Surprisingly, Memikirkan Kematian 5 Kali dalam Sehari Memberimu Kebaikan Ini!

Konon, ada satu ilmu yang paling sulit dikuasai di dunia. Uniknya ini bukan ilmu menjadi mapan atau kaya.

The hardest science in the world is to learn to be grateful.

Ada yang unik dari cara Bhutan, sebuah negara kecil di Asia Selatan yang terkenal sebagai salah satu negara paling bahagia di dunia. Banyak orang heran bagaimana negara ini bisa menjadi negara dengan tingkat kebahagiaan tertinggi di seluruh penjuru bumi? Kehidupan di sana sederhana, pembangunan infrastrukturnya juga tidak se-grand negara maju lain di luar sana.

Alih-alih mendengarkan semangat dari motivator ternama, Bhutan malah jadi negara penuh syukur karena mengingat kematian 5 kali dalam sehari.

Bagaimana bisa dan apa hubungan antara mengingat kematian dengan rasa syukur? Di sini Hipwee akan mengungkapkannya.

Bhutan, negeri yang namanya sering terlupakan di Asia Selatan. Tenang dan penuh keindahan alam

Cantiknya Bhutan..

Cantiknya Bhutan, negeri yang terlupakan. via www.huffingtonpost.com

Bagi sebagian kamu, negeri satu ini mungkin jarang kamu dengar atau bahkan belum pernah sebelumnya. Negara di Asia Selatan yang juga berada di antara India dan Tibet memiliki cerita yang unik.

Bhutan sendiri berbentuk kerajaan. Penduduknya sebagian besar tinggal di dataran tinggi tengah. Di mana bentang alamnya masih perawan dan udaranya minim polusi. Sebuah negeri yang damai untuk kamu yang tengah butuh ketenangan.

Tahukah kamu jika Bhutan menduduki peringkat pertama sebagai negara paling bahagia di Asia?

Senyumnya anak-anak Bhutan.

Senyumnya anak-anak Bhutan. via www.huffingtonpost.ca

Majalah News Times memposisikan Bhutan sebagai negara paling bahagia di Asia dan urutan ke-9 di dunia. Bagaimana tidak, di negeri yang beribukotakan Timphu ini tidak mengenal istilah kasta sosial. Semua orang bisa saling berbaur tanpa memandang kelas sosial. Pangeran kerajaan dengan asyiknya bermain dengan anak-anak dari rakyat biasa. Tak hanya itu, hampir semua penduduknya selalu mensyukuri hidup mereka hari ini. Karenanya kamu bakal merasakan energi positif jika berkunjung ke negara ini. Yup, penduduknya murah senyum dan memancarkan aura bahagia.

Percaya atau nggak, dalam budaya Bhutan, penduduknya diharapkan memikirkan kematian 5 kali dalam sehari

Mereka memikirkan kematian sehari 5 kali.

Mereka memikirkan kematian sehari 5 kali. via www.bbc.com

“Anda harus memikirkan tentang kematian selama lima kali setiap hari,” Ura menjawab. “Itu akan menyembuhkanmu.”

Karma Ura, Direktur Pusat Kajian Bhutan

Seorang jurnalis BBC – Eric Weiner melakukan perjalanan ke Thimpu. Ia mengalami penyakit yang membuatnya ketakutan, ia pun pergi memeriksakan diri ke dokter dan hasilnya ternyata ia baik-baik saja. Dokter yang sekaligus direktur pusat kajian Bhutan tersebut mengatakan kepada Eric bahwa ia sebaiknya memikirkan kematian lima menit sehari. Lho? Jadi, dalam budaya Bhutan, setiap orang diharapkan untuk memikirkan kematian lima kali sehari. Mungkin kamu bakal berpikiran bahwa itu menyeramkan dan terkesan pasrah.

Namun yang terjadi justru sebaliknya. Memikirkan kematian setiap hari justru malah bikin penduduk Bhutan bahagia dan mensyukuri apa yang mereka punya hari ini. Mereka juga memanfaatkan waktu dalam hidup dengan sebaik mungkin.

P.S: Pssst, negara Bhutan punya kebijakan Kebahagiaan Nasional lho!

