Dear Ladies, Hilang Keperawanan Tidak Berarti Kehilangan Segalanya. Sepenuhnya, Kamu (Masih) Berharga

hilang keperawanan bukan jaminan kamu tidak berharga

Di dalam masyarakat kita yang masih sangat menjunjung tinggi adat ketimuran, keperawanan dianggap segala-galanya. Moralitas, kualitas, layak atau tidaknya perempuan untuk dihargai dan dijadikan pasangan hidup bergantung dengan selembar selaput dalam vagina. Perempuan diibaratkan sebagai barang pecah belah, yang ketika pecah, maka dia sudah tidak berguna lagi.

Karena inilah, tekanan luar biasa hebat ada di pundak perempuan untuk menjaga baik-baik keperawanan. Tidak jarang, perempuan yang sudah kehilangan keperawanan dengan apapun alasannya, merasa dirinya sudah tidak berharga lagi. Hilangnya penghargaan terhadap diri sendiri, membuat perempuan begitu bergantung dan tidak bisa berdiri sendiri. Padahal selain keperawanan, masih banyak hal yang bisa dan harus dihargai dari perempuan.

Banyak faktor yang menyebabkan hilangnya keperawanan. Tak mesti tentang pergaulan yang kebablasan

"Keperawanan"

“Keperawanan” via broadly.vice.com

Sungguh tidak adil bila dunia itu begitu mempermasalahkan soal keperawanan, sekaligus tidak menganggap penting soal keperjakaan. Seolah kesucian hanya tentang perempuan. Beban yang dibawa perempuan sejak belum lahir ini membuatnya merasa bahwa seluruh hidupnya hanya tentang menjaga keperawanan. Karena inilah, banyak kasus pelecehan seksual yang tidak terselesaikan. Karena perempuan merasa hilangnya kesucian sebagai aib yang menunjukkan dirinya sudah tidak berharga. Hilangnya kesucian tidak selalu tentang pergaulan yang kebablasan. Hilangnya keperawanan, tidak selalu berarti bahwa kamu adalah perempuan jalang.

Kata orang harga seseorang ditentukan oleh keperawannya. Padahal tanpa itupun, kamu masih bisa melakukan hal-hal bermanfaat untuk dunia

Kamu masih bisa memberikan manfaat kepada dunia

Kamu masih bisa memberikan manfaat kepada dunia via www.volunteeringsolutions.com

Karena perempuan dianggap sebagai barang pecah belah yang sekali pecah maka hanya akan menjadi barang rongsokan, banyak juga yang merasa keperawanan adalah satu-satunya penentu harga seseorang. Tanpa itu, kamu sudah tidak bernilai, dan tidak berhak mengharapkan apa-apa. Padahal, selain soal keperawanan, hidup ini juga tentang bagaimana kamu bisa hidup sebagai manusia yang bisa bermanfaat untuk manusia lainnya. Meski kamu sudah tidak perawan, masih banyak hal baik lain yang bisa kamu berikan kepada dunia.

Kualitas diri seseorang tidak hanya ditentukan oleh status keperawanan. Di luar itu, kamu masih punya banyak kelebihan

Kamu masih punya banyak kelebihan

Kamu masih punya banyak kelebihan via www.dailydot.com

“Kini ku tak seperti dulu

Miliki apa yang kubanggakan

Sebagai wanita lagi seutuhnya

Yang hilang sekejap saja”

Kamu mungkin pernah mendengar sepenggal lagu milik Titi DJ itu di masa kecilmu. Ketika keperawanan hilang, sang perempuan dianggap bukan wanita lagi sepenuhnya. Apa yang bisa dibanggakan sudah hilang, dan dengan demikian, kamu otomatis menjadi manusia kelas rendah. Padahal kamu masih punya banyak keahlian lain yang bisa kamu banggakan. Kamu bisa berprestasi, kamu bisa melakukan banyak hal yang orang lain tidak bisa lakukan. Kamu masih bisa hamil dan melahirkan, kamu bisa menjadi ibu dan mendidik anakmu kelak. Lantas bagian mana yang membuatmu tidak lagi perempuan seutuhnya?

Menjaga kesucian itu penting. Tapi bukan berarti moralmu hanya ditentukan oleh satu hal itu saja

Moralmu tidak ditentukan oleh keperawanan

Moralmu tidak ditentukan oleh keperawanan via www.hercampus.com

Sekali perempuan tidak menumpahkan darah di malam pertama pernikahan, perempuan dianggap sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelumnya. Perempuan dianggap sudah tidak perawan, sekaligus tidak bermoral karena melakukan seks di luar pernikahan. Menjaga keperawanan memang penting, karena kamu tentu harus tahu sebatas mana yang boleh kamu berikan dan mana yang harus kamu pertahankan. Bukan untuk menyenangkan semua orang, melainkan untuk dirimu sendiri. Tetapi moral bukanlah hal yang sesempit itu. Moralitas meliputi bagaimana kita bersikap kepada diri sendiri sekaligus orang lain, termasuk pula bagaimana kita menghadapi suatu situasi. Rasanya telalu picik bila mendasarkannya pada satu hal saja.

Tak perlu mendengarkan kata-kata orang. Kamu sendiri yang tahu bagaimana dirimu dan apa yang kamu inginkan

Hanya kamu sendiri yang tahu dirimu

Hanya kamu sendiri yang tahu dirimu via opinion.al

Namun terlalu naif memang bila mengharapkan semua orang berpikir seperti bagaimana kita berpikir. Sekeras apapun kita berusaha berbuat baik dan memukau dunia, pasti ada saja yang merasa kita tidak layak. Karena itu, terlalu terpaku pada apa yang dikatakan orang adalah hal yang sia-sia. Kamulah yang paling mengerti dirimu. Di dunia ini, tidak ada orang yang pernah berdiri di posisimu. Apapun yang kamu lakukan dan apapun yang akan kamu lakukan, tentu kamu punya alasan, yang mungkin tidak perlu diketahui semua orang di dunia.

Setiap orang pernah melakukan kesalahan. Satu kesalahan tidak berarti semua tidak terselamatkan. Dirimu terlalu berharga untuk dikecilkan

Maafkan dirimu sendiri

Maafkan dirimu sendiri via custardbasket.tumblr.com

Ya, mungkin kamu pernah melakukannya, dan menyesalinya sekarang. Barangkali saat itu kamu terlalu terbuai cinta, atau apapun alasanmu, kamu menyesal telah menyerahkan kesucian. Menyesali perbuatan di masa lalu adalah hal yang wajar. Terutama bila kamu merasa itu bukan hal yang seharusnya kamu lakukan. Tapi setiap orang pernah melakukan kesalahan, bukan? Kamu tidak perlu minta maaf kepada dunia atas hal itu, tapi kamu harus memaafkan dirimu sendiri. Sekali melakukan kesalahan di masa lalu, tidak lantas membuatmu tidak berarti lagi.

Menjaga kesucian memang penting. Tetapi kehilangannya, bukan berarti kamu kehilangan segala yang kamu punya. Kamu masih punya banyak kelebihan, kamu masih punya banyak nilai yang bisa dibanggakan. Tidak peduli apa yang dikatakan orang, sebab orang yang bijak tentu tidak akan menilai seseorang hanya dari kondisi selaput daranya saja. Biar saja orang dengan pandangannya, karena yang lebih penting adalah bagaimana kamu memandang dirimu sendiri. Yang lebih penting, bukan bagaimana orang menghargaimu, tapi bagaimana kamu menghargai dirimu sendiri.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi