Human is (NOT) to Destroy Forest!

Indonesia merupakan Negara agraris, yang menurut survei memiliki wilayah yang sebagian besar terdiri dari hutan-hutan yang rimbun, Indonesia (dulu) pernah dijadikan sebagai Negara paru-paru dunia. Artinya Indonesia sebagai Negara yang memiliki udara bersih karena menjadi sumber oksigen yang banyak, dan sehat untuk pernafasan, yang bisa mengolah sirkulasi udara dengan baik. Karena tumbuhan membutuhkan karbondioksida untuk fotosintesisnya, dan menghasilkan oksigen pada siang hari. Inilah betapa pentingya tumbuh-tumbuhan bagi manusia, dan makhluk hidup lainnya.

Advertisement

Tumbuhan ini sangat penting untuk lingkungan dan kelangsungan hewan-hewan serta tumbuhan yang hidup di lingkungan hutan. Di Kalimantan dan Sumatera merupakan pulau yang sebagian besar daratannya terdiri dari hutan. Dipelosok daerah-daerahnya bahkan masih banyak hutan yang masih “perawan” –belum pernah dijamah manusia sama sekali. Dari hutan banyak sekali sumber daya alam yang berlindung di baliknya. Satu kesatuan simbiosis yang sempurna.

Tanah. Udara. Hewan-hewan. Spesies tumbuhan. Dan masih banyak lagi mikroorganisme yang bergantung dengan hutan. Kehidupan di dalamnya sangat melimpah. Manfaatnya jelas banyak sekali, untuk spesies yang hidup di dalam hutan, maupun untuk kelangsungan hidup masa depan manusia. Beberapa peniliti melaporkan adanya tebang pohon secara liar sejak beberapa tahun yang lalu. Sebenarnya ada beberapa teknik yang bisa digunakan untuk membuka lahan baru. CIFOR (2006) melaporkan bahwa pada 1997/1998 sekitar 10 juta hektar hutan, semak belukar dan padang rumput terbakar, sebagian besar dibakar dengan sengaja. Di lain pihak, Setyanto dan Dermoredjo (2000) menyebutkan bahwa kebakaran hutan paling besar terjadi sebanyak lima kali dalam kurun waktu sekitar 30 tahun (1966-1998), yakni tahun 1982/1983 (3,5 juta ha), 1987 (49.323 ha), 1991 (118.881 ha), 1994 (161.798 ha) dan 1997/1998 (383.870 ha). Survei tahun ini masih belum diketahui dengan pasti.

Akhir-akhir ini juga masih sering terjadi kebakaran hutan, yang dilakukan secara sengaja untuk membuka lahan, di daerah Sumatera khusunya Pekanbaru, dan Jambi. Beberapa minggu ini sejak awal agustus banyak sekali pembukaan lahan baru dengan cara bakar hutan (slash and burn). Efek langsung yang didapat dari kebakaran hutan ini adalah asap yang tebal yang menyelimuti kota Pekanbaru dan sekitarnya, sehingga mengganggu pernapasan (yang dampaknya bisa didapat untuk jangka panjang), kerusakan ekosistem hutan, dan pencemaran udara.

Advertisement

Ini musim apa? Sekarang musim di Indonesia sudah tidak menentuk. Maret hingga Oktober katanya musim kemarau, namun tidak semua wilayah Indonesia mengalami musim kemarau. Banyak daerah di pelosok Aceh sedang kebanjiran. Ini salah satu efek dari global warming. Dan kerusakan iklim secara global. Kalau hujan datang, bisa dibayangkan, Indonesia kekurangan tempat untuk menampung air, yang merupakan tugas pohon menyeimbangkan penyerapan air oleh tanah. Lantas kalau tanah kita gundul, jika hutan di Indonesia sudah gundul, siapa yang akan menyerap air hujan? Inilah beberapa efek yang akan kita rasakan beberapa tahun mendatang akibat pembukaan lahan dengan cara membakarnya.

