Good Luck or Bad Luck?

Ada sebuah kisah di masa lalu. Tentang kehidupan seorang anak. Pada suatu hari Nana, nama gadis kecil itu, ia barusaja mendapatkan ijazah kelulusannya dari sekolah Taman Kanak-kanak. Ia dan teman-temannya terlihat begitu bahagia.

Advertisement

Beberapa hari kemudian ia tersadar, bahwa orang tuanya dan orang tua sahabat-sahabatnya yang belum mendaftarkan putra putrinya ke sebuah Sekolah Dasar. Mereka bingung dan cemas. Baru setelah keesokan harinya mereka bertemu beberapa kawan lainnya juga belum mendapatkan tempat pendidikan baru.

Sekolah Favorit. Sekolah Terbaik. Begitulah mereka menyebutnya. SDN Bina Bangsa dan SDN Nusantara, sebut saja begitu. Yang pertama adalah sekolah terbaik pertama dan yang kedua adalah rivalnya yang sedikit kalah dalam poin kecil. Namun kedua terakui keunggulannya.

Seluruhnya bersemangat menuju Sekolah Bina Bangsa tersebut. Berharap pilihan pertama itu benar-benar menjadi milik mereka. Meski pun Sekolah Nusantara juga terkenal baik, tetap saja mereka berjuang untuk yang pertama. Dua berkas pendaftaran masuk SD milik Nana telah tersetorkan ke masing-masing dua sekolah yang bertetangga tersebut. Tes pun dilalui. Hanya tinggal pengumuman yang mereka nanti.

Advertisement

Keesokan harinya dengan panik ibu Nana mencari cara untuk mengejar waktu.

“Apa kita masih bisa daftar ulang?” tanya Nana penuh harap. Ia sudah jelas diterima di Sekolah Bina Bangsa, hanya saja mereka perlu daftar ulang sebagai tanda pastinya. Mereka tak menyangka akan mendapat masalah seperti ini. Terlambat mendapatkan info.

Advertisement

"Ini kita sedang mencoba. Ibu akan berusaha agar kamu bisa sekolah disana. Doakan saja kita berhasil.”

Nana tampak begitu sedih. Ia tak berhasil masuk untuk menerima pendidikan di sekolah nomor 1 itu. Bukan karena keterlambatan, melainkan berkaitan biaya administrasi yang harus dibayar tunai. Orang tua Nana yang dalam kondisi krisis moneter itu tak menyangka bahwa semuanya berjalan secepat ini hingga mereka belum menyiapkan segalanya dengan baik sesuai harapan.

Dua hari telah berlalu. Saatnya pengumuman siswa yang diterima di SDN Nusantara. Nana berhasil menembus benteng sekolah tersebut. Namun ia tak terlalu gembira. Mengingat kata-kata olokan beberapa temannya yang berhasil masuk Bina Bangsa, sedangkan ia tak bisa.

“Nana, kamu jangan sedih seperti ini. Nusantara juga tempat yang bagus.” kata ibu Nana seraya membelai rambut putrinya yang lurus sepundak.

“Tapi tetap saja Bina bangsa lebih baik. Dan aku tak bisa kesana. Kenapa aku tak seberuntung mereka.”

“Nana, kami minta maaf, kami sangat menyesal tak bisa memenuhi keinginanmu. Tapi asala kamu tahu, sekolah yang baik atau tidak itu bergantung pada siswa yang belajar disana. Jika kamu belajar sungguh-sungguh, tanpa harus dikejar prestasi itu akan datang. Dengan prestasi-prestasi itu secara perlahan nama sekolah pasti terjunjung, maka kamu tak perlu kecil hati lagi.”

“Begitukah?”

“Ya, tentu. Oleh karena itu, jadilah berbeda,dalam hal positif. Jika mereka mengejar sekolah yang terfavorit, maka buatlah sekolah yang biasa ini menjadi terfavorit, bukankah itu lebih menarik?”

Empat tahun kemudian. Seperti yang diharapkan, dengan kerja kerasnya Nana berhasil menjadi bintang kelasnya. Tak selalu menjadi yang pertama memang, namun hasil perjuangan itu cukup mengesankan.

Hingga suatu hari ada sebuah Lembaga Scholarship dari luar negeri berinisial BSF yang mencari tiga buah sekolah terbaik. Entah berdasarkan apa mereka menilai, secara tak disangka justru Sekolah Dasar Negeri Nusantara-lah yang masuk ke dalam salah satu dari tiga.

Nana pun diikutsertakan oleh gurunya untuk mengikuti tes. Gadis itu pun bersorak gembira saat ia berhasil masuk sebagai penerima beasiswa siswa berprestasi itu. Setelah mengikuti beberapa rangkaian acara ia baru memahami bahwa alasan mengapa sekolahnya terpilih oleh lembaga itu karena pendiri sekolah di masa lampau masih terhubung dengan tim lembaga scholarship tersebut. Apa pun alasannya, yang pasti ia sedang beruntung.

Seandainya saja ia masuk Bina Bangsa, mungkin ia takkan pernah merasakan sekolah gratis dari SD hingga perguruan tinggi. Kini gadis itu bahkan telah berhasil mengenalkan budaya negerinya dan melihat berbagai keunikan budaya mancanegara secara langsung.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE