Tilongkabila : Guru Baru Kami (Part 1)

Sabtu, 24 Mei 2014

Guru bagi saya, kini bukan selalu sosok yang berdiri mengajar di ruang kelas. Guru bisa jadi sebuah kapal besar dengan banyak pengalaman berharga di dalamnya. Nama guru baru kami adalah… Tilongkabila.

Bli Komang menjemput kami di kos sewaan di sekitar Kuta. Kami sudah packing semua barang dan siap berlayar dengan Tilongkabila. Tilongkabila berangkat dari Port Benoa Denpasar pukul 09.00 dan akan mengantarkan kami ke tujuan kami: Labuan Bajo, Flores. Kami segera sarapan dan berencana boarding di pelabuhan lebih awal.

Inilah potongan catatan perjalanan saya menuju Flores, 23-27 Mei 2014. Inilah beberapa pelajaran yang saya catat dari Tilongkabila. 

 <>1. Tilongkabila adalah kapal penumpang yang sangat besar bagi saya.
Tilongkabila yang besar

Tilongkabila yang besar via https://jojomarkojo.wordpress.com

Tilongkabila adalah kapal penumpang yang sangat besar bagi saya. Maklum, inilah pengalaman pertama saya naik kapal besar selama dua hari penuh. Karena itu, saya sangat kagum dengan Tilongkabila. Dibuat di galangan Jos L. Meyer, Papenburg, Jerman, tahun 1994, Tilongkabila memiliki kapasitas penumpang sekitar 400 orang. Wow, itu sangat besaarr menurut saya!

KM Tilongkabila adalah kapal penumpang milik PT Pelni. Segala fasilitas lengkap ada. Mulai dari restoran, kamar yang seperti kamar hotel, bioskop, arena diskotik, toko, TV, shower air, serta mushola ber-AC. Hanya saja, sudah banyak tangan jahil yang kurang bertanggung jawab menjaga fasilitas kapal.

<>2. Kebersamaan akan sangat terasa di sini.
berbagi ruang dengan banyak penumpang

berbagi ruang dengan banyak penumpang via https://jojomarkojo.wordpress.com

Kamar-kamar penumpang dibagi menjadi beberapa kelas. Mulai dari kelas I sampai kelas ekonomi. Kelas I adalah kelas yang paling mahal. Harga tiketnya setara dengan tiket pesawat. Karena kami menghemat budget, sasaran kami adalah kelas ekonomi.

Kami tidur di dalam ruangan seperti barak besar, yang ada di tiap dek. Tidak ada batasan antar matras tidur. Ambil saja sisi positifnya. Kami bisa bebas mengobrol, main kartu, atau tertawa lepas bersama penumpang lain tanpa penghalang.

<>3. Tilongkabila telah mengajarkan kami sudut pandang lain dari toleransi.
Dek Ekonomi KM Tilongkabila

Dek Ekonomi KM Tilongkabila via http://janganjalanjalan.com

Kami berbagi ruang dengan puluhan penumpang lain di dek kelas ekonomi dan ini mengajarkan kami tentang toleransi. Terkadang toleransi juga ada batasannya. Ketika kami sudah tidak kuat dengan tangis bayi, bau obat angin, pemandangan orang muntah, dan kepulan asap rokok, maka kami berhak pergi jika ada kesempatan.

Ya, kami tidak perlu marah. Kami cukup pergi dan mencari ruang lain yang mungkin lebih baik bagi kami. Kebetulan dek di lantai bawah masih kosong. Ke sanalah kami menuju. Sekalipun saya merasa salah satu kawan saya lebih suka berbagi ruang dengan banyak orang, karena dia suka berinteraksi dengan orang-orang baru, tetapi dia pun bertoleransi dengan keinginan timnya. Yap, itulah toleransi.

Toleransi itu tidak memaksakan kehendak, tetapi tegas pada kebahagiaan sendiri, tanpa perlu marah pada kebahagiaan orang lain.

<>4. Keceriaan adalah hal berharga yang tidak bisa dibayar.

Kami menghabiskan siang itu di dalam dek kosong dengan bermain poker dan saya adalah pemain poker yang payah. Tetapi menang atau kalah, bukanlah inti dari permainan. Keceriaan ketika kami memainkannya, itulah hal berharga yang tidak bisa dibayar dengan uang berapapun banyaknya.

<>5. Kesadaran bersama untuk saling menjaga.
Toilet Kabin Ekonomi

Toilet Kabin Ekonomi via http://segalasudut.com

Mandi tersendiri merupakan pelajaran yang mengagumkan di Tilongkabila. Kami di kelas ekonomi, artinya harus berbagi kamar mandi dengan ratusan penumpang lain dari kelas ekonomi. Sebut saja toilet umum. Tidak semua orang punya sikap yang sama dalam menjaga kebersihan. Jadi, begitulah kondisinya. Kurang bersih. Saya yang paling ribet dengan masalah kebersihan kamar mandi di antara teman-teman seperjalanan pun, jadi terdidik untuk membiasakan diri dengan kondisi toilet yang ada di Tilongkabila.

Saya lalu membayangkan jika kondisi bumi menjadi seperti Tilongkabila—sedikit air bersih dan banyak manusia. Kesadaran bersama untuk saling menjaga, itu yang sebetulnya kita perlukan.

 

 

Masih banyak pelajaran yang saya dapat. Akan saya bagikan pada catatan perjalanan saya berikutnya.

Salam kelana ^^

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

berjalan dan bercerita

4 Comments

  1. Terima kasih sudah berbagi. Saya baru saja dari Makassar ke Bima (pp) dengan KM Tilongkabila. Tetap saja imej saya tidak bisa berubah bahwa tidak mudah memperoleh tiket dan saat embarkasi dan debarkasi dari kapal Tilongkabila baik di Makassar maupun di Bima. Sangat sesak, itulah kesan umum. Perlu kesadaran, itulah harapan untuk menjaga setelah di atas KM Tilongkabila. .

CLOSE