Hati-hati Dengan Mulut yang Kamu Punya. Kebiasaan Buruk Ini Bisa Membuatmu Sulit Dipercaya

Bila kamu terjun ke dunia sosial, bertemu dengan banyak orang dan berinteraksi, itu artinya dirimu akan masuk dalam sebuah panggung penilaian. Orang-orang yang berinteraksi denganmu akan menilai pribadimu orang seperti apa. Salah satu yang akan orang nilai darimu adalah tentang loyalitas. Apakah kamu orang yang bisa dipercaya atau bukan.

Apa yang kamu ucapkan bisa sangat mempengaruhi reputasimu. Sekali dua kali mungkin nggak terasa pengaruhnya. Tapi bila kamu lakukan terus-terusan, orang akan memperhatikan juga.

Contohnya adalah hal-hal di bawah ini, yang kalau terus-terusan kamu lakukan, kamu nggak akan dipercaya lagi.

1. Kamu sering mengomentari ini dan itu salah, tapi tanpa sadar kamu sendiri juga melakukannya

introspeksi dulu

introspeksi dulu via custardbasket.tumblr.com

“Ih sebel deh, udah tahu macet, masih aja nglaksonin. Woy diem woyy!”

*sambil mencet klakson berkali-kali*

Berkomentar memang jadi salah satu keahlian manusia. Tapi kadang kita nggak sadar kalau apa yang baru saja kita komentari negatif, sebenarnya sering juga kita lakukan. Misalnya ketika sedang naik kereta, kamu benci banget kalau orang maksa mendorong-dorong supaya bisa masuk. Kamu lupa, kalau kamu juga melakukan hal yang sama supaya kamu tiba di kantor tepat waktu. Dan bila itu terjadi, sebenarnya orang yang mengerti akan merasa kamu sangat konyol. Tapi ya itu, kamu nggak sadar. Karena itu, sebelum kamu komentar, sebaiknya kamu introspeksi diri dulu. Jangan-jangan kamu juga sering melakukan hal yang sama?

2. Kamu sering menyebarkan rumor yang belum jelas kebenarannya. Sebelum membuat kehebohan, sebaiknya dicek dulu ya

suka menyebarkan rumor tak jelas

suka menyebarkan rumor tak jelas via iphonea2.com

“Eh tahu nggak sih, si Ina mau cerai! Ce-ra-i!”

“Wah, beneran? Tahu dari mana?”

“Semalam baca twitannya tentang divorce-divorce gitu. Apa coba maksudnya kalau dia nggak mau cerai?”

Sebelum kamu menyebarkan informasi yang membuat kehebohan, ada baiknya kamu cek atau pastikan dulu kebenarannya. Jangan sampai yang kamu sampaikan itu ternyata hanya hasil asumsimu saja atau hasil dari kabar simpang siur yang tak jelas dari mana datangnya. Kalau sudah begini, ya susah orang untuk mempercayaimu lagi. Apalagi karena kabar yang kamu berikan lebih sering salahnya daripada benarnya.

3. Kamu sering inisiatif mengajak teman-teman untuk ini dan itu, tapi pas hari H, justru kamu yang nggak bisa

acara dicancel di detik terakhir itu menyebalkan

acara dicancel di detik terakhir itu menyebalkan via www.buzzfeed.com

“Eh, weekend nanti jalan yuk? Ke Bandung gitu.”

“Ah elo mah wacana doang. Rencana banyak, kagak ada yang jadi.”

Sekali lagi, hati-hati dengan apa yang kamu katakan. Kamu paling semangat dalam hal membuat rencana, dan paling heboh di antara semua. Tapi ketika yang lain sudah oke, dan sudah tinggal berangkat, kamu malah seenaknya bilang cancel. Kalau begini terus, lama-lama orang-orang akan menganggap ajakanmu angin lalu.

4. Kamu sering ingkar janji. Katanya datang jam 10, tapi jam 12 baru datang dengan seribu alasan yang sudah kamu rencanakan

telat melulu

telat melulu via lulufrost.tumblr.com

“Udah di mana? Gue udah di stasiun nih.”

“Hah? Lo udah di stasiun? Gue baru bangun ini.”

“Lha katanya ketemu jam 10?”

“Hehe iya tadi gue bangun kesiangan habis nonton drama Korea semalaman. Maaf yaa… gue siap-siap dulu deh.”

Sama seperti soal wacana, janji juga harus kamu taati dengan serius. Bila kamu menjanjikan A maka berikan A. Kalau kamu nggak bisa memberikan A, jangan bilang kamu akan memberikan A. Selain dosa karena janji adalah hutang, keseringan mengingkari janji yang dibuat sendiri juga akan membuat orang nggak percaya lagi. Lha mau bagaimana? Janjimu kebanyakan melesetnya.

