Tips Menulis Supaya Tulisan Kamu Terlahir Jadi Buku Bukan Draft Saja!

Sudah berapa banyak ide yang urung kau  tuangkan ? Sudah berapa banyak draft novel di laptomu ? Sudah berapa banyak tokoh yang kau “bunuh”? Sudah berapa cerita yang kau sudahi tanpa akhir yang jelas? Sudah kau bosan dengan keadaan tadi?

Nah untuk kamu yang memiliki permasalahan yang sama denganku, inilah beberapa tips dari narasumber di acara GoodreadsIndonesia agar kamu dapat menyelesaikan karyamu!

 <>1. Tentukan

Beri dirimu waktu paling tidak selama seminggu atau sesuai kemampuanmu untuk menentukan cerita apa yang akan kamu buat, selama seminggu itu catatlah setiap ide yang muncul kapanpun dan pastikan kamu mencatat.

Misal, di hari Senin kamu ingin menulis novel dengan tema kehidupan sehari-hari seorang tuna rungu, terpikirkan di benakmu bagaimana sosok itu dalam novel, dia akan diejek oleh kawannya, dan ketika dewasa dia akan sukses karena lamarannya ditolak di semua perusahaan, dia pun memulai usahanya sendiri dan lewat berbagai lika-liku, dia pun akhirnya sukses! CATAT!

<>2. Membuat ikatan suci

Setelah menemukan banyak ide, kini saatnya kamu membuat ikatan suci dengan satu ide yang kamu pilih. Ahay! Ini memang mirip dengan sebuah tali kasih, bedanya ini hanya antara dirimu dan calon novelmu, bagaimanapun juga kamu harus berjanji untuk melahirkannya dalam sebuah karya yang bisa dikomersilkan, walaupun badai menerjang petir menyambar, kamu harus tepati janji kamu!

<>3. Kamu “tuhan”

Sekarang kamu dapat menciptakan tokoh imajinasi, kamu akan melahirkan sosok yang nantinya mempunyai berbagai macam karakter, bahkan lewat tokoh itu,kamu dapat menginsiprasi pembaca bukumu. Hebat kan?

Nah yang aku maksudkan “tuhan” di sini adalah karena kamu akan menghidupi sebuah kata dan kamu akan menentukan jalan hidup tokoh itu, serta bagaimana nantinya tokoh itu berakhir.

Jalankan saja dulu ceritamu, sampai sebatas yang kamu mau, jika rasanya kamu sudah kehabisan kata-kata, berhentilah dan tulis semua nama yang ada dalam ceritamu. Lalu tentukan asal-usulnya, pada bagian ini kamu harus sangat mendetail. Mulai dari watak, suku, agama, pendidikan, sosial, hobi, latar belakang keluarga, dll.

Contoh :

Nia memang cantik, kulitnya puith, dan pipinya merona, khas wanita Bandung.Dulu, waktu SD aku bisa dengan mudah berbicara dengannya, tapi itu dulu. Sejak kematian bapaknya, dia harus bekerja lebih keras, kedua adiknya pasti sangat bangga dengannya. AhNia, sekarang sudah jadi aktirs, seperti keinginannya dulu....

Nah, itulah mengapa penokohan begitu penting dalam suatu novel, masa’ nanti kamu menciptakan tokoh berasal dari Jawa tapi ngomong Medan? Atau pertama-tama kamu bilang dia tidak punya adik, eh di tengah-tengah cerita adiknya nongol, ih adiknya siapa tuh? Agar perkerjaanmu yang satu ini lebih mudah, kamu ingat-ingat saja temanmu yang mempunyai latar belakang mirip dengan tokohmu itu.

<>4. Peta!

Karena kita masih pemula, pastilah kita harus mempunyai peta! Novelmu itu ibarat hutan yang asing sama sekali. Kamu tidak tahu ada apa di sana, tapi kamu harus menjelajahinya. Bawalah peta atau kamu akan tersesat dan berakhir di sana.

Di selembar kertas HVS, rentangkanlah garis dari ujung kiri atas sampai ujung kanan bawah. Yap diaonal, tentukan titik awal dan akhir pada ceritamu. Lalu isilah petamu sendiri, tentukan jalan cerita novelmu. Gunakan pensil, sehingga kamu bisa leluasa, ketika kamu sudah yakin, barulah kamu timpa dengan spidol. Setelah itu tempel di tempat yang kamu sering lihat, agar kamu selalu ingat dengan janji sucimu itu.

<>5. Mulai!

Saat memulai, pastikan kamu sudah duduk nyaman, nyaman bukan berarti membuat kantukmu datang ya! Pastikan nyaman sehingga kamu bisa lebih produktif, jauhkan segala macam yang menurutmu adalah gangguan, nyamuk, makanan, handphone, apapun itu. Dan jangan lupa kamu harus punya minimal waktu duduk. Misalnya, dalam sehari kamu telah menetapkan akan menghabiskan 1 jam untuk menulis. Nah, kalau di pagi hari sudah 15 menit, tinggal kamu kurangi kan?

<>6. Membuat dialog!

Kita sering terhenti saat ada adegan berdialog, itu karena kita sulit mendengarkan diri kita sendiri, nah sekarang waktunya kamu mempersilahkan dirimu berbicara.

