraya.info

Untuk menjamin kelestarian hutan secara ekosistem dan produksi, Kementerian Kehutanan yang sekarang menjadi Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup membentuk lembaga pengawasan yang disebut Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang terdapat di setiap kabupaten di Indonesia.

KPH ini sendiri bertugas untuk memantau pengelolaan hutan yang dilakukan oleh para pemegang kepentingan yang sebelumnya disebutkan.

Lagi-lagi pembentukan KPH ini tidak terlalu berjalan secara efisien dan cenderung dianggap pemborosan oleh berbagai pihak, terutama oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berkegiatan di sektor kehutanan.

Anggaran tahunan yang dapat mencapai miliaran rupiah di satu KPH pun kadangkala lenyap digunakan untuk program yang asal ada program.

3. Invasi sektor pertanian

Kabar News

Kabar News via http://kabar.news

Berbicara sektor kehutanan dengan sektor lain merupakan perbincangan yang sengit di tatar kementerian.

Sahabat harus tahu bahwa status kepemilikan lahan di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu lahan hak milik (yang biasa digunakan untuk membangun rumah dan lain-lain) serta lahan negara. Nah, lahan negara ini paling banyak dikuasai oleh sektor kehutanan. Bahkan lebih dari setengah daratan Indonesia adalah kawasan hutan.

Hal tersebutlah yang menjadikan banyak sektor non kehutanan ingin menguasai kawasan hutan. Termasuk sektor pertanian. Sektor pertanian saat ini membutuhkan banyak lahan untuk memproduksi bahan pangan, terutama kelapa sawit.

Kelapa Sawit saat ini menjadi primadona dalam hal komoditi ekspor, mengapa tidak. Devisa terbesar negara Indonesia non migas paling besar saja berasal dari kelapa sawit. Hal ini juga yang menjadikan banyak petani sekitar kawasan hutan banyak yang merambah lahan hutan untuk ditanami sawit.

4. Kebakaran hutan

Kebakaran hutan saat ini menjadi momok yang cukup menakutkan bagi sektor kehutanan dan negara Indonesia. Kebakaran hutan yang terjadi tahun 2015 saja menyebabkan cekcok antar negara tetangga yang cukup menyusahkan.

Kebakaran hutan ini menjadi salah satu penyumbang agen deforestasi yang sangat besar. Biasanya kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia ini disebabkan oleh pembakaran lahan atau hutan secara sengaja oleh masyarakat untuk kepentingan tertentu, terutama untuk membuka lahan.

5. Invasi sektor pertambangan

Dalam kawasan hutan terutama kawasan hutan di pulau Kalimantan banyak dimanfaatkan pula oleh sektor pertambangan batubara.

Perusahaan tambang dalam memanfaatkan hasil tambang yang berada di kawasan hutan, biasanya menggunakan izin pinjam pakai kawasan hutan. Namun sayangnya ketika selesai waktu pemakaiannya, kawasan hutan yang telah menjadi areal tambang tidak bisa ditanami vegetasi kembali, kecuali dengan teknik silvikultur yang sangat tinggi dengan biaya yang sangat mahal.

6. Teknisi kehutanan di Indonesia tidak bekerja di sektor kehutanan

Inilah hal yang terjadi dewasa ini, para lulusan S1 ataupun D3 kehutanan saat ini banyak yang bekerja di luar sektor kehutanan. Akibatnya, yang bertanggung jawab dalam pengelolaan hutan banyak orang-orang dari luar kehutanan sehingga pengelolaan hutan seringkali tidak lestari secara ekosistem dan menyebabkan kerusakan hutan.

Nah sahabat Hutanesian, itulah berbagai hal yang menjadikan hutan Indonesia terus berkurang. Kamu tertarik untuk membenahi hutan Indonesia?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini