Cowok Jantan Itu Mitos: Gak Bisa Nyetir, Gak Jago Olahraga, dan Gak Punya Cewek Itu Gak Papa!

Kalau mau melihat konstruksi gender yang populer di media selain “Cewek cantik adalah yang putih, langsing dan berambut lurus”, maka kalian para cowok gak perlu mencari jauh-jauh. Lihat saja dirimu sendiri. Citra ‘Jantan’ adalah merek dagang yang juga dijual pemasar melalui media arus utama. ‘Jantan’ diterjemahkan sebagai cowok tangguh, bertubuh proporsional (jika bukan berotot), sporty, dan tentunya tampan kebule-bulean. Sedihnya, ukuran ‘jantan’ di atas dipercaya sebagai standar yang sahih oleh sejumlah cewek dan cowok sendiri.

Meski belum bisa menyamai citra “cewek cantik” yang sudah jauh lebih matang di pasaran, pertumbuhan sebesar 23% atau Rp. 3 triliun  tahun lalu pada sektor men’s grooming membuktikan kalau promosi citra ini berhasil. Padahal promosi ini sama sekali gak mewakili cowok pada umumnya. Cowok yang gak suka olahraga, yang gak kuat, yang udah dari sananya kurus kering, yang gendut, dan yang gak ganteng kayak bule itu juga ada, lho.

Apa kabarnya cowok yang gak suka olah raga, apa kodratnya sebagai laki-laki berkurang hanya karena dia gak menyempatkan diri bermain futsal tiap minggu? Apakah cowok yang lebih senang memasak di dapur daripada memperbaiki atap yang bocor harus membuat jenis kelamin baru di KTP sebagai “Laki-Laki Tak Jantan”? Benarkah dunia lebih membutuhkan cowok ‘jantan’ daripada cowok real, dia yang bisa jujur pada dirinya dan orang lain; yang berani mengakui bahwa dirinya gak sempurna, yang tanpa malu mengusung wajahnya dan bukannya termakan apa yang dipromosikan media.

Buat kamu para cowok yang menolak untuk dikotak-kotakkan, buat kamu yang percaya bahwa ‘jantan’ adalah janji semu, ini pembelaan logis untukmu:

1. Jangan ukur kejantanan cowok dari seberapa sering dia keluyuran. Beberapa cowok menemukan kenyamanan justru saat berada di rumah.

Tidakkah kamu heran saat mendengar orang tua menyahut “Wajar, namanya juga anak cowok” saat melihat anak laki-lakinya pergi keluar malam-malam dan baru pulang menjelang matahari terbit? Jika keluyuran hingga pagi disebut wajar, maka anak cowok yang bersantai di rumah disebut gak wajar, gitu? Semestinya tiada penyematan istilah ‘wajar dan gak wajar’ untuk kebiasaan keluyuran seorang cowok. Jika seorang cowok berada di luar rumah hingga pagi, gak apa-apa, mungkin dia ada urusan di luar rumah. Barangkali situasi di luar rumah lebih menyenangkan baginya.

Begitu pula bagi cowok yang lebih senang “mengendap” di rumah. Kalau itu yang dia suka, ya gak ada masalah. Mungkin dia menemukan kenyamanan berada di dalam ruangan. Berada di tengah keluarga, menimbulkan rasa aman dan memberikan kehangatan. Siapa yang bisa menolak itu?

2. “Cowok kok gak bisa nyetir mobil?” Ya gak apa-apa! Ada banyak alasan mengapa seorang cowok gak bisa menyetir mobil, belum butuh atau belum berkesempatan belajar salah satunya

Lebih suka motoran

Lebih suka motoran via www.pinterest.com

Apa masalahnya dengan cowok yang gak bisa menyetir mobil? Para pabrikan mobil gak pernah membuat persyaratan kalau pengendara mobilnya harus cowok. Mobil dibuat untuk siapa saja, bukan cuma buat cowok. Orang yang memfatwakan bahwa cowok harus bisa menyetir mungkin harus mengubah pertanyaannya menjadi “kenapa belum bisa menyetir?” sebab tidak menutup kemungkinan kalau yang bersangkutan belum sempat belajar untuk mengemudi mobil. Ingat, gak semua orang bisa mencicipi nikmatnya berada di dalam mobil.

Mengemudi kendaraan bermotor memberi tanggung jawab besar bagi pengemudinya, bisa saja seorang cowok menolak untuk menyetir karena belum fasih betul dengan jalanan dan kendaraan. Daripada kelalaiannya membawa bencana bagi orang lain, maka sebaiknya dia mengaku gak bisa menyetir. Bukankah ini tindakan bertanggungjawab dari seorang cowok?

Lagi pula, beberapa cowok mampu menemukan kenikmatan berkendara dengan moda transportasi lain seperti motor, yang membawa kita ke poin berikutnya…

3. Ketika menunggangi sepeda motor, kebut-kebutan di jalan raya itu bukanlah bukti kejantanan — namun tanda kebodohan

Anti kebut-kebutan

Anti kebut-kebutan via prologuepictures.sg

Sama lucunya dengan istilah ‘motor jantan’ untuk sepeda motor berkapasitas mesin sedang-besar dengan tangki bahan bakar di depan selangkangan, kebut-kebutan sepeda motor di jalan raya gak akan membuktikan kalau kamu adalah laki-laki sejati. Memacu motor di tengah padatnya jalan raya tanpa memikirkan keselamatan bukanlah jantan, tapi bodoh.

Seorang laki-laki sejati sudah pasti akan memikirkan keselamatan dirinya serta keselamatan pengguna jalan lain. Keselamatan menjadi yang utama karena korban kecelakaan lalu lintas bukan hanya mereka yang tergeletak di atas aspal. Anak, istri dan anggota keluarga lain bisa menjadi korban tak langsung setelah ayah (penopang keluarga) harus terbaring di rumah sakit. Apa cowok-cowok yang mengaku ‘jantan’ di jalan raya tersebut pernah memikirkan hal ini?

Jika kamu butuh semburan adrenalin, jangan lakukan kebut-kebutan di jalan umum. Lakukan arena balap, biar dihajar sekalian sama pembalap di sana.

4. Kamu yang gak tahu-menahu soal mesin jangan merasa malu; pengetahuan di dunia ini gak seluas kap mobil. Semua orang punya spesialisasinya masing-masing dan yang pasti keahlianmu bukan di mesin

Bukan keahlian, gak apa-apa.

Bukan keahlian, gak apa-apa. via silfvercreations.com

Gak perlu malu dengan ketidaktahuan kamu soal mesin kendaraan. Bagi kamu yang masuk cowok kelompok ini pasti pernah mengalami motor atau mobilnya mogok tanpa alasan yang jelas. Kamu cuma bisa memastikan bahwa BBM-nya masih ada. Jika BBM masih cukup, kamu pura-pura memeriksa mesin, memastikan kabel dan aki masih terpasang supaya terlihat berusaha, padahal kamu gak tahu mau ngapain.

Tenang, kamu gak perlu malu dengan ketidaktahuanmu. Karena menemukan cowok yang serba bisa di segala bidang itu mustihal. Semua punya kelebihan dan kekurangan. Tiap cowok punya keahlian masing-masing, ada yang jago soal olah raga, ada yang jago di musik dan ada juga yang ahli pada bidang lain. Dan ketidakmampuan kamu dalam bidang mesin bukanlah bukti bahwa kamu bukan cowok sejati. Hanya saja, mesin bukan bidangmu. Pengetahuan di muka bumi ini gak selebar kap mobil, kamu tentunya bisa membungkam orang yang meragukan kamu dengan prestasi di bidang lain.

5. Lebih banyak menghabiskan waktu di dapur gak membuat kamu jadi kurang ‘lakik’, toh chef-chef top dunia adalah laki-laki dan mereka tetap sangar

Tetap lelaki

Tetap lelaki via www.chefjuna.com

Bicara soal keahlian berbeda dari masing-masing cowok, memasak adalah salah satu keahlian yang bisa dilakukan siapa saja, gak harus cewek, termasuk cowok juga bisa mendalami skill ini. Semua orang berhak menyantap makan yang lezat dan semua orang juga berhak berusaha menyajikan makanan tersebut. Berangkat dari alasan tersebut, maka gak ada lagi penghalang untuk kamu lebih sering nongkrong di dapur daripada nongkrong di tempat yang selama ini dikatakan ‘jantan’ banget seperti bengkel, misalnya.

