Jadi Dewasa Itu Artinya Berdamai dengan Kekalahan. Ini 5 Hal yang Harus Kamu Relakan di Usia 20-an

Saran untuk berdamai dengan kekalahan

Tingkat kedewasaan dan kematangan seseorang tidak bisa dipatok dari sebatas berapa usia mereka saat ini. Ukuran kedewasaan terlihat ketika manusia mulai dihadapkan dengan realitas kehidupan yang tak selamanya indah dan penuh kemenangan. Sedari kecil terbiasa menerima kasih sayang dan perlindungan orangtua, sebelum akhirnya harus melepaskan diri menuju kemandirian, dan untuk akhirnya bertukar posisi jadi pelindung orangtua. Tak ada patokan umur yang jelas untuk gambarkan tahapan-tahapan itu. Ada orang yang mandiri lebih cepat karena ditempa keadaan, ada juga yang sampai tua masih haus perlindungan orangtua.

Advertisement

Jadi kalau ingin menilai sudah seberapa dewasakah dirimu, jangan hanya hitung pencapaian yang kamu raih. Penting juga untuk melihat bagaimana kamu menghadapi kekalahan dan tragedi dengan kemampuanmu sendiri. Jika dari kecil hanya menerima, sekarang kamu mulai harus belajar merelakan agar bisa sah disebut sebagai orang dewasa.

1. Dunia orangtuamu memang mungkin berpusat di dirimu, tapi di dunia yang sebenarnya tak begitu adanya. Bergaul dalam masyarakat sebagai orang dewasa, kamu harus ikhlaskan ego-mu

Tak bisa hanya pikirkan diri sendiri

Tak bisa hanya pikirkan diri sendiri via unsplash.com

Jika saat ini kamu adalah seorang yang masih susah untuk mengendalikan emosimu, maka secara tidak langsung kamu telah menunjukkan jika dirimu belum siap jadi pribadi yang dewasa. Pasalnya, seorang yang dewasa akan bisa mengatur segala emosi yang tengah dia rasa untuk kemudian di bawa dalam kondisi yang tengah dialaminya.

Ketika kamu sudah bisa mengatur emosi yang ada atau tengah bergejolak di hatimu, itu tandanya pikiranmu bisa diajak untuk tenang dan melanjutkan segala pekerjaanmu dengan baik. Dengan kata lain, tak ada hal yang perlu dikhawatirkan atau membahayakan dirimu, bahkan orang di sekitar. Sebab, pada prinsipnya, orang yang sudah bisa bersikap dewasa tak akan membuat sesuatu yang merugikan dirinya sendiri, terlebih orang lain.

Advertisement

2. Semasa kecil mungkin semua orang bersedia menunggu dan menemanimu dengan sabar. Keistimewaan untuk bersantai itu harus dilepas. Jangan terbiasa menunda karena sejatinya waktu tak menunggu untuk siapa pun

Jika tak berinisiatif akan tertinggal

Jika tak berinisiatif akan tertinggal via unsplash.com

Menggampangkan sesuatu atau menunda-nunda untuk melakukan banyak hal rasanya merupakan sikap yang tak pernah baik untuk dilakukan. Mungkin kamu juga tidak pernah menyadari jika hal tersebut bisa menjadi sebuah tanda kalau kamu belumlah terbentuk jadi pribadi yang matang.

Bukan tanpa alasan, seseorang bisa dianggap sebagai orang yang sudah matang ketika dia sudah mengetahui dengan baik hal-hal apa saja yang perlu dijadikan prioritas. Tidak hanya itu, memahami dengan baik apa saja yang perlu dituntaskan dan tidak lagi menundanya juga bisa jadi salah satu buktinya

3.  Hidup diantara berbagai sudut pandang, kebenaran mutlak itu makin sulit dicari. Tak mungkin kamu selalu benar. Maka, berani mengakui kesalahan adalah peraturan utama jadi orang dewasa

Pengakuan adalah langkah pertama untuk perbaikan

Pengakuan adalah langkah pertama untuk perbaikan via unsplash.com

Seringkali mengakui kesalahan menjadi sebuah hal yang rasanya begitu sulit untuk dilakukan bagi banyak orang. Entah karena memang tak ingin disalahkan atau karena tak ingin dianggap kalah setelah mengakui kesalahannya. Padahal dengan mau mengakui kesalahan atas apa yang sudah diperbuat bukan jadi sebuah masalah dan belum tentu menunjukkan kalau dirimu telah kalah. Selain itu, sebenarnya jika mau mengakui kesalahan secara tak langsung, kamu juga telah menunjukkan jika dirimu adalah pribadi yang dewasa.

Advertisement

4. Mengikhlaskan kenyataan bahwa waktumu tak akan ada untuk selamanya itu penting. Karena hanya dengan begitu kamu bisa bijak memanfaatkan waktumu yang tersisa

Waktu itu komoditi berharga

Waktu itu komoditi berharga via unsplash.com

Mengatur waktu dan bisa menghargainya akan menunjukkan kamu yang tak lagi bersikap kekanak-kanakan. Sesederhana kamu sudah tak lagi bangun siang atau memilih bergegas ketika sudah mepet dengan waktu yang kamu butuhkan, bisa jadi salah satu contohnya. Wajar jika semasa kecil kamu tidak menyadari betapa terbatasnya waktu yang sebenarnya kita punya di dunia ini. Toh hidupmu baru saja dimulai. Apalagi ketika  pengalaman sedang memuncak ketika memasuki masa keemaasan, semua orang ingin hidup selamanya.

Menerima kenyataan bahwa hidup kita pasti akan berakhir satu saat nanti dengan ikhlas, adalah gerbang kedewasaan. Pun tak ada yang bisa memastikan kapan akhir itu akan datang, memaksa tiap orang dengan kedewasaan untuk menghargai waktu yang ada. Jadi jika kamu benar-benar sudah dewasa, sudah tak masanya lagi kamu buang-buang waktu dengan percuma.

5. Tak ada manusia yang bisa terus jadi anak bawang yang hidup tanpa konsekuensi. Kamu tak bisa lagi gegabah membuat keputusan seenaknya, tanpa pikirkan imbasnya ke depan

jangan gegabah!

Tak bisa lagi seenaknya melangkah via positivetruth.com

Salah satu sikap yang menandakan seseorang telah dewasa adalah dia yang tak lagi gegabah dalam mengambil sebuah keputusan. Jika sampai saat ini kamu masih sering gegabah dalam memutuskan sesuatu dan tak lagi memikirkannya beberapa kali, maka kamu perlu memperbaikinya. Sebab, kamu tak akan bisa jadi dewasa ketika masih terus tergesa-gesa ketika perlu memutuskan sesuatu. Pribadi paham bahwa dibalik semua keputusan akan terdapat konsekuensi yang menanti. Jadi untuk bisa membuat keputusan hidup yang baik, kamu harus mulai bisa menimbang konsekuensinya sebelum melangkah.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penyuka kuning dan Kamu.

CLOSE