10 Jokes Ini Termasuk Bully. Kamu Nggak Kurang Piknik Kalau Tersinggung sama Hal Ini

Jokes bully

Sudah terbukti bahwa efek dari bully bisa jelek sekali. Nggak jarang, korban bully mengalami depresi dan mengakhiri diri sendiri. Sayangnya dalam kehidupan sehari-hari, bully seringkali tersamarkan dalam bentuk canda. Niatnya melucu, tapi menjurus pada candaan yang menyakiti. Bila diprotes, alasannya ‘kan cuma bercanda’. Bahkan kalau seseorang tersinggung karena candaan dianggapnya baper dan kurang piknik.

Canda-canda yang menjurus ke bully ini seringnya nggak disadari. Tapi daripada tanpa sadar menyakiti, sebaiknya kamu mulai berpikir dua kali sebelum mengeluarkan jokes-jokes ini.

1. Becandaan yang bawa-bawa SARA, misalnya: “Pantesan pelit, Cina sih.”

Candaan rasis/Photo by Khoa Võ from Pexels via www.pexels.com

Suku, ras, agama, dan antargolongan menjadi isu sensitif sejak era dulu. Orang yang kurang memahami keberagaman sering menganggap enteng pemberian label pada seseorang berdasarkan identitasnya dengan niat untuk melecehkan. Meski kamu mungkin niatnya bercanda, tapi canda yang berbau sara ini sebaiknya dihindari saja.

2. “Udah pendek, item, keriting, hidup lagi. Duh.” — Fisik adalah persoalan sensitif, dan bercanda soal fisik jelas nggak asik

Nggak asik banget kalo ngomongin fisik/Photo by Burst via www.pexels.com

Banyak cara untuk membuat orang tertawa, tanpa perlu harus menghina. Sebuah kisah sedih pernah terjadi di Inggris. Seorang anak bernama Aroon ditemukan tewas gantung diri di kamarnya setelah menerima perlakuan bully dari teman-temannya, tentang kulitnya yang putih. Aroon yang bersekolah di antara kaum minoritas, tidak sanggup menerima hinaan dan ejekan tentang kondisi fisiknya, lalu memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Hal-hal seperti ini sering tidak kita sadari. Apa yang menurut kita lucu, ternyata bagai sembilu bagi orang lain.

3. “Itu badan apa tong sih? Bulet bener~”

Ini juga termausk joke fisik/Photo by Artem Podrez from Pexels via www.pexels.com

Bagimu mungkin itu bukan apa-apa. Hanya kamu ungkapkan sekadar untuk menghidupkan suasana. Tapi mungkin kamu nggak tahu bagaimana dia berusaha keras diet untuk menurunkan berat badan. Kamu mungkin nggak tahu bahwa persoalan berat badan itu membuatnya stres dan tertekan. Dengan menggunakan berat badannya sebagai bahan bercandaan, kamu mungkin nggak pernah tahu bahwa itu menyakitinya.

4. “Cewek, cantik amat sih kamu…” Hati-hati menanggapi pujian teman. Terkadang itu justru pelecehan

Ini udah masuk pelecehan/Photo by Ekrulita via www.pexels.com

Pelecehan bukan hanya terjadi ketika cewek jalan sendiri lalu ada cowok-cowok di pengkolan bersuit-suit asyik dan menawarkan diri untuk menemani. Antara teman yang sudah saling kenal, bisa terjadi pelecehan tanpa disadari. Awalnya seperti dipuji. Dibilang cantik, s*ksi, dan sebagainya. Namun selanjutnya, harus mulai kamu waspadai.

