Dahulu Terlalu Sempurna, Tak Ada yang Mampu Menemukannya

Gemerisik daun nyiur tergisil angin mengeluarkan suara nyilu. Dentuman gergaji kayu saling menyahut, terbawa angin mengemakan suara. Potongan kayu Cihu hasil belahan menjadi simpuhannya. Sinar surya tak terlalu terik tapi dengan sekejap menyeringkan benda sinarannya. Didepan tampak gadis dengan tatihan menjadi pelah, sorotan sedikit memudar, dan rebahan semakin terebah. Tampak kerutan di keningnya, buliran peluh menuruni matanya, semakin membesar mengalir kepelipis wajahnya, semakin menjadi hingga penglihatannya menjadi terduakan, semakin mendua hingga samar, sayup-sayup meredup.

Tentang kisah-kisah serpihan kayu hasil gergaji yang berserakan, tentang kayu sungkai tempat baringannya, tentang buliran keringat di sudut bola matanya, tentang letih tapakan hingga semakin letih.

Dia selalu bercakap ”Tidak ada yang memindahkan, hanya dirimu yang perasa”

Semakin menyahut ”Jadilah asing tak perlu mengasingkan”

Semakin membentak ”Bukan aku yang memintakanya, tapi dia yang berpindah”

Hingga tertunduk ”Bukan kami yang bersalah, tapi dirimu yang membuatnya”

Kini si gadis diam ”Semuanya sudah hilang, jangan menghilangkan dirimu sendiri”

Potongan bercakap terputus, dengan sepatah kata ”Diam disini jangan bepindah”

Tentang kayu meranti tempat pembaringnnya, buliran hujan membahasi rahangnya, sumringahnya tawanya.

Tentang kayu mahoni sang peradunya, buliran pasir di padanganya, hingga wajah beku di rekahan bibirnya.

Tentang Kayu Bangkirai bukan tempat ambennya melainkan tempat persinggahannya—dan tidak begitu lama meninggalkan suatu sayatan*irisan bejana.

Tentang Kayu Jati dan kelunya. Seratnya, Guratannya dan teksturnya, Jati engkau sungguh mempesona. Karaktersitik stabil, kuat dan tahan lama, menjadi pilihan orang-orang untuk membangun peraduannya. Sang kayu kukuh terhadap rayap, serangga, jamur karena di dirinya terdapat minyak pelindung raganya. Tapi kini Kayu Jati telah menjadi ruang tinggal-tempat perteduhan yang menginginkanya ketika melihatnya.

Dia terlalu sempurna ketika tak ada yang menjumpai buliran liat di sudut tatapanya, sesampai aliran mengental menempel lekat di guratan anggun*indah peraduan kayu Jatinya-seolah terdapat gesture sosoknya. Alangkah nelangsa duhai Jati pemburu ruang tunggu. Terkini tak sadar sang gadis tepat meringkuk di sela-sela guratan eloknya. Kesemuanya kembali remang-remang hingga menjadi benang ataupun ketika terbuang akan menjadi bubur kertas-media yang takkan kandas selalu diseru. Keseluruhannya kembali berwujud kunang-kunang datang di kebun jati di kala malam hari lenyap di keesokan hari. Hingga semuanya jelas sungguh indah kondisi sampai tak seorang menjumpai.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

SMA Negeri 1 Muara Enim Alumnus MPKD UGM