Sebagai penganut Budha, penduduknya menganalogikan mengikhlaskan kematian tak ubahnya merelakan bajumu yang lama

Lagi, 1 dari 100 penduduk Bhutan adalah biksu.

Lagi, 1 dari 100 penduduk Bhutan adalah biksu. via www.jamesmorgan.co.uk

Bagi penduduk Bhutan, kematian adalah hal yang biasa dan merupakan bagian dari kehidupan. Kematian seharusnya bukan jadi sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Penduduk Bhutan yang mayoritas beragama Buddha juga percaya dengan adanya reinkarnasi. Tak masalah meninggalkan kehidupan saat ini, sebab masih bisa menjalani kehidupan di masa nanti.

Jika kamu tinggal di Bhutan, ketakutanmu pada kematian nggak boleh lebih besar dari ketakutanmu membuang bajumu yang lama.

Meski demikian, Bhutan tetap memberi ruang bagi penduduknya untuk berkabung saat ada seseorang yang meninggal. Di negara ini setelah seseorang meninggal, maka akan diadakan 49 hari berkabung yang disertai dengan ritual-ritual yang diatur secara rinci dan hati-hati. Kamu bisa belajar untuk bersedih secukupnya menghadapi kematian dari negara Bhutan.

Penduduk Bhutan pantang galau lantaran nggak punya smartphone baru, segala yang mereka miliki hari ini selalu disyukuri

Pengganti lampu merah di Bhutan.

Pengganti lampu merah di Bhutan. via funfacts.picescorp.in

Di Bhutan, kamu nggak akan menemukan orang yang bad mood hanya karena teman posting liburan di Path, bete karena tetangga punya smartphone baru, atau rasa kesal karena hal sepele lainnya. Penduduknya selalu mensyukuri apa yang mereka miliki hari ini. Tenang, mereka tetap mengenal teknologi kok. Namun, tidak sampai kecanduan, secukupnya saja.

Paham secukupnya saja juga tercermin dalam pilihan masyarakat Bhutan dalam menentukan fasilitas umum yang nyaman untuk mereka gunakan. Seperti gambar di atas, masyarakat Bhutan lebih nyaman diatur oleh manusia dalam hal lalu lintas. Penggunaan traffic light di Bhutan hanya berlaku selama 3 hari saja!

80% warganya bekerja di sektor pertanian. Mereka bahagia tanpa hingar-bingar kepemilikan

Sekitar 80% penduduk Bhutan bekerja di sektor pertanian.

Sekitar 80% penduduk Bhutan bekerja di sektor pertanian. via laichansee.aminus3.com

Salah besar jika kamu berpikiran bahwa penduduk Bhutan bekerja di sektor teknologi atau sains yang menghasilkan banyak uang. Nyatanya, sekitar 80% penduduk Bhutan bekerja di sektor pertanian. Kehidupan mereka sederhana saja, namun mereka merasa cukup dengan apa yang mereka punya saat ini. Anak-anak petani yang terlihat sangat sederhana justru dengan mudahnya tertawa lepas. Pemerintah yang baik, bentang alam yang indah, dan nilai kokoh yang diterapkan masing-masing keluarga berkontribusi pada kebahagiaan nasional.

Tertarik mulai memikirkan kematian mulai hari ini? Hal yang masih terasa jauh ini bisa membuat kita jadi manusia yang lebih baik lagi 🙂

Jangan sawan lagi ya saat memikirkan kematian.

Jangan sawan lagi ya saat memikirkan kematian. via www.anekdotique.com

Memikirkan kematian tidak ekuivalen dengan pasrah, melainkan menjadikanmu pribadi yang jauh lebih produktif dan nggak menyia-nyiakan waktu. Penduduk Bhutan sudah membuktikan ini. Jika ingin jadi manusia yang lebih baik lagi, kenapa kita tidak mencoba?

Yuk, merenungkan kematian sekali saja sehari ini. Mulai hari ini, Guys!

Suka artikel ini? Yuk follow Hipwee di mig.me !

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Belum bisa move on dari Firasat-nya Dewi Dee.