Menikah Itu Bukan Perlombaan, Ini Tentang Hati

Beberapa minggu ini, masyarakat bahkan generasi kita dihebohkan dengan suatu berita pernikahan. Menikah memang hal yang wajar diberitakan oleh media. Namun, berita pernikahan ini menghebohkan masyarakat dan generasi muda saat ini, pernikahan anak dari seorang ustad yang berumur tujuh belas tahun. Berita ini cukup mengejutkan dan selalu media-media menjadikan berita ini, menjadi sebuah cerita dongeng yang picisan, agar setiap orang terhibur kalau bisa mengikuti jejak anak ustad tersebut, untuk segera menikah. Banyak pro dan kontra yang terjadi sejak muncul berita tersebut, akun-akun yang  (ceritanya) religius yang ada line, instagram, facebook, path, dan sejenisnya juga mulai menceritakan keuntungan menikah di usia muda, tanpa menceritakan kerugiannya; kesusahan, jerih payah berjuang ketika belum mempunyai banyak pengalaman, mencari nafkah, dan mengatur ekonomi rumah tangga sendiri.

Kita juga menyadari, akhir dari sebuah hubungan, baik yang singkat ataupun lama adalah menikah. Setiap masyarakat pada akhirnya akan berpikir dan bertanya kepada dirinya sendiri kapan saya akan menikah? di umur berapa? siapa?  terkecuali individu yang melakukan penyimpangan seksual. Pada zaman yang sangat populer bahkan terlalu canggih ini, terlalu banyak media televisi dan media sosial seakan mengajak secara tidak langsung; kita generasi muda segera menunaikan ibadah-Nya, yakni menikah. Iya, menikah di usia muda. Mereka menggunakan dalil versi mereka sendiri yang mengatakan bahwa menikah di usia muda menenangkan hati, menenangkan jiwa, kalau mau bermesraan di depan umum, bahkan dimanapun nggak digrebek loh.

Yah, yang media katakan memang tidak salah. Menikah di usia berapapun tidak salah. Namun, menikah itu menyempurnakan Aku dan Kamu. Ketika Kamu akan menikahi Aku di usia muda, Aku ingin bahagia selamanya, bukan hanya indah sementara. Menikah itu perlu mempersiapkan mental dan menjalankan konsekuensinya apalagi menikah di usia muda.

1. Menikah di Usia Muda, Memikul Kewajiban Yang Lebih Berat Dari Sebelumnya

Adek pusing bang 🙁 via http://rocketmanajemen.com

Advertisement

Setelah berakhirnya resepsi pernikahan, Kita sudah resmi berkeluarga, dan sudah resmi menerima kewajiban yang lebih berat secara bersama-sama ya, dek.

Menikah itu sesuatu yang membahagiakan untuk sepasang insan yang telah memadu kasih dan berjuang bersama-sama. Cinta mereka telah diuji setelah sekian lama. Namun, apa yang terjadi apabila dua insan yang belum mengenal secara intim pasangannya, kemudian menikah di yang cukup muda atau sepasang kekasih yang menggebu-gebu untuk menikah di usia muda karena bujuk rayu kenikmatan dunia.

Menikah bukan hanya mendapatkan hak atas semua hal yang ada dipasangan kalian, tetapi juga harus memikul tanggung jawab serta kewajiban yang harus kalian perankan. Seorang suami harus bekerja untuk istri, menjadi seorang imam, dan apabila sudah menjadi ayah harus bekerja tiga bahkan empat kali lebih keras untuk anak-istrinya. Belum lagi seorang wanita, harus sabar menghadapi suami apabila sedang emosi, memberikan secangkir air mineral, kopi, dan teh apabila suami meminta, mencuci baju dan perabotan rumah yang dua kali lebih banyak, dan jika sudah mengandung buah cintanya, sang istri harus tiga sampai enam kali lebih sabar dan kuat untuk buah cinta mereka. Jadi, sudah yakin untuk menikah di usia muda?

Advertisement

2. Menikah di Usia Muda Karena “Yakin” Untuk Menikah, Bukan Karena “Latah”

Boleh kok Pro atas Pernikahan di usia muda, tetapi tolong jangan terlalu bersemangat via http://google.com

Menikah butuh keyakinan yang kuat, baik menikah di usia muda, di usai tepat waktu, maupun di usia yang sudah tidak muda lagi. Jika kalian hanya bermodal tampang dan "menghalalkan" nafsu aja, lebih baik urungkan niat kalian. Percaya dan "yakin" bahwa pasangan kalian adalah pasangan yang telah dipertemukan serta dijodohkan oleh Tuhan untuk sehidup-semati kalian. "Yakin" bahwa mental kalian siap menerima kekurangan-kelebihan pasangan. "Yakin" bahwa kalian sudah lahir-batin memikul konsekuensi serta kewajiban setelah berakhirnya akad nikah dan resepsi pernikahan.

Ketika kamu memutuskan dan berkata untuk menikah di usia muda yang harus kamu ingat adalah menikah untuk mendapatkan rezeki dan pahala dari-Nya. Namun, ketika kamu memutuskan dan berkata menikah di usia muda karena nafsu, salah menafsir agama, dan mengikuti trend maka pernikahanmu akan sia-sia

Sekali lagi, menekankan bahwa menikah itu pilihan, apalagi menikah di usia muda, usia wajar, maupun usia tua. Namun, tren "latah" akibat media baik media sosial maupun televisi telah berhasil memprovokasi para generasi muda untuk segera menikah di usia muda. Memang menikah di usia muda mempunyai keuntungan, seperti masih bersemangat untuk mencari nafkah, cita-cita untuk mempunyai sesuatu masih tinggi, mau mesra-mesraan boleh, orang halal juga dan masih kuat untuk ena ena. Namun, dibalik semua keuntungan bukankah ada konsekuensi yang harus dipikul bersama, benarkan?

3. . Fenomena Nikah di Usia Muda “Anak Seorang Ustad” Membuat “Kita” Terindimidasi

Advertisement

Bang, nikahin adek sekarang juga, kayak anak ustad via http://tumblr.com

Dahulu ada berita seorang lelaki melamar wanitanya berbagai cara, dengan sebuket bunga mawar, dengan balon-balon huruf, teman-teman yang hadir, hotel, tukang video, dan sebuah cincin emas yang "kesannya" sangat romantis. Kemudian kalian tahu, standar lelaki untuk melamar wanita menjadi "minimal" seperti itu atau "harus" lebih tinggi dari berita tersebut. Sekarang muncullah berita anak ustad menikah di usianya yang muda, tujuh belas tahun. Lantas apa yang terjadi?

Ya, masyarakat itu memang unik dan mudah terpengaruh. Bahkan sekarang, jika kalian menyimak sekilas sinetron di beberapa televisi, ada adegan tokoh wanita muda, cantik, berkerudung, dan masih dibangku pelajar, ingin dikhitbah dan ditaaruf. Alasannya sederhana karena mereka ingin sama dengan teman-teman wanita lainnya agar dapat "memamerkan" kemesraan mereka di kalangan publik. Ironis, memang. Media yang ada disekitar kita, memang begitu adanya. Terlalu mudah mencari bahan cerita, tetapi tidak menyaring yang cocok dan pantas ditonton oleh masyarakatnya.

Selanjutnya, masih mengenai fenomena tersebut, media sosial dan kita memang terlalu dekat. Bahkan tanpa media sosial kita seolah-olah kurang update dengan semua informasi yang ada di dunia ini. Iya, termasuk fenomena anak ustad arifin ilham, menikah di usia yang begitu muda. Menikah lagi-lagi bukan mempermasalahkan umur, tetapi media sosial seperti mempermasalahan para generasi muda yang masih sibuk pacaran, langsung menikah aja, kira-kira seperti itulah gambaran dari fenomena "anak ustad" yang memutuskan untuk menikah.

Dampaknya apa? akun-akun yang (katanya) berdakwah di jalan-Nya yang bersemangat memposting: ayo nikah, ayo halalil aku, ayo kasih aku kepastian, putusin aja pacarnya kalau belum ada kepastian. Secara subjektif, picik sekali rasanya jika mereka membuat pola pemikiran, kalau kalian tidak menikah di usia muda, ya pasti akan buang-buang waktu dengan pacaran yang belum ada ujungnya. Duh, terkadang media sosial yang seperti ini hanya melihat sebelah mata tentang berpacaran. Mereka mempunyai konstruksi berpikir yang terlalu sederhana di zaman yang sudah canggih. Dengan menikah di usia muda, semua permasalahan tentang kekerasan, pemerkosaan, dan zinah akan selesai begitu saja.

Angka perceraian di Indonesia hampir mencapai 1000 per hari dan ada 40 kasus per jamnya mengenai perceraian akibat menikah di usia muda dengan alasan menyesali kelabilan akan hasrat yang menggebu-gebu untuk segera menikah.

Jadi, masih mau mengikuti tren?

4. “Wisuda di Waktu yang Tepat” Sama Halnya dengan “Menikah di Waktu yang Tepat”

Abang udah siap nikahin adek via http://google.com

Untuk mencapai ke jenjang wisuda aja, mahasiswa harus bekerja keras. Iya, mencari apa yang mau diteliti, mencari dosen, mengumpulkan data, diteliti datanya, bertemu dosen, diceramahi dosen, revisi, revisi terus menerus. Sampai akhirnya sidang dan wisuda. Menikahpun seperti itu, setiap pasangan harus berusaha keras bahkan lima kali usahanya melebihi wisuda. Mereka harus saling mengenal satu dengan lainnya, memahami karakter calon mertua, meminta izin kepada keluarga wanita untuk menikahnya, membuat undangan segala printilannya, hingga akhirnya menikah.

Menikah bukan siapa yang lebih dahulu menjalankan, menikah di usia muda belum tentu usia pernikahannya hanya bersemi di usia muda saja, menikah di usia sudah tidak muda; matang, belum tentu usia pernikahannya lebih lama dari pasangan yang menikah di usia muda.

Intinya menikah itu sama saja dengan wisuda sama-sama "di waktu yang tepat", mental yang siap, dan siap menjalankan konsekuensi serta kewajiban setelah resmi menjadi sebuah keluarga.

Jika kalian yakin untuk menikah saat umur belasan tahun, silakan laksanakan, jika kalian yakin menikah disaat umur yang wajar untuk menikah, silakan juga. Jika belum yakin, lebih baik direncanakan dahulu, kan?

5. Menikah di Usia Muda (Mungkin) Bukan Tren Yang Harus Diikuti Oleh Generasi Muda

Dek, tangan kamu kecil ya. via http://klikkabar.com

Menikah di usia muda memang diperbolehkan. Apalagi setelah berita pernikahan "anak seorang ustad" berumur tujuh belas tahun sudah dipublikasikan di media massa maupun media sosial. Secara tidak langsung, menikah di usia belasan akan dianggap hal biasa dan lumrah; tren yang dijadikan generasi muda untuk melangsungkan pernikahan, dengan niat apapun. Tidak lagi diidentikkan dengan usia. Namun, perlu diingat, menikah di usia muda, diperlukan kedewaasan dan mental yang sudah sangat siap.

Ingat menikah di waktu yang tepat, jangan berdalih dan hanya punya modal nekat aja untuk menikah di usia muda. Jangan mudah terpengaruh teman-teman kalian yang sudah menikah di usia muda tanpa memberi pandangan sisi baik-buruknya, media sosial yang menceritakan bagian enaknya aja, bahkan orang-orang yang mendukung menikah di usia muda tanpa menjelaskan konsekuensinya.

Menikah bukan cuma modal nekat melamar pasangan, hanya modal nekat dan mengikuti tren tidak akan bisa membeli susu untuk buah cinta kalian, untuk membiayai hidup kalian, dan membayar listrik di rumah kalian. Namun, buat kalian;muda-mudi yang sudah menikah di usia muda, Kalian luar biasaaaa!!! sangat berani memutuskan untuk menempuh kehidupan yang baru bersama pasangan kalian.

Beberapa agama memang mengajarkan dua insan yang menikah dan hidup bersama akan lebih banyak masalah-masalah yang dihadapinya, tetapi menggandakan juga kebaikannya dan rezeki yang berjuta-juta.

menikah di usia muda maupun menikah di usia lainnya adalah hak semua orang. Lebih baik semua orang bersifat netral dan tidak memihak di salah satu pihak.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis
Dwi

Jakarta, ID

3 Comments

  1. Raden Cetox berkata:

    bagi yang ingin mempromosikan produknya secara unik, atau yang ingin mendekorasi acara ulang tahun , pernikahan atau event lain dengan ANEKA BALON UNIK agar menjadi lebih meriah.
    kami mentari balon solusinya, spesialis aneka macam balon, dari balon gate,balon tepuk,balon sablon,balon dekorasi,balon dancer,balon karakter DLL. lebih jelasnya kunjungi website resmi kami di http://www.mentaribalon.com
    tq

CLOSE