Ibu, aku sangat mencintai mu lebih dari apapun

Kemana pacar mu? Kok sudah lama tidak datang kesini, kamu putus lagi? – Ibu

Pertanyaan itu seakan membuat nafas ku terhenti, aku tak tahu harus bagaimana menjawab pertanyaan dari ibu ku ini.

Rasanya ingin sekali aku membohonginya karena aku tak ingin ibu merasakan kesedihan yang aku rasakan.

Tapi, sampai kapan aku akan terus menyembunyikan semua ini? Cepat atau lambat ibu pun pasti akan tau perubahan sikap ku.

Bu, andai saja aku bisa memilih keadaan seperti apa yang aku inginkan mungkin semua akan baik-baik saja. Sayangnya, aku tak mampu menyembunyikan ini semua dari mu.

Aku ceritakan semua tentang kepergiannya dengan menahan air mata ini.

Lega sekali rasanya walau hati ini masih terasa sesak.

Mengingatnya adalah hal yang tak pernah aku inginkan lagi. Aku harus mampu berdiri lagi untuk hidup dan mimpi ku yang baru.

Beruntungnya aku masih mempunyai ibu yang rasa sayangnya tidak pernah habis dimakan waktu.

Pundak ibu lah yang mampu menguatkan aku hingga saat ini.

Ketika aku sudah mulai melupakan dan mencoba mengikhlaskan kepergiannya, aku diberi Nikmat lagi oleh Allah-Ku.

Kesehatan ibu ku menurun.

Pagi itu kami sekeluarga panik, ibu ku merasakan sesak nafas dan kami segera membawanya ke rumah sakit.

Hati ku ikut sesak, seakan menyalahkan diriku sendiri.

Dalam hatiku berkata,

“Semua ini salahku, tak seharusnya aku ceritakan masalah ku ini ke ibu”

Enam bulan yang lalu, ibu ku juga sempat dirawat di rumah sakit dengan diagnosis penyakit jantung.

Dokter bilang, ibu ku tidak boleh mempunyai pikiran berlebih dan juga tidak boleh terlalu lelah.

Aku sangat menyesal telah menceritakan semua tentangnya yang telah pergi.

“Apakah ini yang dinamakan cinta seorang ibu terhadap anaknya, melihat anaknya sakit dia pun ikut merasakan rasa sakitnya”

Satu minggu lamanya ibu ku dirawat di rumah sakit, aku lah yang selalu menjaganya di malam hari.

Sakit sekali rasanya melihat ibu berbaring di ruangan ini, ruangan yang bukan menjadi tempat tinggalnya selama ini.

Tak hentinya aku menyalahkan diri sendiri, semua ini karena aku.

“Seandainya saja aku tidak menceritakan semua ini, tidak mungkin ibu ku berada di rumah sakit ini”

Kesehatan ibu mulai naik turun, baru dua minggu dipulangkan dari rumah sakit dan ternyata ibu harus butuh perawatan lagi.

Ya Allah, air mata ini sudah tidak bisa ditahan lagi. Air mata ku turun dengan derasnya.

Hati dan pikiran ku hanya tertuju pada kesehatan ibu,

Lemas sekali rasanya tubuh ini dan kaki ini pun terasa berat untuk melangkah.

Alhamdulillah hanya 2 hari ibuku membutuhkan perawatan di rumah sakit.

Setiap harinya aku selalu berdoa untuk kesembuhan ibu, bukan hanya aku tapi keluarga besar ku, sahabat ku, teman-teman ku dan juga orang-orang baik turut mendoakan untuk kesembuhan ibu ku.

Dua minggu berlalu,

Kesehatan ibuku kembali menurun, tak tega aku melihat kondisinya saat ini.

Rumah sakit seakan menjadi tempat langganan keluarga kami, dalam waktu satu bulan ibuku dirawat hingga tiga kali.

“Bagaimana hati ini bisa menjadi kuat dengan Nikmat-Mu ya Allah?”

Hampir setiap hari aku menjaga ibu ku di rumah sakit, seakan aku ingin menebus rasa bersalah ku kepadanya. Merawat seorang ibu yang sedang sakit adalah Nikmat dari Allah yang tidak pernah aku lupakan.

Memandikan serta menyuapi ketika ibu sakit adalah hal yang paling membahagiakan untuk ku. Semua ini aku lakukan karena aku sangat mencintai ibu.

Betapa beruntungnya aku mampu membalas jasa seorang ibu terhadap anaknya selama ini.

Dua minggu lamanya ibuku masih berada di rumah sakit, perubahan pulihnya kesehatan ibu belum terlihat. Hampir setiap hari orang-orang baik datang menjenguk ibu ku.

Bukan hanya mendoakan untuk kesembuhan ibu ku, mereka juga memberikan pelukan hangat untuk ku dan selalu berbisik ditelinga ku,“yang sabar dan kuat ya de”.

Betapa bahagianya aku, semakin banyak yang mendoakan semakin besar kesempatan untuk ibu ku sembuh karena aku percaya akan kekuatan doa.

Pintaku saat itu hanya satu,

“Ya Allah angkatlah penyakit ibuku, sembuhkanlah ibu dan berikan aku kesempatan satu kali lagi agar aku bisa berbakti kepadanya”

Keajaiban itu memang nyata, kekuatan doa itu akhirnya terjawab.

Setelah 22 hari ibu ku berada dalam perawatan rumah sakit, akhirnya ibu ku dibolehkan pulang ke rumah. Tak hentinya aku mengucap rasa syukur.

Seakan aku diberikan kesempatan kedua oleh Allah, tak akan aku sia-siakan kesempatan emas ini.

Kesehatan ibuku saat ini semakin hari semakin membaik, buah dari kesabaran itu memang indah.

Terima kasih Allah-Ku dan juga aku ucapkan banyak terima kasih untuk semua orang yang telah mendoakan kesembuhan ibuku, doa kalian sangat berarti untuk ibu ku.

“Ibu, Aku sangat mencintai mu”

Dengan penuh Cinta,

Anak Perempuan mu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Bontotnya Ibu dan Bapak