Karena Patah Hati, Aku Belajar Menjadi Pribadi yang Lebih Baik

Langit yang awalnya cerah saat aku menatapnya. Ketika permadani biru yang biasanya terbentang luas di atas kepalaku, kini berubah menjadi suram. Tanpa cahaya dan tanpa sang mentari yang menapaki sinarnya. Seperti awan putih yang berubah menjadi kelabu dan langit yang tiba-tiba meneteskan butiran-butiran air yang turun menghujani bumi. Aku tak ubahnya langit yang suram itu. Aku tak ubahnya awan yang kelabu itu. Menepi dalam galaunya akan kehidupan ini.

Tentang perasaan sakit yang aku alami. Bagaimana bisa aku mengalami rasa sakit hati hingga seperti ini? Benang takdir yang selama ini melekat diantara ujung jariku dan jarimu telah putus begitu saja. Bisakah benang merah itu disambung lagi? Bisakah takdir mempersatukan kita lagi? Mungkin tidak. Ketika patah hati ini datang menghampiriku benakku selalu berpikir. Apa salah diriku hingga kau pergi meninggalkanku? Apa yang salah dengan hubungan ini hingga kita tidak bersama lagi? Entah bagaimana caranya agar aku bisa memberikan kepercayaan kepada dirimu. Kepercayaan yang selama ini aku buat telah terhempas hanya dalam semalam. Keegoisanku telah membawa luka dalam diriku.

Cerita cinta ini berakhir sudah ketika semua pertanyaan itu tidak bisa aku jawab. Tapi, hanya satu yang bisa aku percaya, bahwa aku tidak pantas untukmu. Seperti hujan yang kehadirannya selalu dinanti, adakalanya hujan itu menjadi penghalang oleh semua orang. Jika hujan dengan derasnya turun tanpa henti, bukankah hujan itu akan menjadi penghalang? Mungkin hujan itu aku. Keegoisanku ini telah menjadi senjata yang melukaiku sendiri, yang menimbulkan luka bagi hatiku. Karena aku tidak ubahnya hujan yang selalu menjadi penghalang bagimu, yang tidak bisa mengerti akan kesibukanmu, dan tidak mengerti akan masa depanmu itu. Untuk itu hujan tidak akan pantas bersanding dengan mentari yang selalu memberikan cahaya pada bumi. Tidak salah jika dirimu membiarkan hujan ini pergi dan membiarkan mentari bersinar dengan terangnya.

"Biarkan aku sendiri, biarkan aku menentukan jalanku sendiri. Karena aku hanya ingin mewujudkan mimpi-mimpiku"

Kalimat itu terucap manis olehmu. Begitu lembut yang ku dengar, tapi sangat sakit yang aku rasakan. Ternyata menjadi hujan tidak membawa berkah bagimu. Karena aku terlalu sering hadir menghiasi harimu, malah menjadi penghalang untukmu. Karena kegoisanku membuat dirimu tidak bisa melangkah menuju masa depanmu. Untuk itukah kau memutuskan hubungan kita ini? Aku akan menerima semua apa yang telah kau putuskan itu. Membiarkan hatiku terluka, membiarkan aku menangis dalam keheningan malam. Membiarkan semua kenangan itu pergi dan membiarkan benang merah yang terikat itu putus. Dan takdir itu akan pergi seiring kita saling mengikhlaskan.

Patah hati ini membuatku menyadari akan satu hal, akan diriku yang tidak bisa menjadi yang terbaik untukmu. Jika memang aku tidak bisa menjadi yang terbaik. Lalu apakah cerita cintaku berakhir di sini? Apakah aku harus menyerah dengan takdir yang membuat kita tidak bisa bersama lagi? Dalam kesendirianku saat ini, aku merasa bahwa aku merasa harus menyerah. Bahwa aku merasa kalau diriku memang tidak bisa menjadi orang yang pantas bagimu. Ketika semua yang aku lakukan itu, tentang kenangan yang telah kita idamkan tidak lantas membuatku dengan mudah melupakanmu. Butuh waktu yang lama bagiku untuk melupakan semua kenangan tentang kita.

"Cinta memang tidak ubahnya rangkaian puzzle yang harus dirangkai bersama, satu saja puzzle itu tidak ada, maka puzzle itu tidak akan pernah menjadi sempurna. Karena cinta harus sempurna dengan komitmen dari dua hati"

Ketika cinta yang selama ini kita idamkan bersama berakhir begitu saja, membuat begitu rasa sakit yang akan sulit sekali untuk disembuhkan. Satu Rangkain puzzle telah hilang dan menjadi bentuk yang tidak sempurna. Mungkin itu juga yang aku rasakan. Kepercayaan akan adanya cinta sejati hilang dalam pandanganku. Kepercayaan akan cinta yang tulus telah musnah dalam anggapanku. Menyerah itulah jalan satu-satunya yang keluar dalam benakku. Menyerah dengan semua keadaan, menyerah akan cerita cinta yang tidak berakhir dengan bahagia. Dan menyerah akan dirimu yang tidak pernah menganggapku sebagai cahayamu.

Akan aku biarkan kau mencari cahayamu yang bisa menerangi setiap langkahmu. Tidak sepertiku yang hanya bisa menjadi hujan bagimu, yang selalu menjadi dinding yang menghalangimu. Kegoisanku ini hanya menjadi beban untukmu. Melangkahlah kasih, gapailah semua mimpi yang yang selama ini ingin kau wujudkan. Akan aku biarkan kau pergi mencari jalanmu. Mencari apa yang bisa mewujudkan mimpi-mimpimu itu.Jika dengan itu membuatmu bahagia akan aku lakukan. Akan aku biarkan diriku dengan luka yang mungkin akan sulit untuk disembuhkan.

Diriku yang hanya bisa menangisi kepergianmu, menangisi kebodohan yang selama ini aku perbuat. Tapi, akankah aku selamanya terbenam dalam kesedihan ini? Apakah aku harus larut dalam kegalauan yang tak kunjung surut dalam diriku? Tidak! Hatiku memang boleh terluka, tapi jangan menyerah akan cinta. Aku telah membiarkan semua tangis ini jatuh. Aku telah membiarkan hatiku terluka.

Tapi ini saatnya bangkit dan membiarkan dirimu melangkah lagi. Jika lukaku ini membuatku sakit, jangan lupakan jika aku pantas untuk bahagia. Semua kesalahan yang telah aku lakukan yang membuatmu pergi dariku, membuat diriku sadar jika aku memang telah salah. Aku memang tidak bisa menjadi yang terbaik, tapi aku akan menjadi yang terbaik. Bukan, bukan berarti aku ingin mencari yang terbaik dan mencari seseorang yang lebih baik darimu. Tapi, aku di sini akan selalu memantaskan diriku, akan selalu menjadi yang terbaik.

Jika dulu kegoisanku yang membuatmu pergi, tapi kini aku belajar akan mengendalikan keegoisanku. Belajar akan sebuah hubungan jika bukan aku saja yang merangkai puzzle itu, tapi dua hati itu akan merangkai puzzle itu, hingga akhirnya menjadi sebuah gambar yang utuh. Begitu juga dengan hati, hati ini memang telah terluka. Lantas apakah aku akan menutup hati ini? Apakah aku akan membiarkan patah hati ini membuatku menyerah?

Tidak, semua yang telah aku alami. Tentang rasa sakit, pengkhianatan, dan luka ini membuat diriku untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. menjadi seseorang yang bisa saling mengerti tentang suatu hubungan. Tentang dua hati yang memiliki komitmen untuk saling mencintai. Dan memberikan ruang hatiku untuk menerima seseorang yang nantinya akan membuatku bahagia.

Akan aku biarkan hatiku untuk sendiri. Bukan berarti aku tidak laku, atau aku tidak bisa move on darimu, tapi aku di sini sedang memantaskan diriku. Jika di sana kau sibuk mempersiapkan dirimu untuk menggapai mimpimu. Aku di sini juga sedang mempersiapkan diriku untuk menggapai mimpiku. Tentang sebuah kebahagiaan yang nantinya akan bisa aku gapai, tentang seseorang yang nantinya bisa membuatku bahagia, dan aku membuatnya bahagia. Cukup Keikhlasan yang aku berikan padamu, telah membuatku bahagia.

Untuk itu, ijinkan aku memantaskan diriku menjadi seseorang yang lebih baik lagi, dan ijinkan hati ini untuk menepatkan diri untuk menjadi yang terbaik. Karena patah hati, membuat diriku menjadi pribadi yang tegar, menjadi seseorang yang tidak memiliki dendam. Satu hal yang aku ingat bahwa aku tidak akan menyerah akan cinta, tapi aku akan memantaskan diriku untuk orang yang nantinya menjadi jodohku.

"Jika rasa sakit ini telah membuatmu jatuh dan tenggelam, tapi jangan biarkan hatimu tertutup akan cinta yang datang menghampirimu, pantaskan dirimu untuk seseorang yang nantinya akan membahagiakanmu"

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Selama itu tidak salah, tidak akan ada keraguan untuk melangkah. Pecinta Anime dan Pengangum Novel Andrea Hirata