Jangan Pernah Sebut Aku Sebagai Wanita Perebut Lelakimu

Sungguh tak pernah terbesit dalam benakku walau cuma sekali. Pertama kali dia datang dengan menawarkan sejuta harapan indah kepadaku hingga membuatku melambung jauh ke langit yang tertinggi. Dia yang menyembuhkanku dari luka. Iya, luka yang masih basah karena kegagalanku membangun mahligai cinta bersama dia yang lain, yang juga dulu pernah datang menawarkanku mimpi-mimpi indah untuk hidup bersamanya.

Pertemuan ini bermula dari perasaan senasib karena saat itu kita sama-sama baru terluka oleh pahitnya cinta

Waktu kamu datang kepadaku, kamu menceritakan betapa terlukanya dirimu saat hubungan yang telah kau rangkai selama 7 tahun bersama wanitamu harus kandas karena dia pergi begitu saja meninggalkanmu. Aku yang saat itu juga sedang dirundung pilu karena baru saja dikecewakan oleh pria ku merasa iba kepadamu.

Advertisement

Saat itu yang kupikirkan adalah mengapa ada wanita yang tega berlaku sedemikian rupa pada orang yang tulus mencintainya, sedangkan aku disini tak henti-hentinya memohon kepada tuhan untuk mengirimkanku pria yang tulus dan benar-benar menyayangiku apa adanya. Dari situlah aku merasa kamu adalah pria baik-baik yang tidak akan pernah sampai hati menyakitiku karena aku tahu betul kamu lebih mengerti definisi dari rasa sakit itu dibanding aku.

Kamu memperlakukanku dengan amat sangat istimewa sehingga membuatku berani memutuskan bahwa kamulah takdirku.

Meski waktu kebersamaan kita belum setara bila dibandingkan dengan dia yang pernah bersanding denganmu, namun kamu memperlakukan ku sebagai seorang wanita yang teramat kau cintai . Tak usah lagi kujelaskan panjang lebar apa saja yang telah kau berikan untuk ku, yang jelas kamu sempat membuatku merasa menjadi wanita yang paling beruntung didunia ini.

Advertisement

Bahkan dengan gagahnya kau memperkenalkan diri di hadapan kedua orangtuaku sebagai priaku. Tak hanya terhadapku, kau juga telah menghembuskan angin harapan itu kepada kedua orang tuaku. Kala itu aku ingat betul bagaimana senyum itu tersungging di bibir ayahku, betapa bahagianya beliau saat itu karena telah hadir sosok pria yang akan siap mengambil alih peran nya untuk menjaga putri terbaiknya ini.

Semua harapan itu sirna seketika saat dia kembali datang di kehidupanmu dan memintamu untuk kembali padanya

Entah aku harus menyebut itu kehidupanmu atau kehidupan kita. Yang kutahu adalah dia kembali datang kepadamu saat hari-harimu sudah terisi olehku yang katanya adalah wanita yang juga amat sangat kau cintai. Namun satu hal yang tidak aku mengerti dan tidak akan pernah bisa aku mengerti. Kamu dengan sukarela kembali membuka pintu hatimu untuknya. Bukannya di hatimu itu sudah ada aku? Kau bilang kau telah menghapusnya dari kehidupanmu?

Advertisement

Namun mengapa kau menerimanya kembali dan menyambutnya dengan perlakuan nan istimewa saat dia menginginkan jatuh kepelukan mu lagi? Lantas selama ini kau anggap aku apa ? Bagaimana dengan diriku? Bagaimana dengan nasibku? Bagaimana dengan draft-draft rencana bahagia kita yang telah kita susun sedemikian rupa yang sedang antri untuk kita realisasikan? Dengan mudah kamu bilang, "Maaf, tapi dia pernah singgah di hatiku lebih lama dibanding kamu, aku tidak bisa melepaskan nya begitu saja."

Lantas tidak ingatkah kamu bagaimana dia mencampakkanmu saat itu? Bagaimana kamu menjelek-jelekkannya di depanku, di awal pertemuan kita? Aku masih ingat betul bagaimana kamu saat itu meminta belas kasihan kepadaku dan memintaku menjadi penawar lukamu untuk melupakan segala kekejian yang telah dilakukannya olehmu. Padahal aku telah sukarela membasuh lukamu dengan segenap hatiku dan berusaha menerima mu yang pada saat itu datang kepada ku dalam keadaan yang sudah tidak lagi utuh.

Kini, Aku dicap sebagai wanita perebut laki-laki orang.

Sungguh malang betul nasib ini, karena ketidakcakapanmu dalam menentukan pilihan, karena labilnya sifatmu itu, kini aku yang harus menjadi kambing hitam dari permasalahan ini. Wanitamu datang menghinaku, mencaciku dan menudingku telah merebutmu darinya. Tidak masuk akal memang, namun inilah kenyataan pahit yang kudapat saat ini.

Dan kamu hanya bisa menyaksikan aku terluka karena wanitamu dari kejauhan. Saat aku minta pertanggung jawabanmu , kamu malah memintaku sebagai wanita keduamu. Sontak aku tak habis fikir denganmu, kau menginginkan aku dan dia sama-sama bersanding denganmu menjadi pelayan setiamu. Jelas aku tak mau diperlakukan seperti itu, dan apabila ayahku tahu pastinya dia tidak akan pernah rela jika putri nya harus dijadikan ban serep oleh lelaki sepertimu. Bukan nya aku memandang rendah status wanita kedua tapi jujur aku belum sanggup dinobatkan dengan gelar itu.

Teruntuk kalian berdua, kini aku sedang menguatkan hati ini untuk merelakan dan mengikhlaskan segala yang terjadi atasku. Tidak adil memang, namun aku percaya tuhan telah menyiapkan sesuatu yang lebih indah untuk ku. Namun satu hal yang kuminta dari kalian berdua , kembalikan nama baikku. Aku bukan lah wanita perebut laki-laki orang, seperti yang wanitamu pikir dan ia gembor-gemborkan setiap hari kepada orang-orang di sekitarnya.

Di sini aku adalah korban dari ketidakmampuanmu dalam mengambil keputusan dan menentukan pilihan. Aku rela pergi dari kehidupan kalian hanya dengan berbekal luka yang telah berubah menjadi palung di dalam dada. Dan untukmu pria yang sampai saat ini masih aku cintai, jagalah dia, dia yang sekarang akan mendampingimu. Dan jangan sampai ada korban sepertiku lagi kelak di lain hari.

Selamat berbahagia kuucapkan untuk kalian berdua.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

I'm a passionate person. Mahasiswi yang gagal masuk jurusan sastra namun belum patah semangat mempelajari kesusastraan.

12 Comments

  1. Niar Famel berkata:

    Luaar biasa mba…!
    Kadang kita ditunjuk sebagai pahlawan untuk hidup orang lain.

  2. Lina Indriana berkata:

    Kisahnya sama seperti yg q rasakan skrg…

  3. Rossa Amalia berkata:

    Emosinya main banget.. Suka bacanya! ���

CLOSE