Biar Suksesmu Tak Hanya Soal Materi Saja, Kenali 5 Beda Antara Bekerja dan Berkarya

Oh, sudah kerja!

Kerja di mana sekarang?

Selain berkarir, bekerja jadi kata lumrah yang digunakan kebanyakan orang. Bekerja jadi sebuah keharusan untuk kamu yang dianggap sudah cukup umur, sebagai wujud kemandirian. Kebanyakan orang bekerja dengan tujuan tak lebih dari usaha untuk mencukupi kebutuhan hidup. Meski sebagian lagi beranggapan bekerja itu salah satu cara mencari pengalaman, belajar, dan bersosialisasi sebagai manusia.

Semantara kata “berkarya” terdengarnya masih terlalu ganjil untuk kebanyakan orang. Umumnya, berkarya dianggap soal penciptaan sesuatu. Tapi di luar semua presepsi itu, bekerja dan berkarya sebenarnya berpengaruh dengan bentuk kesuksesan yang kamu dapat. Kamu ingin sukses secara materi saja, atau secara pengalaman serta kepuasan batin? Sebab antara bekerja dengan berkarya ada perbedaan mendasar yang perlu kamu ketahui.

Seperti kata Buya, kalau bekerja sekadar bekerja. Kera juga bekerja.

1. Kerja bermodal kemampuan yang cakap saja cukup, tapi berkarya kamu juga perlu hati untuk melakukannya

kemampuan dan hati

Kemampuan dan hati via unsplash.com

Lulus sekolah atau kuliah, keinginan kebanyakan orang tak jauh dari bekerja. Kebanyakan urusan memilih pekerjaan pun tak lepas dari materi. Kebanyakan menganggap bekerja itu yang penting dapat uang, kebutuhanmu tercukupi dan akhirnya sukses secara materi. Membuat modal untuk bekerja itu sesederhana memiliki kemampuan yang cakap saja. Omong kosong dengan yang namanya passion atau renjana.

Sedangkan berkarya tak bisa hanya modal kemampuan saja, tapi hatimu pun perlu ikut andil memilihnya. Kamu ingin mengerjakan sesuatu yang benar-benar kamu suka dan membuatmu nyaman. Paling tidak apa yang kamu kerjakan tak terasa sebagai beban, tapi keasyikan tersendiri yang bisa membuatmu lupa waktu serta diri. Kamu pun tak peduli jika orang menganggapmu pilih-pilih soal kerjaan. Sebab kamu memang tidak bekerja, melainkan berkarya.

2. Bekerja menyelesaikan apa yang jadi tugas, sedang berkarya menciptakan sesuatu yang berguna dan punya “nyawa”

Antara menyelesaikan tugas, atau menciptakan sesuatu

Antara menyelesaikan tugas, atau menciptakan sesuatu via unsplash.com

Iya nih, ada tugas dari kantor yang harus diselesaikan.

Tugas ataupun deadline bukan hal yang tabu untuk para pekerja. Karena itu memang tanggungjawab dari kamu entah yang bekerja di perusahaan swasta, negeri, atau lembaga tertentu. Setiap harinya, tugas-tugas itu mengejar dan meminta kamu untuk segera diselesaikan. Pendapat kasarannya, setiap hari yang ada di kepalamu hanya kata menyelesaikan dan menyelesaikan tugas saja.

Beda lagi ceritanya dengan berkarya yang kegiatan setiap harinya pasti selalu fleksibel. Kamu tak terpaku dengan tugas yang sama setiap hari. Kamu selalu punya hal baru untuk dieksplor. Dan kamu punya banyak kesempatam untuk menciptakan sesuatu yang berguna untuk orang lain. Paling tidak hasil karyamu punya nyawa yang membuat orang bisa menikmati atau mengambil kebaikan darinya.

Seperti secarik puisi bertema sosial, yang disusun sederhana tapi sebenarnya sarat dengan banyak makna.

