"Seperti apa perasaannya saat menyakiti diriku? Mungkin hatinya sudah membatu? Dia sudah mati rasa? …." .
Itulah yang mungkin kita ucapkan saat hati terluka oleh seseorang. Seperti apa sih perasaannya?
1. Mungkin "Si Dia" Tidak Peka
Beberapa orang mungkin mempunyai kepekaan sosial yang berbeda-beda. Dalam kehidupan terdahulunya sebelum bertemu dengan mu, mungkin memang dia tidak memiliki "sence kepekaan sosial" karena tidak diajarkan untuk mengasah rasa peka terhadap sesama. Bisa saja dia terbiasa dengan keadaan yang nyaman, serba ada, selalu diperhatikan, selalu mendapatkan kemudahan dalam hidupnya, atau memang tidak pernah "srawung" (bahasa jawa) / tidak pernah berinteraksi dengan orang, karena orang yang tak pernah bersosialisasi tentu saja tidak dapat mengasah "rasa sosial" dengan baik.
2. "Si Dia" Pikir Kamu Sama Dengan Dirinya
Dia terbiasa dengan makian, terbiasa mendengarkan kata-kata kasar atau menggunakan kata-kata kasar sebagai bahasa keseharian. Belum tentu orang yang berkata kasar kepada dirimu memang berniat menyakitimu. Bagi "Si Dia" mungkin kata-kata itu adalah "Simbol Keakraban". Khususnya jika "kamu" adalah gadis yang belum terbiasa dengan pertemanan ala "Boys Gank", ini tidak 100% yang kamu pikirkan atau kamu rasakan.
3. "Si Dia" Pikir Kamu Perlu Berubah
Sebagai teman yang baik, tentunya saling mendukung satu sama lain. Selain itu kita harus saling koreksi diri masing-masing, dan sebagai teman yang baik dan teman yang peduli pasti ia akan berpendapat tentang dirimu. "Si Dia" telah mengamatimu sekian lama, sebelum ia mengatakan "Kebenaran". Walau bagaimana pun si dia sudah siap dengan konsekuensi yang mungkin saja terjadi, misalnya mungkin kamu akan menjauh dari nya. "Si Dia" hanya ingin kamu menjadi pribadi yang lebih baik dan tangguh.
4. "Si Dia" Mempunyai Masa Lalu Yang Buruk
Kepribadian seseorang terbentuk seiring berjalannya waktu, kehidupan masa anak/remaja sangat mempengaruhi pribadi saat orang tersebut dewasa. Anak yang pernah mengalami masa lalu yang buruk dapat menjadi pribadi yang frontal atau kasar, walau tidak semuanya. Namun "Trauma Masa Lalu" itu adalah seperti "Bekas Luka Permanen" walau rasa sakitnya sudah hilang, namun masih ada bekas-bekasnya. Jika "Si Dia" mempunyai pribadi yang sedikit pemberontak atau anarkis sebaiknya kamu lebih berhati-hati untuk tidak menyulut amarahnya. Sebagai teman/sahabat terdekatnya bisa kamu berikan kelembutan dan sedikit candaan namun kamu selipkan nasihat-nasihat singkat tanpa menggurui. Semoga saja "Si Dia" menjadi pribadi yang lebih baik.
5. Mungkin Saja Kamu Memposisikan Sebagai "Korban" Padahal Itu Hanya Humor Dari "Si Dia"
Ini sisi lain dari kamu yang mungkin saja perlu ditelisik lebih dalam, coba pikirkan ulang atau kamu bayangkan reka adegan saat kamu merasa menjadi "Korban dari Si Dia". Saat itu adakah orang lain yang ada di sana? apakah orang lain tersebut juga merasa terganggu oleh "Humor dari Si Dia" jika memang orang lain merasa terganggu, bisa saja dikembaikan pada poin sebelumnya dari list ini. Tapi…. kalau saat itu tidak ada yang merasa kelakar dari "Si Dia" menyakitkan, mungkin ada yang salah dengan dirimu? bisa saja bukan? Mungkin saat itu kamu sedang lelah, atau sedang banyak pikiran. Jadi tenangkan dirimu dahulu, kamu perlu "Me Time". Namun, jika memang "Si Dia" memang dengan sengaja menyakitimu dan telah benar-benar melukai mu secara fisik/psikis, tinggalkan saja "Si Dia" itu, kamu akan lebih bahagia dan tentram tanpa ada "Si Dia" dalam hidupmu.
6. Perasaan Lain Saat "Si Dia" Mengetahui Bahwa Kamu Terluka
Saat "Si Dia" mengetahui bahwa kamu terluka olehnya, "Si Dia" menyesal. Bahkan "Si Dia" mengutuk dirinya sendiri karena telah melukai perasaan kamu. "Si Dia" tidak dapat tidur nyenyak, ingin sekali rasanya meminta maaf berkali-kali kepada mu sebelum "Si Dia" memaafkan dirinya sendiri. "Si Dia" dalam keadaan tertekan, bahkan "Si Dia" ingin sekali menemui psikolog untuk bercerita, atau mungkin "Si Dia" perlu menemui psikater. "Si Dia" mungkin merasa sangat merasa bersalah dan mengalami gangguan mental sampai tak bisa memaafkan dirinya sendiri.
7. "Si Dia" Hanya Menjaga Jarak Untuk Tidak Bertemu Dengan Kamu
Saat "Si Dia" telah melukai perasaan mu, "Si Dia" tak ingin bertemu dengan mu, semata-mata untuk menghindari kejadian yang serupa. Supaya kamu tidak terluka untuk ke dua kalinya. Cukup sekali saja "Si Dia" Melukai kamu. Cukup. "Si Dia" tidak akan tahan beraktifitas di dekatmu/bersamamu. Karena saat melukai perasaan mu dia lah yang sesungguhnya menderita luka yang lebih parah. "Si Dia" bukan menghindari dirimu karena apa, namun karena dia lah yang sesungguhnya terluka jika berada di dekat mu.
8. Jadi? Bisa Kah Kamu Maafkan Dirimu Sendiri Dan Memaafkan "Si Dia"?
Semoga setelah membaca tulisan ini, ada sisi lain yang bisa tersentuh dalam dirimu. Jika pesan-pesan ku ini tidak sampai kepada orang-orang yang telah aku lukai dengan sengaja atau tanpa sengaja. Setidaknya aku ingin menyentuh personal-personal lain yang terluka. Aku telah memaafkan dirimu dan aku telah memaafkan diriku. Semoga Tuhan selalu melindungi kita semua dari perkataan, perbuatan yang menyakiti dan semoga kita dilindungi dari orang-orang yang akan menyakiti kita. Sekarang mari kita lanjutkan kehidupan kita masing-masing dan menjadi pribadi yang lebih baik. Terimakasih kalian yang di sana. "Be Positive".
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
mangstab!!!
terkadang orang harus berpikir seperti orng ” kenthir ” (dlm bhs jawa)/gila, untk mengetahui karakter / menggali kepribadian masing” tetapi tdk keluar dari kontens nilai sosial. jadi diri sendiri akan lebih baik di bandingkan menjadi karakter orang lain yg di paksakan.
aku terharu jadi “kenthir” deh wkwkwk suwun
Syip…
wkwkkwk