Bila 8 Hal Ini Masih Kamu Lakukan, Itu Tandanya Belum Dewasa. Malu deh sama Usia yang Sudah 26!

Bagi sebagian orang, umur 26 adalah usia emas-emasnya. Namun bagi sebagian yang lain, usia 26 justru hidup ini baru dimulai. Sudah saatnya kamu serius menjalani kehidupan, meski terkadang kebingungan menentukan arah masih sering kamu rasakan. Tak boleh asal-asalan lagi kali ini, semuanya harus dipikirkan dengan matang.

Advertisement

Selain menyimpan cerita tentang ekspektasi yang tak sesuai dengan realita, usia 26 juga menyimpan syarat yang harus kamu penuhi. Perubahan-perubahan kecil harus kamu lunasi, agar hidupmu lebih baik lagi. Kamu yang sedang berada di usia keramat ini, sudahkah berhenti melakukan hal-hal yang kurang dewasa ini?

1. Sudah bukan waktunya kamu merepotkan orangtua lagi. Putar kreativitas agar bisa membiayai hidup sendiri

Sudah waktunya mandiri secara finansial

Sudah waktunya mandiri secara finansial via stocksnap.io

Saat kamu sekolah dan kuliah, tentu hidupmu jadi tanggung jawab orang tua. Di masa-masa awal bekerja, mungkin dirasa tak mengapa sedikit minta subsidi pada orangtua karena gaji benar-benar cuma bisa sekadar lewat. Namun bila usiamu sudah 26, bukan saatnya lagi untuk menggantungkan diri pada orangtua. Tiba waktunya kamu mandiri, baik secara keputusan ataupun finansial. Bila belum bisa mencukupi kebutuhan orangtuamu, setidaknya kamu tidak lagi merepotkan ataupun menjadi tanggungan bukan? Kreativitas dan etos kerja harus dipupuk dengan rajin supaya bisa berkembang. Entah itu dengan melakukan penghematan atau mencari penghasilan tambahan, yang penting tidak lagi minta pada orangtua.

2.  Semakin kamu dewasa, seharusnya semakin pandai memisahkan keinginan dan kebutuhan. Biar keuangan tak lagi keteteran

Atur pengeluaran dengan membedakan keinginan dan kebutuhan

Atur pengeluaran dengan membedakan keinginan dan kebutuhan via magicmindz.wordpress.com

Supaya tidak lagi merepotkan orangtua, menerapkan hidup hemat adalah salah satu caranya. Apalagi bila saat ini kenaikan gaji masih sekadar wacana tak berujung. Dengan berhemat sehemat-hematnya, kamu bisa mencukupi semua kebutuhanmu. Siapa tahu juga, masih ada sisa yang bisa kamu kirim ke orang tua. Tapi namanya berhemat tentu tidak mudah.

Advertisement

Pertama-tama kamu harus menarik garis batas yang jelas antara keinginan dan kebutuhan. Ini penting karena terkadang muslihat dari diri sendiri menyamarkan keinginan menjadi kebutuhan. Padahal sebenarnya bila tidak dituruti pun kamu akan baik-baik saja. Membeli baju bermerek mahal sebulan sekali, adalah keinginan. Uang transport sehari-hari dan beli sepatu saat sepatu lama sudah tak bisa dipakai lagi, adalah kebutuhan. Kamu harus mulai belajar memisahkan dua hal ini.

3. Mandiri artinya tidak menggantungkan diri pada orang lain. Masih ragu-ragu ke mana-mana sendiri karena takut mati gaya?

Berhenti bergantung pada orang lain. Jangan ragu ke sana-sini sendiri

Berhenti bergantung pada orang lain. Jangan ragu ke sana-sini sendiri via stocksnap.io

Bagimu, jalan ke suatu tempat sendirian adalah ‘big No’. ‘Tengsin’ dong. Nanti orang-orang memandangmu dengan pandangan prihatin karena kamu dianggap kesepian dan tidak punya teman. Lagipula, nanti pasti akan mati gaya karena tidak ada orang yang bisa diajak bicara. Bila kamu masih remaja, bergantung pada orang lain seperti ini masih dimaklumi. Dengan alasan enggan bengong sendiri, kamu selalu mencari teman ke sana-ke mari.

Namun kini kamu sudah 26, masih juga takut akan mati gaya? Apa-apa menunggu ada temannya, pantas bila hidupmu tidak maju-maju. Apakah karena ini juga kamu selalu enggan mengemukakan pendapatmu, karena kamu tidak mau berbeda? Menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan. Menjadi dewasa, salah satunya dengan cara berdiri di atas kaki sendiri. Tak ragu ke mana-mana sendiri, ataupun mengemukakan pendapat meski tidak semua orang sepakat.

Advertisement

4. Weekend memang saatnya beristirahat. Tapi sebelum kamu tidur seharian, usahakan untuk olahraga dulu. Semakin tua harusnya bisa jaga kesehatan ‘kan?

Sepuluh tahun lagi kamu akan bersyukur karena menjaga kesehatan dari sekarang

Sepuluh tahun lagi kamu akan bersyukur karena menjaga kesehatan dari sekarang via unsplash.com

Bagi kamu yang bekerja keras lima hari seminggu dan delapan jam sehari, weekend adalah hari yang paling dinanti-nanti. Di weekend, kamu bisa bangun siang dan mengabaikan telepon dari atasan ataupun klien. Kamu bisa menyusun rencana menyenangkan untuk refreshing dan mengembalikan kewarasan. Namun sebelum kamu membuat rencana untuk mengisi weekend entah itu dengan tidur seharian ataupun hangout bersama teman-teman, sempatkan dulu untuk olahraga.

