Ayah, Maafkan Aku, Aku Mencintaimu

Ketika pelita kehidupan itu padam, maka apa yang terjadi?
Kegelapan yang akan datang.
Ketika "sang motivator" itu berhenti memotivasi, apa yang terjadi?
Kehilangan arah dan keraguan akan menghampiri.
Ketika sosok "ayah" pergi untuk selamanya, apa yang terjadi dengan anak-anaknya?

Semua yang hidup pasti akan mati dan kembali kepada- Nya.
Mungkin Tuhan lebih menyayanginya dibandingkan kami.
Namun, penyesalan pasti terjadi, sikap kita dalam memperlakukannya tidak seperti seperti sikapnya memperlakukan kita.

Ayah memang tak seperti ibu yang mengandung kita selama 9 bulan,
tak seperti ibu yang memberi ASI sejak kita hadir kedunia.
Ayahpun tak seperti ibu yang mengajari kita banyak hal dari yang sepele sampai hal yang besar.

Tapi, apa kalian tau yang dilakukan ibu tak mungkin tanpa campur tangan ayah,
Ketika ibu mengandung, siapa yang mencukupi kebutuhannya?
Ketika ibu melahirkan, siapa yang membantunya mencuci pakaian?
Begitu besar pengorbanan ayah, tapi tak jarang kita memperlakukannya dengan kurang baik.

Pernah kalian berpikir bagaimana perasaannya ketika harus menahan rasa rindu untuk bertemu dengan anak-anaknya? Sedang ia harus lembur di kantor dan ketika ia pulang, mereka semua sudah tertidur lelap karna lelah bermain seharian.

Sekarang kita yang akan menahan rasa rindu itu karena kini sosoknya sudah terkubur bersama tumpukan tanah.
Kini, tak ada lagi handphone berdering tanda pesan masuk yang isi pesannya "Ayah lagi jalan pulang, tunggu yah".
Kini tak ada lagi momen di mana kita menunggu suara motor itu datang, suara motor yang khas dengan decitannya karena remnya sudah rusak
Kini tak ada lagi suara ketukan pintu dan suara salamnya.
Kini tak ada lagi yang ditunggu kepulangannya yang lebih awal di Sabtu malam.
Kini tak ada lagi yang akan kita sambuti dengan teriakan "ayah pulang".
Entah siapa pula yang akan membangunkan di tengah malam minta dipijit badannya karena merasa pegal-pegal,
dan entah siapa pula yang akan direbutkan pipinya untuk dicium ketika akan pergi ke kantor.
Mungkin itu semua hanya akan menjadi cerita.

Tuhan, jagalah ia di samping-Mu, Kau lebih menyayanginya.
Sampaikan maafku padanya dan katakan padanya aku mencintainya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Hobi Fotografi Hobi makan Hobi Nulis Hobi Hunting bareng doi & kawan, Nekad traveler

3 Comments

  1. Nur Hayati berkata:

    Memang terkadang,kita baru menyadari arti sebuah sosok setelah kita kehilangan sosok.
    Aku memang tak pernah seperti itu, bahkan sangat dekat dengan ayahku. Namun, kepergiannya membuat hari2 ku sebulan penuh dengan tangis kerinduan.
    Maka nya setiap ngeliat teman yang merasa terganggu setiap ayahnya menanyakan kabar mereka, aku selalu bilang kalian beruntung dan jangan pernah jahat sama org tua. Karena kalian belum merasakan bagaimana nntinya kalau mereka tak ada, karna mereka sangat berarti.
    Ceritanya bikin aku meneteskan air mata ka..
    Pas bagian tak ada lagi yang bisa lagi minta dipijitin, dengar suara motor..
    Seketika kangen sama ayah.