5. Kamu sering cuci tangan saat ada masalah. Tapi setelah masalah itu berlalu, barulah kamu membuat komentar yang menyalahkan orang lain. Hai, tadi ke mana aja?

Menyalahkan orang lain

Menyalahkan orang lain via www.emlii.com

“Gue udah tahu sih bakalan begini. Coba kemarin kita nggak ke sini, pasti nggak bakal kena macet beg…”

“Kemarin kenapa diem aja woy? Di tanya pengin jalan ke mana, bilangnya terserah!”

Ini juga hal-hal yang sering terjadi keseharian. Ketika ada masalah, atau dalam masa pengambilan putusan, kamu akan cuci tangan dan bilang ‘terserah’. Tapi ketika keputusan sudah diambil, eksekusi sudah terjadi dan hasilnya nggak sesuai rencana, kamu akan memberikan komentar dengan nada menyalahkan. Mulai sekarang jangan lagi ya.

6. Kamu cerita-cerita ke orang lain tentang curhatan temanmu yang sebenarnya rahasia. Tambahan kalimat ‘tapi jangan kasih tau siapa-siapa ya’ nggak membantu apa-apa

"Tapi jangan bilang siapa-siapa ya..."

“Tapi jangan bilang siapa-siapa ya…” via www.hercampus.com

“Eh lo tahu nggak sih, si Toro itu bla bla bla… dia bilang sendiri ke gue kemarin. Eh tapi jangan bilang siapa-siapa ya!”

Meskipun cuma sekali, pasti ada yang begini. Ya kan? Ya kan? Hehe. Ketika teman ada yang curhat padamu mengenai persoalan pribadinya, entah itu ditambah embel-embel jangan bilang siapa-siapa ya atau nggak, kamu akan menceritakan curhatan itu ke teman yang lain. Tentunya dengan embel-embel ‘jangan kasih tau yang lain ya’. Kemudian temanmu akan menceritakan hal yang sama kepada yang lain dengan embel-embel yang sama pula. Ingatlah, saat teman curhat padamu tentang hal pribadi, artinya dia mempercayaimu. Jangan rusak kepercayaannya dengan menyebarkan isi curhatannya ke teman lain meski dengan embel-embel ‘ini rahasia ya’.

7. Saat kamu nggak senang dengan cara kerja temanmu, kamu bilang ke semua orang selain dia yang bersangkutan. Itu tandanya kamu punya dua muka

muka dua

muka dua via www.tellyouall.com

“Sebel banget deh gue! Si Ana situ nggak bisa kerja apa? Masa itungannya salah semua! Emang nggak niat sih kayaknya!”

“Lo udah bilang ke dia langsung?”

“Nggaklah! Males.”

Ketika berada dalam kelompok, entah itu dalam lingkungan kuliah atau kantor, nggak jarang kamu merasa nggak puas dengan hasil kerja rekanmu. Entah memang dianya nggak serius, atau entah dia memang nggak bisa kerja karena hasilnya salah semua. Jika ini terjadi, sebaiknya kamu bicarakan langsung dengannya. Jangan diam-diam saja, memasang tawa lebar saat berhadapan dengannya, tapi kamu mengumbar ketidakpuasanmu ke semua orang selain dirinya.

8. Kamu sering mencomot ide orang lain dan mengklaim itu idemu. Kamu lupa bahwa sekarang ini informasi bisa menyebar dari berbagai cara?

Cari ide sendiri!

Cari ide sendiri! via gowithepict.tumblr.com

Ini yang paling fatal. Mengklaim ide orang lain sebagai idemu adalah tindakan plagiasi yang ada hukumnya sendiri. Jangan kamu merasa bahwa kamu bisa diam-diam mencomot sebuah ide dari internet, yang kamu yakin teman-temanmu nggak ada yang tahu tentang situs itu, lalu mengakuinya sebagai idemu. Di era sekarang, informasi bisa dengan mudah tersebar. Sekali kamu ketahuan menjadi plagiat, seumur hidup kamu bisa menyandang hal itu, dan orang-orang tidak lagi mempercayaimu.

Sejak SD kita sudah diajari oleh kumpulan peribahasa Bahasa Indonesia, bahwa ucapan-ucapan seseorang bisa menjadi pedang bermata dua yang justru merugikan dirimu sendiri. Mulutmu, harimaumu. Meskipun begitu, kadang kita lupa, dan nggak pernah memikirkan apa yang kita sampaikan kepada orang. Kalau orang sudah nggak percaya, suatu saat kita butuh bantuan atau apapun, akan sulit juga untuk kita dapatkan. Jadi supaya orang-orang nggak ilfil padamu, jangan lakukan kebiasaan-kebiasaan di atas lagi ya!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi