Ramadan All in One. Sepotong Kenangan Ramadanku yang Berkesan dan Sarat Pembelajaran

Menjalani kehidupan mapan dan berkecukupan adalah impian semua orang, namun sayang tak semua orang bisa merasakan hal demikian. Ada banyak orang yang hidup dalam keterbatasan, namun tak pernah menyerah pada kehidupan. Meski Hidup dengan segala kekurangan, mereka tak lupa bersyukur dan terus berjuang.

Berangkat dari fenomena demikian, maka kami—para mahasiswa Pendidikan Sains Universitas Negeri Surabaya—mencoba menggali arti kehidupan sekaligus menebar kebaikan melalui program pengabdian masyarakat. Agar lebih menghayati, program ini diselenggarakan pada saat ramadan, tepatnya 11-18 Juli 2014.

Mengapa harus saat ramadan?

Ramadan berarti kepedulian, pengorbanan, juga pengabdian. Ramadan adalah kawah candradimuka untuk menggodok kepedulian sosial, pengorbanan untuk menekan segala nafsu berlebihan, serta pengabdian diri pada ilahi.

Setelah delapan hari terlewati, kami menyadari bahwa ada banyak sekali hal berkesan yang sayang untuk dilupakan. Delapan hari penuh arti mengajarkan kami akan banyak hal dalam hidup yang patut disyukuri.

1. Selalu bersemangat pergi sekolah meski fasilitas ala kadarnya

upacara sekolah via https://www.facebook.com

Tak ada lapangan mewah pun tak mengapa, selama ada semangat di dalam hati yang terus membara. Selama semangat menuntut ilmu terus menggelora di dalam dada. Semangat untuk mengubah diri dan lingkungan menjadi lebih baik demi memenuhi perintah-Nya.

2. Berbagi ilmu adalah harga mati, karena ilmu dipelajari tak untuk dinikmati sendiri

Kami jadi malu sendiri jika mengingat antusiasme siswa di sana. Fasilitas sederhana tak membuat mereka putus asa dan berhenti berusaha. Meski sedang puasa, mereka menjalani kehidupan serba sederhana dengan tawa bahagia.

3. Menjaga kesehatan adalah salah satu bentuk cinta pada-Nya, agar kita lebih semangat beribadah

cek kesehatan via https://www.facebook.com

Menjaga kesehatan adalah salah satu bentuk ketaatan. Menjaga aset berharga tak ada duanya yang telah diberikan Tuhan.

4. Mencuci tangan sebelum makan adalah salah satu bentuk rasa syukur atas karunia dari Tuhan berupa kesehatan

cuci tangan yang bersih, ya! via https://www.facebook.com

Terkadang, karena terlalu meremehkan, kami sering lupa mencuci tangan sebelum makan. Padahal kebiasaan tersebut adalah salah satu wujud rasa syukur kita pada Tuhan, yaitu dengan menjaga kesehatan.

5. Cinta budaya dan mempelajarinya adalah salah satu wujud nasionalisme kita

menari ceria via https://www.facebook.com

Kita sering terpukau dengan budaya bangsa lain, namun lupa bahwa bangsa kita juga kaya akan budaya yang luar biasa. Bahwa bangsa kita terkenal ramah tamah. Bahwa Indonesia memiliki suku bangsa, ciri khas, serta kelebihan-kelebihan lain yang unik dan menarik. Keindahan, sumber daya, dan keberanekaragaman yang Tuhan anugerahkan pada Indonesia, jangan sampai kita abaikan.

Ah, jangan sampai kita terpesona dengan budaya luar namun lupa pada Indonesia dengan segala keistimewaannya.

6. Tak ada teknologi luar biasa, barang-barang sederhana bisa jadi penggantinya

telur terapung via https://www.facebook.com

Kita seringkali terpaku pada fasilitas. Merengek ketika WiFi tak lancar, atau beralasan tak ada biaya untuk terus belajar. Teknologi bagaikan dua sisi pisau, bisa mencerdaskan bisa pula 'melumpuhkan pikiran'. Gara-gara terpaku pada teknologi tercanggih, kita jadi kurang memanfaatkan akal cerdas untuk menciptakan suatu penemuan dari barang-barang sederhana di sekitar kita. Padahal selain mudah didapat, barang-barang tersebut juga murah dan ramah lingkungan.

7. Masalah membuat kita tenggelam dalam kesedihan, hingga lupa bahwa ada hal sederhana yang ternyata membahagiakan: pertemanan

Bermain bersama anak kecil adalah potongan kebahagiaan hidup yang tak bisa dibeli dengan uang. Berbaur dengan mereka membuat kami menyadari bahwa ada saatnya kita—sebagai manusia dewasa—melupakan tumpukan masalah dan bergegas tertawa demi mengusir gundah. Karena pada hakikatnya hidup hanyalah permainan, dimana meski banyak ujian, jangan sampai kita lupa untuk besenang-senang.

8. Bahwa kebahagiaan itu sederhana: mendapat penghargaan kecil dari apa yang sudah kita perjuangkan

bagi-bagi hadiah via https://www.facebook.com

Kita pasti pernah mengalami kegagalan. Tapi, akankah kita terus menerus terpaku pada penyesalan mendalam? Bukankah selalu ada kesempatan baru untuk diburu?

Terkadang, kita seringkali berfokus pada kegagalan dan mengabaikan kemungkinan adanya peluang di masa mendatang. Bahwa kegagalan adalah kesempatan kita untuk berjuang lebih keras dan berdoa lebih giat. Bahwa ternyata kesuksesan berada selangkah di depan kita, tapi seringkali kita menutup mata gara-gara terdominasi perasaan kecewa.

9. Puasa itu tak hanya berfokus pada perbaikan diri sendiri, lingkungan juga

bersihin musala via https://www.facebook.com

Terkadang, kita terlalu sibuk membenahi diri dan berusaha menjadi yang terbaik. Hingga kita lupa bahwa ada hal-hal lain yang perlu diperhatikan. Bahwa perbaikan lingkungan juga harusnya menjadi prioritas terdepan.

10. Obsesi dunia boleh saja, asal jangan sampai melupakan-Nya

Belajar, bekerja, dan melakukan segala usaha duniawi bukanlah suatu masalah selama kita tak mengabaikan-Nya. Apakah kita hanya mengejar segala prestasi dunia sementara lupa bahwa Dia-lah yang telah memberi kesempatan kita untuk menikmati semua rasa bahagia?

11. Tak peduli apapun kondisinya, selama terus bersama, semua akan terasa indah

Suka duka dalam hidup adalah hal biasa. Tapi, jangan sampai lupa bahwa ada orang lain di sekitar kita. Mereka yang tulus, akan membuat kebahagiaan kita bertambah dan kesedihan kita sirna.

12. Menikmati hasil usaha sendiri akan membawa kebanggaan yang tak terdeskripsi

Perjuangan sekitar 30-40 menit untuk mencapai pasar dengan kondisi jalan bergeranjal, membuat kami lebih menghargai makanan yang tercipta darinya. Makanan boleh jadi biasa saja, tapi karena perjuangan yang melelahkan, kami jadi lebih menghargai makanan.

Mulai sekarang, tak ada lagi menyianyiakan apalagi sampai membuang makanan!

13. Yang dinanti telah tiba. Saatnya buka puasa!

Lelah hari ini telah terbayarkan. Saatnya mengisi amunisi untuk kegiatan hari ke depan.

14. Meski tak beralas kasur mewah, tidur kita tetap baik-baik saja

tidur nyenyakkk via https://www.facebook.com

Kita mungkin sudah terbiasa berada di rumah megah. Tidur nyaman beralaskan kasur indah dan berselimutkan sutra. Namun, tidakkah kita bosan dengan rutinitas yang begitu-begitu saja? Ada kalanya kita harus mencoba sesuatu yang tak biasa. Keluar dari zona nyaman, melakukan sesuatu yang baru, akan membuat kita menemukan banyak hal luar biasa yang bisa jadi tak akan kita temui jika terus berada di dalam ‘istana’. Dan, menyadari bahwa ternyata tubuh kita baik-baik saja meski tak beralas beledu kualitas utama.

15. Akhirnya, tiba saatnya untuk berpisah. Kenangan indah itu tak akan sirna, akan selalu terpatri di dalam jiwa dan menjadi pelajaran berharga

di depan SDN Talunrejo 1 via https://www.facebook.com

Delapan hari (11-18 Juli 2014) sarat pembelajaran mungkin sudah terlewatkan, tapi ada banyak hal yang bisa dijadikan kenangan. Bertambahnya rasa syukur atas segala anugerah-Nya, juga perjuangan, semangat gotong royong, serta kepedulian yang makin terasah.

Terima kasih penduduk desa Talunrejo atas segala kebaikan dan pelajaran kehidupan yang telah diberikan. Segala kenangan menakjubkan selama delapan hari ramadan tak akan kami lupakan.

Manusia terbaik adalah yang paling bermanfaat bagi sesama

So, manfaat apa yang sudah kamu tebar hari ini?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

pengembara di dunia fana