Dear Pejuang PTN: Impian Wajib Dikejar, Tapi Tuhan Tetap Penentu Kehidupan Kalian

Untuk pejuang PTN

Hari terus berlalu, kini tahun sudah berganti. Teruntuk adik-adikku yang kini sibuk mempersiapkan diri untuk mendaftar perguruan tinggi, di sini aku manusia yang belajar dari pengalaman akan membagikan sedikit kisah untuk kalian. Semoga kisahku ini dapat memotivasi kamu sekalian.

Advertisement

Satu tahun yang lalu, beban terberat dalam hidupku adalah memikirkan perguruan tinggi. Setiap hari aku merasa dikejar oleh waktu. Seolah mereka memaksa agar aku segera menentukan pilihan. Bicara tentang impian, aku sudah mempunyai impian bisa berkuliah di kampus ternama, Universitas Indonesia, sejak aku duduk di bangku kelas 11. Setelah aku memutuskan untuk mewujudkan impianku, setiap waktu luang aku menghabiskan waktu di depan laptop untuk sekedar mencari informasi apapun yang berhubungan dengan UI. Seperti yang dilakukan kebanyakan orang, aku menulis impianku dan ku tempel di dinding kamar. Malam hari sebelum tidur, pagi hari saat bangun aku selalu memandangnya hingga sudah menjadi kebiasaan.

Singkat cerita, musim pendaftaran perguruan tinggi datang. Di saat kebanyakan temanku mendaftar ikatan dinas, swasta, maupun diploma, aku tetap berpegang pada impianku, Farmasi UI. Hingga tiba saatnya jalur SNMPTN dibuka, barulah aku mendaftar. Dengan mantap aku mengisi pilihan pertama dan kedua adalah UI. Satu bulan kemudian, saat pengumuman SNMPTN, aku ditolak. Tidak hanya ditolak pilihan pertama dan kedua, bahkan pilhan ketiga.

Sedih? Tentu.

Advertisement

Semua telah berlalu. Aku mencoba mengikuti jalur SBMPTN. Dalam waktu sebulan, aku belajar sungguh-sungguh supaya bisa lolos seleksi tertulis ini. Dan pilihanku tetap pada UI. Aku memilih lokasi ujian di Malang. Satu bulan kemudian saat pengumuman, lagi-lagi aku ditolak.

Demi cita, tentu saja perjuanganku belum berakhir. Aku masih mengikuti jalur mandiri SIMAK UI dan memilih lokasi ujian di Yogyakarta. Satu bulan kemudian, sama. Sku ditolak lagi.

Advertisement

***

Apakah aku menyerah? Saat itu sebagian besar teman-temanku sudah mendapatkan kampus yang mereka impikan. Sedangkan aku? Aku menangis dengan impian yang bertahun-tahun aku jaga. Semua jalur untuk masuk UI sudah ku coba, dan Tuhan belum berkehendak. Aku mulai membangun semangat untuk mendaftar ke universitas lain. Dengan berbekal nilai SBMPTN yang aku tidak tahu berapa, aku mendaftar di dua tempat sekaligus: ITB kampus Cirebon, dan UNS. Tak hanya itu, aku juga mendaftar kampus swasta, UII.

Nasib baik ternyata tak jua berpihak padaku. Apakah kalian tahu? Aku pun ditolak di ketiga kampus tersebut.

***

Di saat itu, aku tidak mau untuk mendaftar kuliah lagi. Aku tidak mau melihat soal-soal lagi. Setiap malam saat aku salat tahajjud. Aku bertanya kepada Tuhan. Rencana apa yang sedang Kau buat untukku? Dan aku tak bisa menyalahkan siapapun atas kejadian ini. Hingga pada akhirnya aku mulai mencoba untuk berdamai dengan keadaan. Aku mendaftar sekali lagi, SPMU UNNES. Dan saat aku melepas semua keresahan, mencoba ikhlas atas semuanya, aku diterima. Teknik Kimia S1, UNNES. Alhamdulillah.

***

Bukankah hidup ini sungguh indah? Ketika aku mencoba menggenggam impian, justru mereka pergi begitu saja. Meremukkan impian itu sendiri tanpa tersisa. Tapi, hal yang tidak pernah aku bayangkan justru datang dengan mudahnya. Teruntuk adik-adikku yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi, ingatlah bahwa kegagalan bukan akhir dari segalanya. Allah tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan manusia. Jangan pernah menyerah dan tetap semangat ^^

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

Not that millennial in digital era.

4 Comments

  1. Yerikho Ristian berkata:

    Mantap Mos artikele (Y)

  2. Selvi berkata:

    Mos luar biasa, aku terharu bacane mos :”(

  3. Tri berkata:

    💜💜💜💜

CLOSE