Contoh saat ada adegan duit hilang.

Ibu mencarinya kemana-mana, lalu akhirnya bertanya pada Bowo, “Bowo kamu melihat duit ibu?” “Tidak bu” “Kamu yakin ?” “Iya bu,Bowo yakin” “Tapi, tadi ibu lihat dompet ibu terbuka, dan tidak ada orang lagi di rumah ini selain kita berdua”

Berbicaralah dengan dirimu sendiri seolah-olah kamu adalah tokoh dalam novel itu yang sedang berdialog, kalau jarimu tidak sanggup menandingi mulutmu gunakanlah perekam suara.

<>7. Hukum sebab akibat

Saat menulis, terkadang perasaan ragu muncul, “Kok tulisan gue gak bagus ya, idenya garing?” atau apapun, maka pakailah hukum sebab akibat agar kamu tertarik dengan tulisanmu sendiri.

Contoh

Joko kini mendekam di penjara,ia harus menerima hukuman yang setimpal atas perbuatannya menggelapkan uang negara sebesar 5 Miliar ,benar juga kata guruku, bahwa pintar saja tidak cukup, kita harus memiliki iman dan kejujuran.

Sebab Joko tidak memiliki kejujuran lantas ia korupsi, akibat Joko tidak memiliki iman akibatnya ia menggelapkan uang negara, akibat ia menggelapkan uang negara ia mendekam di penjara. Nah masih banyak akibat-akibat lain, jika kamu mau memperpanjangnya sekian baris lagi.

<>8. Menghidupkan latar

Lewat imajinasi dan daya ingatmu akan suatu tempat atau kejadian, latar akan hidup dan terus berkembang, cukup dengan mengingat-ingat tempat atau waktu yang sama dengan peristiwa di dalam novelmu

Contoh

Di terminal itu Dewi memeluk anaknya erat-erat, tak dihiraukannya air hujan yang membanjiri tubuh mereka berdua, air hujan yang sama yang mengusir pengendara motor di jalanan, mengusir penjual cangcimen dan menepikan adik penjual tisu, air hujan yang sama yang mengundang para ojek payung yang datang dari entah. Tapi air hujan yang sama tidak mengganggu Dewi, wanita itu justru merasa hangat karena telah ditemukannya kehangatan yang ia cari selama ini, anaknya, Ica.

Kejadian yang aku garisbawahi adalah ingatan yang muncul saat aku mengingat hujan di terminal saat aku berumur 5 tahun.

<>9. Membaui kenangan lama

Amati apa yang ada di sekelilingmu, lalu hubungkan dengan yang ada dalam ceritamu. Ambil saja benda itu lalu kamu amati, kamu baui, kamu pegang dan kamu hayati. Misalnya di sekelilingku kini ada jeruk.

Saat ada jeruk, yang terbayang dalam benakku adalah

Segar dan manis serta diselingi rasa masam, aku begitu tergiur ketika mamaku menyuapiku jeruk, katanya aku belum pandai memakan jeruk,takut tertelan biji jeruknya sekalian.

Dan aku hubungkan dengan

Dewi lantas menyuapi anaknya dengan jeruk yang ia dapat dari terminal, dengan teliti ia hilangkan serabut putih yang ada pada sepotong jeruk itu, lalu ia buang bijinya, seketika itu pula air jeruk itu keluar sebagian. Ica seperti tidak sabar mengamati ibunya, ditariknya tangan sang ibu, lalu dilahap habis jeruk itu, tak tersisa. Dewi tersenyum sambil menangis.

<>10. Meminjam kata

Saat tak tau harus menggunakan kata apalagi, tak tau harus merangkai kalimat dengan cara apalagi, cara darurat adalah meminjam kata dari buku atau novel yang sudah ada.

Kalimat ini aku ambil dari cerpen The Dessert Dreams karya Sanie B Kuncoro

Aku berada di sebuah sore yang bergerak perlahan ke arah senja.

Lalu dari kata-kata itu aku meneruskannya, dan mendapat satu paragraf, lalu ku kembalikan lagi kata yang tadi aku pinjam dengan cara menghapusnya. Tarra! Satu paragraf telah kubuat!

Aku hanya wanita penikmat senja, sedang kamu? Ah, kamu terlampau istimewa. Aku sering sekali mendengar namamu dipuja-puja kalangan hawa, entah kau mengetahuinya atau tidak. Sedang aku ? Aku tak mungkin menelanjangi keresahanku kepada teman sebaya. Tidak! Aku hanya ingin senja. Jingga yang bergelora dan burung gereja yang riang. Senja sama istimewanya sepertimu, tak banyak bicara dan selalu menawan. Ya kau-senja-dan aku sama.

Proses menulis adalah menemukan ide, menjaganya lalu melahirkannya, sebagaimana buah hati, menjaga ide ternyata lebih sulit dari menemukannya. Tapi, jangan ragu untuk menulis, jangan takut ceritamu jelek, karena karyamu akan diketahui baik buruknya ketika sudah jadi buku, bukan dalam draft yang masih sangat minim tulisan. Selamat berkarya! 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini