Waskito Jati, Anak Krapyak yang Diterima di Harvard Karena Kekuatan Doa

Man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.

Advertisement

Mencari beasiswa ke luar negeri bisa dikatakan susah-susah gampang. Susahnya kamu dihadapkan pada persiapan yang tidak sederhana. Toefl atau IELTS, motivation letter yang apik, hingga harus siap bolak-balik ke kampus lagi demi meminta surat rekomendasi dosen. Namun kesemua persiapan tersebut dapat terasa gampang jika kamu sudah bertekad kuat untuk meraihnya. Tentunya dibarengi pula dengan doa. Seperti halnya Waskito Jati yang berhasil meraih beasiswa dari Harvard University. Cerita perjalanan Waskito yang berhasil meraih beasiswa Harvard jika boleh diibaratkan dengan lagu, persis seperti Perjuangan dan Doa miliknya Rhoma Irama.

1. Waskito merintis mimpinya untuk berkuliah di universitas terbaik dunia sejak 7 tahun lalu. Kala itu mimpinya ia panjatkan dalam bentuk doa.

Berkuliah di kampus ternama dunia adalah doa yang ia panjatkan 7 tahun silam.

Berkuliah di kampus ternama dunia adalah doa yang ia panjatkan 7 tahun silam. via waskito_jati

Tujuh tahun lalu, saat masih menjadi siswa di MA Ali Maksum Krapyak, Waskito mulai menggantung mimpinya untuk berkuliah di luar negeri. Lebih tepatnya berkuliah di universitas terbaik dunia. Sebuah mimpi yang hanya bisa ia panjatkan dalam bentuk doa. Waskito bahkan merasa bahwa doa yang dipanjatkannya tersebut berlebihan. Meski begitu, ia kuat pada ketetapan hatinya untuk mewujudkan impiannya menjadi nyata.

2. Man jadda wajada, ungkapan dari sang Kyai yang menguatkan tekad Waskito untuk mulai mengusahakan impiannya. Belajar bahasa Inggris adalah langkah awalnya.

Ungkapan dari sang Kyai yang menyemangatinya.

Ungkapan dari sang Kyai yang menyemangatinya. via strivingmuslimah22.tumblr.com

Meski berkuliah di universitas terbaik dunia adalah mimpi yang ia pandang berlebihan, tapi ia berketetapan untuk mengusahakannya. Sebuah ungkapan dari Kyainya, yakni Man jadda wajada begitu menyemangatinya dalam meraih mimpinya itu.

Advertisement

Menimba ilmu di MA Ali Maksum adalah chapter penting dalam perjalanannya meraih beasiswa. Di sanalah ia mulai belajar mendalami bahasa Inggris dengan mengikuti tim debat bahasa Inggris. Adalah Ali al-Hussein selaku pembimbing Waskito dalam pelatihan debat bahasa Inggris. Setiap harinya ia beserta timnya berlatih bahasa Inggris dari selepas Isya hingga tengah malam. Latihan yang dilakukan Waskito dan timnya tak sia-sia karena mereka berhasil debat Bahasa Inggris se-DIY di tahun 2008. Tak hanya itu, ia juga berhasil mengikuti pertukaran pelajar ke negerinya Paman Sam.

3. Dalam mengusahakan beasiswa, kamu tak hanya butuh angan. Tapi kamu juga butuh perjuangan. Seperti halnya Waskito yang berjibaku dengan sulitnya tes GRE.

Meski tes GRE memiliki tingkat kesulitan berkali lipat dari IELTS, tapi Waskito gigih memperjuangkannya.

Meski tes GRE memiliki tingkat kesulitan berkali lipat dari IELTS, tapi Waskito gigih memperjuangkannya. via untemplater.com

Berkuliah di luar negeri pastilah dibutuhkan kemampuan bahasa Inggris yang memadai. Beruntung Waskito sudah memiliki kemampuan bahasa tersebut. Kemampuan bahasa itu jualah yang membawanya berhasil mengikuti pertukaran pelajar. Perjalanan Waskito mencari beasiswa masih terus berlanjut. Sempat beberapa kali gagal diterima beasiswa jenjang sarjana, Waskito melanjutkan S1-nya di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta jurusan Jinayah Siyasah di fakultas Syariah. Singkat kata, Waskito resmi menyandang gelar sarjana dengan IPK tinggi, di atas 3,8.

Untuk mewujudkan mimpinya berkuliah di universitas terbaik dunia, Waskito tak hanya wajib mengikuti tes IELTS, tapi juga GRE yang tingkat kesulitannya berkali lipat dari IELTS. Berkat usaha kerasnya menghapal 25 kosakata bahasa Inggris setiap harinya, ia pun berhasil lulus tes GRE dengan hasil yang cukup memuaskan.