Tanpa harus berkotor-kotoran dengan oli, kamu juga bisa menjadi master di satu bidang. Bungkam suara miring yang selama ini menyebut memasak adalah pekerjaan cewek dengan menyajikan masakan yang membuatnya mengemis untuk diajarkan.

6. Selalu merasa sungkan dan malu-malu saat bersama cewek? Jangan buru-buru merasa cemen, itu tanda bahwa kamu punya penghargaan yang tinggi buat dia

With respect

With respect via collider.com

Akui saja, kamu bukan seorang player jadi jangan berpura-pura untuk menjadi player. Jangan berlagak sok ganteng dan tebar pesona sana-sini jika kamu sendiri gak nyaman dan sungkan untuk berada di depan cewek. Gak usah mencoba menjadi orang lain, karena kejantanan gak diukur dari kegombalan kamu merayu lawan jenis. Hati-hati, karena rayuan gombal bisa menjurus pada perilaku gak sopan.

Perlakukan dia sebagaimana kamu memperlakukan cewek biasanya, dengan penuh hormat dan lemah lembut. Rasa malu itu wajar, apalagi kalau dia memang membuat jantungmu berdegub kencang. Cewek gak butuh cowok yang jantan yang bertingkah sok maskulin buat cari perhatian, yang mereka cari adalah cowok jentelmen atau setidaknya cowok yang berusaha bersikap jentelmen.

7. Kamu gak suka menonton film action dan gore/horror, bukan karena takut tapi kamu ingin mengisi otakmu dengan tontonan yang lebih berarti

Menonton yang gak ditonton orang lain

Menonton yang gak ditonton orang lain via anotherphotoeditor.com

Meski otak manusia adalah organ tubuh yang super canggih, kamu harus menghadapi kenyataan bahwa otak punya kapasitas terbatas. Karena limitasi tersebut, bisa saja ‘kan ada orang yang gak mau menyia-nyiakan storage berharga itu untuk film-film mindless and pointless soal aksi tembak-tembakkan antar agen rahasia, pasukan khusus yang meruntuhkan rezim tangan besi di sebuah negara atau film berdarah berisi potongan tubuh manusia. Bukan karena takut melihat darah, tapi karena kamu ingin menonton sesuatu yang lebih berarti.

Untuk itu kamu menonton drama biopik yang membuka pengetahuan baru soal sejarah yang terlupakan. Kamu menonton sci-fi yang gak hanya pamer efek spesial tapi juga mengaplikasikan teori sains dalam ceritanya. Serta untuk menyegarkan diri dari keseragaman Hollywood kamu memilih ke festival untuk melihat film dokumenter atau film beraliran art-house.

Temanmu akan berteriak “Apaan lo? Nonton film drama, cemen banget.” Namun kamu bergeming, karena tahu apa yang sebenarnya lebih otakmu pribadi butuhkan.

8. Kamu dituduh sebagai pengecut karena gak pernah terlibat perkelahian. Padahal kamu hanya ingin memecahkan masalah tanpa cara-cara kekerasan.

Tanpa kekerasan

Tanpa kekerasan via galleryhip.com

“Gak jantan lo kalau gak pernah berantem!”

Semudah itulah orang mengukur kejantanan: lewat kekerasan. Aksi memukul dan menerjang dibenarkan karena itu ‘jantan’. Apakah jantan bila membiarkan diri dan orang lain disakiti? Apakah jantan saat yang menang jadi arang dan yang kalah jadi abu?

Padahal yang kamu harapkan bukan adu jotos untuk memecahkan masalah. Kamu selalu berpendapat argumen bisa diselesaikan dengan diskusi yang berisi tanpa menghakimi dan tanpa memaksakan kehendak pada lawan bicara. Sayangnya, selama ini usaha kamu untuk berdialog dianggap sebagai “Banyak bacot, lo!” Padahal jika ada yang cedera dan harus dilarikan ke rumah sakit, siapa yang mau tanggung jawab?

Dari tulisan semoga kita semua mengerti bahwa ‘jantan’ yang selama ini dicari-cari hanya sebatas citra semu untuk menyeragamkan semua cowok. Nyatanya cowok gak bisa disamakan, gak bisa dikelompokkan. Satu-satunya yang sama dari mereka adalah mereka semua sama-sama unik.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Football, Music, Movie.