Apalagi bila weekend adalah satu-satunya kesempatan kamu bisa olahraga karena hari biasa, bangun tidur kamu langsung bersiap-siap kerja. Sekadar jogging lima belas hingga sepuluh menit sudah lumayan. Dirimu sepuluh tahun lagi akan berterima kasih bila kamu mulai memperhatikan olahraga mulai dari sekarang.

5. Mudah terprovokasi di media sosial jelas bukan tindakan yang dewasa. Sudah umur segini kamu harus bisa pisahkan antara emosi dan logika

Akhir-akhir ini media sosial menjadi sorotan. Persebaran informasi yang terkadang tidak dikonfirmasi kebenarannya hingga komentar-komentar yang bernada provokasi membuat media sosial menjadi tempat caci maki. Pertemanan yang terjalin lama bisa bubaran hanya karena pilihan cagub yang berbeda.

Namun bila kita cukup dewasa dalam bersikap, tentu persoalan-persoalan semacam itu tidak perlu terjadi. Dengan menyadari bahwa di media sosial informasi bisa berdatangan dari banyak sisi, dan tetap mempertahankan diri untuk berkepala dingin tidak mudah termakan omongan orang, media sosial akan tetap menjadi sarana mencari teman. Menjauhkan emosi sesaat dan mengedepankan logika membuat kita ‘selamat’ dari huru-hara.

6. Ngambek seharian hanya karena pacar lupa menanyakan kabar. Duh, mengharapkan pacar stand by 100 persen itu justru bunuh diri. Katanya mau sama-sama berjuang?

Predikat ‘pacar’ tak otomatis membuat pasangan berkewajiban melaporkan semua kegiatan harian. Ingat bahwa pasanganmu bukanlah tahanan kota yang wajib lapor setiap bulannya. Jangan hanya karena pacar lupa memberi kabar seharian, lantas kamu marah besar dan beranggapan dia tidak lagi sayang. Padahal kamu sebenarnya tahu bahwa pacarmu sibuk bekerja mencari bekal masa depan.

Di usiamu yang sudah 26 ini, tentu sebuah hubungan tidak lagi soal senang-senang sesaat saja. Meski belum memikirkan pernikahan, tentu berpikir ke depan sudah harus dilakukan. Karena itu, hubungan asmara kini bukan lagi soal mengumbar kata-kata sayang, tapi ada hal-hal lain yang juga harus dipersiapkan. Kamu tidak mau ‘kan pasangan yang 24 jam hadir untukmu, tapi tidak bisa diandalkan untuk menjadi pasangan yang layak diperjuangkan?

7. Selalu mengikuti trend pasaran supaya tak disebut ketinggalan zaman. Sudah saatnya kamu tentukan gayamu sendiri mulai sekarang

Tentukan gayamu sendiri

Tentukan gayamu sendiri via unsplash.com

Di usia 26 tahun ini, sudah bukan saatnya lagi untuk ikut-ikutan. Tren fashion baru yang ‘hits’ tak harus selalu diikuti jika itu justru membuatmu tidak jadi diri sendiri. Ada ponsel keluaran terbaru yang harganya hampir satu kali gaji, tak harus dipaksakan bila ponselmu yang sekarang sudah cukup mengakomodasi semua keperluan.

Tak perlu mengorbankan kenyamanan hanya supaya disebut keren dan tidak ketinggalan zaman. Sudah saatnya kamu mengenali diri sendiri, mencatat apa-apa yang membuatmu nyaman dan berkembang. Justru punya gaya sendiri yang membuatmu nyaman itu berarti kamu punya pendirian. Meski tak sesuai dengan perkembangan pasar, gayamu unikmu akan membuatmu terlihat seksi dan menarik.

8. Membuat resolusi hebat setiap tahunnya hanya untuk dipajang di media sosial. Resolusi sederhana saja, yang penting dikejar

Persoalan resolusi ini menjadi ‘hits’ setiap akhir tahun atau awal tahun tiba. Yang paling sederhana, ketika awal bulan tiba dengan hashtag #Welcome(sebutkan nama bulan). Semuanya diunggah ke media sosial supaya semua orang melihatnya. Mungkin juga sengaja diumumkan agar orang-orang melihatmu sebagai orang yang hidupnya sungguh terencana.

Namun untuk saat ini, tanyakan dirimu sendiri, dari sekian banyak catatan resolusi yang kamu unggah ke media sosial itu, berapa persen yang benar-benar kamu kejar dan kamu raih? Ataukah kamu hanya posting saja dan satu jam kemudian sudah lupa? Membuat resolusi tahunan memang perlu. Setidaknya kamu punya gambaran apa yang ingin dicapai di tahun atau bulan tersebut. Namun tak perlu muluk-muluk dan tak perlu diberitahukan ke semua orang. Cukup kamu saja yang tahu bahwa yang terpenting mimpi itu benar-benar dikejar.

Usia 26 memang membingungkan. Ada hal-hal yang tak sesuai dengan ekspektasimu sebelumnya. Ada hal-hal yang harus kamu relakan karena kenyataannya tak sesuai dengan harapan. Ada kebingungan yang harus kamu atasi sekaligus nikmati, terutama soal mencari arah hidup sendiri. Ada yang harus dibenahi dan ada juga yang harus dikejar setengah mati. Usia 26 memang bukan usia di mana kamu tahu segalanya. Namun di angka ini, banyak hal yang harus kamu perbaiki. Banyak hal yang harus dicari, karena kamu tidak bisa hidup sekadarnya seperti yang sebelum-sebelumnya.

Mulai serius ya! 🙂

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi

CLOSE