Advertisement

4. Meski sempat beberapa kali mengalami kegagalan, Waskito mampu menata hati dan kembali mengusahakan impiannya.

Jika gagal, kamu hanya perlu menata hati.

Jika gagal, kamu hanya perlu menata hati. via www.movemequotes.com

Kegigihan, mutlak harus dimiliki oleh para pemburu beasiswa. Waskito adalah salah satunya. Kamu pantang putus asa ketika mengalami kegagalan. Mengikuti jejak Waskito yang menata hati pasca gagal menembus beasiswa LPDP. Meski sempat kecewa, pada akhirnya ia bertekad kuat untuk mengusahakan kembali mimpinya. Selepas ditolak LPDP, Waskito memutuskan untuk mendaftar di University of Chicago dan Harvard University. Karenanya ia pun mempelajari GRE dan berhasil melewati tesnya dengan nilai yang cukup memuaskan.

5. Hingga akhirnya kabar gembira dari Harvard datang dan kampus terbaik itu menerimanya sebagai mahasiswa.

Kabar yang membahagiakan dari Harvard untuk Waskito.

Kabar yang membahagiakan dari Harvard untuk Waskito. via www.facebook.com

Setelah berjibaku memperjuangkan tes GRE dan sempat kecewa ditolak LPDP, akhirnya kabar baik datang menghampiri. Di awal bulan Maret 2016 sebuah email dari University of Chicago menjadi angin segar bagi Waskito, ia diterima di kampus tersebut dan mendapat tawaran beasiswa sebagian, yakni yang menutupi 50% biaya pendidikannya. Kebahagiaan lain datang satu minggu kemudian ketika Harvard mengumumkan bahwa Waskito diterima di kampus tersebut. Terlebih ia dibebaskan dari biaya kuliah dan berhak mengantongi sedikit uang saku. Yeaaaay!

6. Menilik ke belakang, Waskito adalah mahasiswa yang tak hanya punya catatan akademis yang oke, tapi juga sederet pengalaman organisasi yang mumpuni.

Nggak cuma punya prestasi akademis yang oke aja, Waskito juga punya pengalaman organisasi yang mumpuni.

Nggak cuma punya prestasi akademis yang oke aja, Waskito juga punya pengalaman organisasi yang mumpuni. via www.facebook.com

Waskito tak hanya punya modal IPK bertingkat dewa, tapi juga segudang pengalaman organisasi yang mumpuni. Sederet prestasi non akademis yang berhasil diraihnya antara lain, mengikuti pertukaran pelajar ke Amerika Serikat, volunteer pada Bina Antarbudaya, Vice President untuk Bina Antarbudaya chapter Yogyakarta, Presiden IYAA, dan prestasi lainnya. Kamu bisa mengikuti jejak Waskito yang memperkaya pengalaman organisasi, bahwa kuliah itu tak semata hanya untuk nilai.

7. Kini Waskito sudah berhasil meraih mimpinya. Saat ini Waskito butuh dukungan dana untuk membiayain hidupnya selama menjalani kehidupannya sebagai pelajar. Seperti yang dia post dalam laman Facebook-nya berikut ini.

Petikan postingan Waskito di laman facebook-nya.

Petikan postingan Waskito di laman facebook-nya. via www.facebook.com

Sungguh akhir yang membahagiakan dari perjuangan Waskito dalam meraih beasiswa. Ia berhasil diterima program Master of Theological Studies (MTS) di Harvard Divinity School dengan jurusan Islamic Studies. Wah, selamat ya Waskito..

Pada laman faceboook-nya, Waskito mem-post status yang isinya berupa ucapan terima kasih atas ucapan selamat dan doa dari teman-temannya. Sekaligus juga menyatakan bahwa ia butuh tambahan dana untuk membiayai kebutuhan hidupnya selama mneimba ilmu di Harvard. Postingan Waskito tersebut memperoleh beragam dukungan dari banyak orang. Semoga saja dana yang dibutuhkan Waskito segera terpenuhi. Sehingga ia bisa segera berangkat untuk menuntut ilmu di salah satu kampus terbaik dunia tersebut.

Waskito adalah potret anak Bangsa yang gigih mengusahakan mimpinya untuk meraih beasiswa ke luar negeri. Yang ketika gagal ia sanggup menata hati kembali dan tak gentar mencoba kembali. Selamat ya buat Waskito yang berhasil meraih mimpinya, semoga kisah ini menginspirasi kamu yang juga tengah mengusahakan impian yang sama. 🙂

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Belum bisa move on dari Firasat-nya Dewi Dee.

CLOSE