Apakah Kita Menjadi Beku Karena Lamanya Terbelenggu Oleh Jarak dan Waktu?

Entah

Hanya itu jawaban atas segala kebingunganku. Seperti yang kita tahu bahwa menjalani hidup seperti menaiki “roller coaster”. Melesat naik dan turun. Berputar 360 derajat tanpa kita tahu apakah kita akan tetap hidup atau bahkan mati sekalipun.

Banyak kejutan setiap harinya. Hari ini tersenyum, bisa saja keesokan harinya menangis. Tidak usah menunggu esok, ketika menit ini kita tertawa, bisa saja menit berikutnya kita kecewa bahkan marah. Hidup ini memang terlalu lucu untuk dinikmati. Seperti apa katamu kita harus bisa menerima setiap kemungkinan terburuk dalam hidup kita. Apapun itu, termasuk cinta.

Kita lemah? Tidak, membicarakan cinta bukan berarti kita lemah. Tetapi kita justru ingin tahu seberapa besar kekuatan cinta itu. Katanya luar biasa? Benarkah?

Entah kapan dan mengapa kita bisa terjebak dalam kebekuan. Apa ini semua terjadi karena lamanya kita terbelenggu oleh jarak dan waktu? Bisa jadi iya. Oh ya, cinta bukan soal sukacita saja tapi juga dukacita. Tidak hanya manisnya perjalanan hidup saja yang kita bagikan kepadanya tapi juga pahitnya.

Dalam hitungan menit setelah baru saja kita bercanda, kini aku lebih sering terpaku dalam diam. Diam dalam kebekuan seperti yang kita rasakan. Mau menyapa saja rasanya terlalu aneh menurutku. Aku masih belum menemukan alasannya.

Ya semua terasa luwes ketika raga ini bertemu. Semua terpajang manis dalam gambar. Terlihat jelas rona bahagia dan juga tatapan yang mengatakan “Aku tak akan kemana-mana. Aku ada untukmu, aku di sampingmu”. Seandainya saja hal itu selalu bisa kita rasakan terus menerus ketika raga ini tak di sampingmu.

Jantungku terasa makin berdegup lebih kencang daripada biasanya. Ya aku akan bertemu dengannya. Aku akan bertemu dengan orang yang berjuang sepenuh tenaga. Aku baru menyadari hal itu. Aku melihat wajahnya dari balik kaca jendela mobil. Ia tersenyum kepadaku dan mengatakan “Akhirnya”.

Aku tahu betul ia sungguh lelah. Aku janji, aku juga akan berjuang seperti ia berjuang untukku. Atau kamu yang hobi datang tiba-tiba di depan rumahku tanpa sepengetahuanku. Hal seperti itu yang bikin aku seperti jatuh cinta lagi.

Ketika kamu juga tiba-tiba datang dan hanya sehari saja kamu meluangkan waktu. Waktu itu kamu mentraktir donat kesukaanku sejak kecil. Sambil menanti waktu gelap, aku dan kamu membicarakan soal masa depan yang entah kapan berakhirnya. Rasanya seperti sinetron saja yang bersambung terus-menerus.

"Aku tak apa, aku hanya ingin kepastian saja” kataku sambil menatap lekat-lekat wajahnya. Aku tahu sungguh, ada tatapan kekhawatiran di sana. Sayang, kamu jangan takut. Aku bersabar menunggumu. Aku ingin denganmu, bukan dengan yang lain. Perjalanan cinta tak selalu mulus. Ada kalanya melewati bebatuan yang sulit dilewati. Kami pun pernah merasakannya.

Sore hari jam dinding menunjukkan pukul 14.30 WIB. Seharusnya aku sudah mulai melakukan perjalanan untuk menjemputmu di Stasiun. Aku ingin menjemputmu di sana. Aku ingin bisa memelukmu seperti pasangan lain yang bahagia bertemu dengan pasangan jarak jauhnya. Namun perasaanku mengatakan bahwa ini tak akan berhasil.

Aku yang sudah siap untuk berangkat menjemputmu, menatap sedih kaca jendela rumahku. Di luar sana guyuran air hujan masih sangat deras. Sampai akhirnya jarum jam menunjukkan pukul 15.00 WIB. Dering telponku mengejutkanku.

Aku angkat dan kukatakan dengan nada penuh kekecewaan

“Hujannya masih deres banget, Mas. Terus gimana?”.

Dia pun mengatakan “ya sudah, kamu duduk manis di rumah. Aku pulang naik taksi. Oke?”

Tahun pertama memang semua terasa lancar, aman dan terkendali. Tahun kedua, mulai ada perdebatan hal-hal kecil. Kembali lagi ke sebuah kepercayaan kepada pasangan, itulah yang membuat kami bisa bertahan hingga sekarang. Semarah apapun kamu terhadap pasanganmu, jangan pernah untuk menyudahi semuanya.

Percayalah bahwa ia yang kau cinta masih menyimpan namamu baik-baik. Percayalah, masih banyak rencana kebahagiaan yang ia siapkan untukmu, untuk hubungan kalian. Ia juga merindukanmu, hanya saja tidak tahu harus berbuat apa. Ini adalah titik jenuh. Jangan takut dengan jarak. Berilah ia sesuatu yang indah dan baru. Buatlah ia kembali menyadari bahwa kamu ada untuknya. Selalu ada untuknya.

Tetaplah bertahan, jangan pergi. Tetaplah di situ, di tempatmu, menantinya. Tetaplah yakin bahwa kalian bisa lebih baik dari ini. Berproseslah bersamanya dengan sabar. Hal itu akan kau ingat saat kau dan dengannya bisa meraih apa yang kalian inginkan kelak. Kalian akan ingat betapa perihnya dulu pernah berjuang untuk tetap bertahan pada jarak dan waktu.

Selamat berjuang, para pejuang LDR.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Guru SD | Hobi menari

10 Comments

  1. Vella Ariska berkata:

    selalu ingin menyudahi ketika selalu ada orang ketiga yg datang mengusik dan dia mempersilahkan..

  2. Salis berkata:

    Its really hard
    Saat kita sudah trbiasa dgn jarak n waktu dtambah kesibukan rasanya sngat berat untuk percaya bahwa krena kesibukan’a hingga lupa mmberi kabar n mmbuat kita brpikir masihkah kita jdi prioritas dhidupnya??

  3. Anthy Aunthy berkata:

    ketika jarak memisahkaan kepercayaan,dan kesetiaan berulang kali diuji,bukan laagi tentang cinta tapi tentang titik jenuh keaadaan..