Ayah, Maafkan Aku Yang Sering Melupakanmu

Ini semacam surat terbuka untukmu, Yah. bahkan ini surat cinta pertamaku untukmu.

Ayah, apa kabar? Walau kita tinggal satu atap, aku jarang menanyakan kabarmu. Tetapi aku tak pernah absen menanyakan kabar pacarku, seolah aku cemas bila ia tak mengabariku satu hari saja.

Ayah, sudah makan? Lagi-lagi dengan alasan klasik bahwa yang bertanggung jawab atas keperluan Ayah ialah Ibu. Namun aku selalu bertanya kepada pacarku apakah ia sudah makan, berharap bahwa ia senantiasa sehat.

Ayah, bosan ga dirumah terus? Aku memang jarang pergi bersama Ayah, terakhir kali ketika aku menemaninya kondangan. Lagi-lagi aku bertanya pada pacarku, kamu ga bosen di rumah? Main yuk. Lalu kami menghabiskan waktu di luar rumah seharian.

Mungkin jika Ayahmu bisa menuntut, ia ingin anak gadisnya juga memperhatikan ia sama seperti kamu yang memperhatikan lelaki yang belum jadi siapa-siapamu itu. Ayah memang sosok yang sebenarnya senang jika kamu menemukan seorang teman lelaki yang kamu anggap baik, namun seringkali ayah merasa cemburu tetapi ayah tak ingin seperti pacarmu yang ketika cemburu ia langsung bilang blak-blakan.

Suatu hari, aku pun menangis. tak ingin keluar dari kamar serta tak ingin makan. Lalu siapa lelaki yang paling khawatir jika anak gadisnya seperti ini? Ya, AYAH! Dengan lembut ia mengusap air mataku dan membawakan makanan kesukaanku walau bukan ia yang memasak.

Ayah ingin aku berterus terang mengapa aku seperti ini. Lalu aku menceritakan yang sebenarnya terjadi dan Ayah hanya berkata "Janganlah dendam kepada ia yang telah meninggalkanmu, ia hanya tak tau caranya memperlakukan anak gadis Ayah dengan lembut, ya seperti Ayah saat ini".

Aku tau saat itu juga Ayah merasa kecewa kepadaku dan kepada laki-laki yang sempat menjadi pilihanku. Ayah kembali mengusap rambutku dan berkata, "Suatu saat akan ada sosok yang pantas mendampingimu, cukup kamu memantaskan diri".

Dan aku hanya bisa berkata "Ayah, apapun yang kau katakan akan aku turuti. Restumu adalah restu Allah juga. Ayah, Maafkanlah aku yang sering melupakanmu, Terima Kasih telah menjadi malaikat pelindungku". Lalu aku memeluknya hingga ku terlelap.

Ayah, tolong ajarkan aku sepertimu. Yang tak mudah cemburu dan pendendam.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kisah sedih, alunan gitar, dan aroma cokelat.

3 Comments