3. Jerih payahmu bekerja pada akhirnya untuk kepuasan atasan, tapi berkarya puasnya ya untuk kamu seorang yang rasakan

yang penting bos senang

Yang penting bos senang via unsplash.com

Pujian salah satu pertanda pekerjaanmu berjalan dengan semestinya alias baik. Juga sebagai gambaran kepuasan seorang atasan kepada anak buah. Seolah pencapaian terbesar dari bekerja selain urusan materi, ya urusan kesenangan si bos. Membuat sebagian orang rela melakukan bermacam-macam cara agar si bos pun segera puas.

Sementara untuk kamu yang memilih berkarya, soal jerih payah itu sesederhana merasakan bahagia diri sendiri, serta orang-orang di sekitarmu. Mengingat dalam berkarya bosnya itu tak lain dirimu sendiri. Kamu sendiri yang menentukan gambaran untuk hasil yang harus dicapai. Tanpa perlu terlalu bernafsu demi pujian atau kepuasan orang lain.

Terpenting karyamu ini bermanfaat untuk orang, meski tak bisa membuat semuanya senang.

4. Bekerja menuntutmu jadi seseorang yang perfeksionis, tapi berkarya mengasah selera dan pemikiranmu jadi lebih kritis

Bisa lebih kritis via unsplash.com

Atasanmu ingin kamu bisa memperlakukan klien dengan sangat baik, bisa menyelesaikan projek dengan nol kesalahan alias sempurna, bisa mencapai target yang sudah ditentukan setiap bulannya. Intinya bekerja menuntutmu jadi seseorang yang perfeksionis. Kamu tak bisa seenaknya, kalau ingin kehidupan karirmu di perusahaan ini selamat. Ada orang yang merasa tak masalah dengan keperfeksionisan.

Tapi ada juga yang menganggap kesempurnaan itu bukan segalanya. Sebab terkadang keindahan sesuatu terletak di kekacauan yang tak sengaja muncul. Kesempurnaan terkadang justru akan mengikis kekritisanmu. Kamu yang bekerja akan selalu mengikuti arus. Sedangkan kamu yang berkarya selalu punya cara untuk keluar dari arus dan mempertahankan semua rasa keingintahuanmu pada banyak hal.

Bekerja bisa saja membuatmu lupa diri. Tapi berkarya justru membuatmu semakin kenal dengan dirimu sendiri.

5. Kamu bisa bekerja dengan tujuan materi semata. Sementara berkarya tak hanya untuk kaya, tapi juga buatmu jadi manusia berbudaya

kaya atau berbudaya

kaya atau berbudaya via unsplash.com

Bekerja itu untuk cari uang. Setidaknya kebanyakan anak kecil pun diajarkan pandangan seperti itu oleh orang tuanya. Benar memang salah satu tujuan terbesar dari bekerja itu untuk kemapanan materi. Tapi berkarya, materi bisa saja masuk dalam tujuan yang kesekian. Tak peduli dengan ucapan orang, jika passion itu tak bisa cukup membiayaimu. Toh selama kamu berusaha, bukankah rezeki pasti ada.

Satu hal yang perlu kamu tahu, jika berkarya ini salah satu wadah untuk menjadi manusia yang lebih berbudaya. Pemikiranmu tak dibatasi oleh persoalan materi saja. Tapi juga persoalan mengembangkan kemampuan yang kamu punya sekarang. Setidaknya zaman sekarang berkarya tetap bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah. Semua kembali lagi bagaimana kamu mengemas karyamu jadi sesuatu yang menarik dan bermanfaat untuk orang lain.

Jadi, kamu termasuk generasi yang mana? Yang bekerja demi kesuksesan materi, atau yang berkarya demi kesuksesan di segala aspek? Sah-sah saja jadi orang keras kepala untuk hal semacam ini.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Tukang catat yang sering dilanda rindu dan ragu