Kenapa manusia lebih sering melakukan pembukaan lahan dengan cara slash and burn? Karena cara ini merupakan cara yang paling murah, cepat, dan praktis. Langkah awal dari pembakaran hutan ini dilakukan dengan cara menebang dan menebas seluruh vegetasi, dikeringkan secara alami, kemudian baru langkah akhir: pembakaran. Inikah sebenarnya guna manusia dilahirkan untuk saling membunuh dan menghancurkan saudara dekatnya sendiri lewat hutan?. Bumi.

Advertisement

Manusia memang memiliki tidak pernah puas, namun manusia bisa mengkontrolnya dengan menghindari sifat serakah, dan tamak.

Kita yang menghancurkan bumi ini dengan perlahan-lahan.

Kebakaran hutan juga akan memiliki imbas ke dalam unsur kandungan tanah. Ph tanah yang berpengaruh pada kesuburan tanah. Apa mungkin Indonesia menjadi paru-paru dunia lagi? Jika hampir 50% hutan yang masih asri dibakar secara sengaja oleh ulah jail manusia hanya untuk memenuhi kebutuhan mereka yang tak ada habisnya.

Mackensen, 1991 dalam penelitiannya menyebutkan pembukaan lahan dengan cara slash and burn akan kehilangan rata-rata biomassa 86%, dan kehilangan unsur-unsur esensial seperti N, P, K, Ca, Mg, dan S secara berturut-turut 82%, 42%, 46%, 39%, 40%, dan 64%, penilitan Mackensen dilakukan di Negara Costa Rica, Australia, Fiji, dan Brazil. Penelitian tersebut diperkuat oleh Suhardjo (1999) yang meneliti pembakaran hutan di daerah tropis (Indonesia) di mana penelitian tersebut membuktikan pembakaran mengkonsumsi paling tidak 85-90% dari bahan bakar yang tersedia, baik vegetasi yang ditebang kemudian dikeringkan.

Penebangan hutan ini berimbas pada iklim tanah dan tumbuhan yang ditebangi, ini yang dinamakan dampak mikro, berimbas pada ekosistem yang menghuni hutan itu. Selain itu dampak ekonomi juga dirasakan saat asap kebakaran mengganggu lalulintas penerbangan. Pernapasan jadi terganggu, dan masih banyak lagi kerugian yang disebabkan oleh bakar lahan. Ini masih sebagian kercil efek mikro yang bisa dirasakan sekarang.

(Saya sendiri merasakan efeknya saat pergi ke Pekanbaru untuk pertama kali (27 Juli 2015). Atmosfer Pekanbaru tertutup asap tebal dan menyebabkan saya tidak bisa menikmati matahari yang bersinar terang, saat di atas udara padahal cuacanya sangat cerah, sampai di darat, udara Pekanbaru berwarna abu-abu)

Van Noordwijk, mengusulkan teknik lain buka lahan baru selain dengan menggunakan slash and burn. Yaitu menggunakan slash-and-mulch, dimana vegetasi yang ditebang tidak dibakar, namun ditumbuk dan dibiarkan terdekomposisi secara alami dan berfungsi sebagai mulsa. Sayangnya teknik ini jarang digunakan di Indonesia karena setiap teknik memiliki kekurangan, dan kelebihan masing-masing. Usul ini hampir mirip dengan usul yang dikemukakan oleh menteri transmigrasi dan pemukina pada tahun 1997, teknik cutting-chippting-decomposition (CCD) process. Hal ini tidak menghancurkan hutan, dan beberapa ekosistem yang telah mendiami wilayah tersebut.

Namun, sifat serakah membuat semua itu sulit dilaksanakan, ingin hasil yang instan dan merusak banyak ekosistem. Bagaimana jika saat kita menghadapi musim penghujan? Banyak sekali air hujan yang tidak terserap dengan baik. Karena akar sebagai alat yang membantu menyerap, dan menyimpan air telah hilang dan ditebangi. Apakah kita masih bisa disebut sebagai Negara paru-paru Indonesia?

The earth only lives once just like us, the human. Then, why do we have to hurt and kill each other?

See you blog! Let’s save our earth!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

fulltime dream-fighter.

CLOSE