Jika Kau Memilihku, Lihat Aku Sebagai Diriku

Jika pagi ini kau dapati aku dalam bahagia, belum tentu malamku seindah yang tergambar di lensa sepasang matamu. Bahwa memang benar, aku pun tergolong dalam spesies bernama wanita. Yang pandai menyembunyikan luka dan selalu ingin menyimpan rasa sepinya sendiri. Bukan sebab ingin penghargaan berlabel ‘tegar’, tapi sebab sebuah nama. Yaitu kamu.

Tahukah kamu? Bahwa sebelum bersamamu, aku telah belajar menjadi pejalan yang baik. Segalanya mampu kutepis sendiri. Melewati malam, melewati sepi. Mengertikah kamu? Bahwa saat kau meminta hatiku untuk kau bawa, saat itu aku telah merasa tumbuh menjadi wanita yang tangguh dan percaya bahwa semua akan selalu baik-baik saja.

Namun, kau datang dan gencar-gencarnya meyakinkanku bahwa bersamamu aku akan merasa jauh lebih baik. Apa lantas aku menerimamu begitu saja? Bahwa harusnya kamu mengerti, saat aku menerimamu adalah sebuah keputusan dari proses yang sangat panjang dan pemikiran yang sangat matang.

Maka, kumohon hargailah hati yang serius membahagiakanmu ini. .

Eratkan ikatannya, kokohkan komitmenmu. Agar segala kasih tak kan tersisih dan segala sayang tak melayang.

Dan… Jika kini kau memilih aku, tolong lihat aku sebagai diriku. Harapkan aku sebagai satu-satunya pemenang hatimu. Hmm…. Aku tahu, bahwa sejatinya hidup adalah kumpulan datang dan pergi. Aku pun tahu, bahwa sebelum bersamaku, banyak yang datang dalam hidupmu. Dan tentu tidak semua bayangan itu benar-benar pergi.

Dan mungkin… ada satu atau dua nama yang masih begitu lekat dalam anganmu. Tentang hati yang pernah kau perjuangkan, tentang diri yang pernah kau tunggu, dan tentang sebuah nama yang kau semogakan. Tak apa. Aku bisa mengerti. Aku justru berhutang banyak padanya. Aku ingin berterimakasih. Sebab ia, kamu menjadi kamu yang kukenal hari ini.

Dan aku.. tidak akan melarangmu untuk tetap berkomunikasi dengannya. Karena bagaimanapun, dia adalah bagian dari perjalananmu. Dia pernah menjadi teman seperjalananmu yang menyenangkan, bukan? Tak usah mengelak begitu, aku bisa membaca matamu.

Aku.. memang membiarkanmu kembali (sejenak) ke masa lalu. Untuk memperbaiki celah yang nganga di sana, yang tentu ada keturutsertaanmu pula. Untuk kemudian kau genapi dan selesaikan. Dan sebab sebuah alasan, aku tak ingin masa lalu kau jadikan ancaman usainya hubungan yang sangat kau ingin bangun bersamaku.

Dan kumohon kau mengerti, saat kucium aroma ingkar dan pengkhianatan di mata, kau kembali padaku. Menyadari bahwa semua telah berbeda. Hanya aku yang ada di depanmu. Enyahkan bayangan di sebalik perjalananmu. Tutup lubang-lubang yang nganga, yang bisa membawamu kembali kepadanya.

Aku tidak menjanjikan apa-apa tentang masa depanmu. Tapi, kau bisa lihat ada hati yang sungguh-sungguh ingin membahagiakanmu. Ada jiwa yang sukarela menghebatkanmu. Menjadikanmu nomer satu dalam segala hal.

Jika kamu memilih aku..

Maka jaga hati yang telah dipercayakan kepadamu. Hanya kamu yang paling mengerti akan jadi seperti apa. Hanya kamu yang paham akan kau apakan. Akan kau jaga? Ataukah kau hancurkan lebih parah dari sebelumnya?

Dan kamu.. mengertilah, bahwa satu alasan yang kuyakin saat menerimamu adalah… Hati yang hanya kau tujukan padaku saja. Aku hanya percaya bahwa kau benar-benar yakin saat memilihku. Tidak sedang bermain-main, pikirmu tidak lagi berfantasi pada wanita selain aku. Tanpa perlu permintaanku akan penjelasan panjang darimu, aku telah menganggap saat kau meminta hatiku adalah sebuah kepastian darimu. Kepastian bahwa kamu inginkan aku ada dalam hidupmu. Ya, cukup begitu.

Jika kamu memilihku..

Cobalah belajar membaca. Tidak harus bergulat dengan kata yang berhamburan pun buku tebal yang cukup melelahkan. Kau bisa membaca dari lingkungan.

Apa yang disukai perempuan selain kepastian? Ia pun suka diyakinkan. Seperti saat kali pertama kamu meminta hatinya. Ya, aku pun begitu. Bukan sebab ragu denganmu. Aku hanya takut bila mungkin ada hati yang lain yang mampu menggantikan aku di hatimu. Maka, katakan. Karena semua akan lebih baik untuk kita, pada akhirnya.

Jadilah teman, bersepakat untuk tidak sepakat. Yakinkah, bahwa kamulah yang kupilih. Bahwa aku tidak sedang salah menyerahkan segumpal daging hatiku. Bahwa kamu adalah satu-satunya yang mampu menjaga sebagaimana Ayah merawatku.

Jika kamu memilih aku…

Mari fokus berjalan ke depan. Apa-apa yang ada di belakang kita, biarkan saja. Jadikan ia adalah pembentuk jiwa-jiwa tegar kita. Jadikan mereka sebagai guru terbaik untuk hubungan kita. Genggam tanganku. Semoga perjalanan kita kali ini dalam bimbinganNYA.

Dariku,

Gadis yang selalu melambungkan doa atas nama kerinduan padamu..

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat proses perjalanan yang tak jarang berteman sepi, berkasih air mata, dan dipeluk luka. Lantas kamu masih mau menemaniku berjalan, Sayang?

3 Comments

  1. Nana Tara berkata:

    Bagus mbak, ngena banget ke hati. Semoga laki-laki pada baca ini biar pada bisa menerima dan memperlakukan baik pasangannya ��