5. “Lain kali bilang dong kalau telat. Kasihan nih si Ayu, di Panda. Daripada nungguin, bisa nyari pacar dulu kali.” – menyindir-nyindir kesalahan teman di muka umum, juga sudah termasuk bully juga

mempermalukan di depan umum

mempermalukan di depan umum via health.usnews.com

Ketika seseorang melakukan kesalahan, meskipun itu teman sendiri, sudah sewajarnya kamu memberinya teguran. Selain menyadarkan bahwa dia salah, juga sebagai masukan untuk dirinya juga. Namun menegur di depan umum, meskipun itu dengan nada menyindir ataupun humor sarkas, itu sudah termasuk bully. Orang yang ditegur akan merasa dipojokkan dan dihakimi tanpa bisa membela diri. Untuk menegur seseorang, ada baiknya dilakukan secara privat. Kritik yang kamu berikan lebih tepat sasaran, tanpa ada yang merasa dipermalukan.

6. “Ya elah gitu aja nggak bisa. Balik aja jadi anak TK sana!”

merendahkan kemampuan seseorang

merendahkan kemampuan seseorang via www.usnews.com

Kemampuan orang berbeda-beda. Apa yang mudah bagimu, belum tentu mudah untuk orang lain. Sama saja, apa yang bagimu begitu sulitnya, mungkin bagi orang lain hanya piece of cake. Tapi daripada menghina kemampuannya, meski dalam nada bercanda, bukanlah lebih baik disemangati saja?

7. “Jadi laki cengeng amat. Mending lo pake rok aja deh. Lebih cocok!”

Trus kenapa kalo laki nangis?/Photo by Karolina Grabowska via www.pexels.com

Joke senada dengan kalimat di atas, mem-bully dua hal. Pertama, yang di-bully adalah kecengengan seorang pria. Padahal menjadi orang yang sensitif toh tidak ada salahnya. Daya tahan setiap orang berbeda-beda. Kedua, mem-bully perempuan yang selalu identik dengan cengeng. Meskipun perasaan cewek cenderung lebih lembut dan sensitif dibandingkan laki-laki, bukan berarti semua cewek cengeng kan? Lagipula, meskipun cengeng atau sensitif, nggak bikin cowok jadi kurang cowok kok. Hehehe

8. “Haha tunggu aja sampai dia sadar dari khilafnya terus mutusin kamu.”

Photo by Jean-Baptiste Burbaud from Pexels via www.pexels.com

Pernah nggak kamu melakukan hal ini? Ketika temanmu curhat tentang pacarnya, lalu kamu menanggapinya dengan bercanda yang nadanya menghina. Secara tidak langsung, kamu mengatakan bahwa sahabatmu nggak pantas untuk pacarnya, yang kondisinya lebih sempurna, entah itu terlalu cantik/tampan, lebih kaya, lebih pintar, dan sebagainya. Kamu mungkin hanya bercanda, tapi yang mendengarnya pasti merasa sakit hatinya.

9. “Masa’ sih cewek? Kok rambutnya pendek gitu?”

Photo by Tan Danh via www.pexels.com

Senafas dengan tipe joke nomor 7, inti joke ini adalah meragukan jenis kelamin seseorang. Mungkin karena orang yang dibercandai berpenampilan seperti laki-laki, lebih punya banyak teman laki-laki, ataupun bertingkah seperti laki-laki. Apakah benar dia cowok atau cewek harus dibuktikan dengan panjang tidaknya rambut. Duh!

10. Toyor-toyor kepala atau jokes fisik lainnya. Seremeh apapun, itu tetap melecehkan dan kurang sopan

Meski menoyor kepala sering terlihat cute saat dilakukan oleh sepasang kekasih, tapi nggak selamanya toyor kepala menjadi tanda romantis dan kasih sayang. Apalagi kalau nggak benar-benar akrab. Meski kamu nggak berniat melukai atau melakukan kekerasan fisik, bisa saja dia nggak suka dipegang-pegang kepala atau tubuhnya bukan?

Karena bully bisa tersembunyi dalam bentuk canda, kita harus mulai memikirkan setiap laku yang kita punya. Sesuatu yang kita anggap lucu belum tentu lucu juga untuk orang lain. Bukan karena dia kurang piknik dan kita yang selalu selow. Tapi memang persepsi masing-masing orang berbeda. Menjaga perasaan orang lain toh nggak ada salahnya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi

Editor

Not that millennial in digital era.